http://infobmi.blogspot.com/. Powered by Blogger.

Friday, March 28, 2014

BPPTKG siapkan alat pantau CO2 di Merapi

Aktivitas Gunung Merapi Petugas memantau aktivitas Gunung Merapi di Balai Penyeledikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) DIY, Yogyakarta, Kamis (21/11). (ANTARA FOTO/Noveradika)

Yogyakarta (ANTARA News) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyiapkan alat yang ditempatkan di sekitar puncang Gunung Merapi untuk memantau kandungan gas khususnya karbondioksida atau CO2.
"Kami sedang menyiapkan desainnya. Diharapkan, peralatan untuk memantau CO2 sudah dapat dipasang tahun ini," kata Kepala BPPTKG Subandriyo di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, pantauan dari sensor CO2 tersebut akan dapat dilihat secararealtimedi kantor BPPTKG sehingga petugas bisa melakukan identifikasi dengan lebih menyeluruh, tidak hanya dari aspek seismik saja.
BPPTKG, lanjut dia, sudah pernah memiliki peralatan untuk memantau kondisi gas, namun peralatan tersebut rusak akibat terkena letusan freatik yang terjadi pada 18 November 2013. Peralatan tersebut merupakan bantuan dari Prancis.
Selain menyiapkan alat untuk memantau kondisi gas CO2, BPPTKG juga akan melakukansamplinggas secara rutin satu bulan sekali di Merapi.
Subandriyo mengatakan, kejadian embusan gas yang kerap terjadi pascaerupsi 2010 menjadi tantangan tersendiri bagi BPPTKG untuk memantau perkembangan gunung api aktif tersebut dengan lebih valid.
Ia berharap, tambahan alat pemantau gas tersebut bisa membantu petugas untuk mendeteksi gejala awal kejadian embusan gas karena dalam beberapa kejadian terakhir, belum dapat ditentukan secara pasti gejala awalnya.
"Selalu ada gejala awal dari sebuah kejadian, termasuk munculnya embusan gas di Merapi. Sekarang tinggal bagaimana cara mengetahui gejala awal itu," katanya.
Subandriyo mengatakan, kandungan gas, khususnya CO2 di Merapi mengalami peningkatan pascaerupsi 2010. Tingginya kandungan gas ini menyebabkan banyaknya kejadian embusan yang membawa material vulkanik sehingga menyebabkan hujan abu dan pasir di lokasi sekitar gunung.
Tingginya kandungan CO2 juga menyebabkan sifat letusan Merapi menjadi eksplosif. Namun demikian, Subandriyo belum dapat memastikan penyebab meningkatnya kandungan gas di Merapi pascaerupsi 2010.
"Gas yang berada di tubuh Merapi akan selalu bergerak untuk keluar. Ini yang menyebabkan terjadinya embusan. Apabila di kepundan ada sumbatan, maka embusan gas bisa membawa material vulkanik," katanya.
Kejadian embusan gas pada Kamis (27/3), lanjut Subandriyo juga tidak membawa material baru, tetapi hanya pasir kasar dan abu. "Tidak ada magma, sehingga kejadian itu bukan letusan," katanya.
Perubahan sifat Gunung Merapi seperti yang terjadi sekarang juga pernah terjadi pascaerupsi 1872. Pada saat itu, letusan Merapi bersifat eksplosif. Namun, sifat letusan Merapi berubah kembali pada 1882 yaitu dengan membentuk kubah lava seperti yang selama ini selalu dipahami oleh masyarakat.
Status Merapi pun masih ditetapkan aktif normal dan Subandriyo menyatakan bahwa masyarakat tidak perlu panik namun tetap waspada. "Letusan Merapi juga tidak bisa ditentukan akan terjadi secara periodik, misalnya empat tahun sekali," katanya.
Editor: Heppy Ratna Sumber

Comments
0 Comments

No comments:

 

Tag

IP

My-Yahoo

Blogger Widget Get This Widget

Histast

Total Pengunjung