Sunday, June 1, 2014
Migrant Care: Prabowo Menculik Kasus Wilfrida
Jakarta - Analis kebijakan Migrant
Care Wahyu Susilo mengatakan calon presiden
dari Partai Gerindra Prabowo Subianto tak
memiliki visi-misi tentang perlindungan tenaga
kerja Indonesia (TKI). Namun, Prabowo
mengklaim pembebasan Wilfrida Soik, seorang
TKI dari hukuman gantung di Negeri Jiran,
berkat jasanya. Padahal, kata dia, yang
mengadvokasi dan menginvestigasi kasus itu
sejak 2010 adalah Migrant Care.
Prabowo datang belakangan pada Oktober
2013 lalu membonceng kasus Wilfrida.
"Prabowo menculik kasus Wilfrida," kata dia.
Kejadian tersebut, kata dia, setali tiga uang
dengan klaim Prabowo yang bakal memberikan
dana Rp 1 miliar tiap desa andai dirinya terpilih.
"Lha, itu kan amanat undang-undang, tidak tiba-
tiba keluar dari mulut Prabowo," ujarnya.
Sebelumnya, pembebasan Wilfirda Soik dari
hukuman gantung yang diklaim dilakukan oleh
Prabowo Subianto dinilai belum cukup menjadi
tolak ukur dalam penyelesaian masalah pekerja
migran. Sebab, masih banyak perkara yang
belum terselesaikan.
"Jadi, tidak hanya bisa fokus dengan satu tenaga
kerja Indonesia saja," kata juru bicara Jusuf Kalla,
Poempida Hidayatulloh, di kawasan Condet,
Jakarta Timur, Kamis, 29 Mei 2014.
Poempida menyatakan masih banyak masih
banyak tenaga kerja Indonesia di luar negeri
yang membutuhkan perlindungan hukum. Oleh
karena itu, menurut Poempida, diperlukan
kebijakan yang komprehensif. "Konteks dalam
melindungi TKI tidak bisa dalam konteks
pencitraan saja," ujar Poempida.
MUHAMMAD MUHYIDDIN | SINGGIH SOARES
Sumber TEMPO.CO
JK Janjikan Pengacara di Semua KBRI
KAIRO, KOMPAS.com — Bakal calon wakil
presiden Jusuf Kalla (JK) menjanjikan penyediaan
pengacara di semua kedutaan besar Republik
Indonesia (KBRI) bila dia dan pasangannya, Joko
Widodo, terpilih untuk memimpin Indonesia.
"Jika Bapak Joko Widodo dan saya terpilih dalam
pemilihan presiden, maka kami akan
menginstruksikan semua KBRI untuk
menyediakan pengacara guna membantu warga
negara Indonesia (WNI) di luar negeri," kata JK
dalam telekonferensi dengan relawan bakal
capres-cawapres Jokowi-JK di Kairo, Mesir, Rabu
(29/5/2014), seperti dikutip Antara.
Janji JK tersebut disampaikan sebagai tanggapan
atas pertanyaan dari seorang relawan yang
berprofesi sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di
Mesir.
"Saya adalah seorang TKW, mengharapkan
kepada Bapak JK, bila terpilih jadi wakil presiden,
agar membantu kami, melindungi kami ketika
menghadapi persoalan, misalnya ada yang
menzalimi kami," ucap relawan tersebut.
Menurut JK, semua WNI di luar negeri berhak
mendapatkan perlindungan dari negara. Oleh
karena itu, penyediaan pengacara sangat penting
untuk upaya perlindungan.
Menyinggung krisis politik di Mesir, JK menilai
konflik itu terjadi akibat lemahnya pemerintah
serta tidak meratanya ekonomi dan keadilan.
"Indonesia harus memiliki pemerintahan yang
kuat dan berwibawa serta didukung ekonomi
yang kuat sehingga membendung timbulnya
krisis seperti di Mesir sana. Krisis di Mesir terjadi
akibat ketidakadilan, lemahnya pemerintahan,
dan sulitnya ekonomi," katanya.
Di sisi lain, JK juga berpesan kepada semua
mahasiswa di Mesir untuk menuntut ilmu sesuai
bidangnya agar membangun Indonesia pada
masa depan.
JK memaklumi bahwa mahasiswa Indonesia di
Mesir umumnya berlajar agama. Namun, ia
menyarankan agar mereka juga mendalami
disiplin ilmu lain, seperti kewirausahaan, untuk
menunjang kehidupan yang lebih baik.
"Ilmu agama itu penting, tetapi perlu
pendalaman keterampilan ilmu lainnya untuk
memberi nilai tambah demi keseimbangan
urusan dunia dan akhirat," katanya.
Koordinator Relawan Jokowi-JK di Mesir, Furqon
Hidayat, menjelaskan, relawan yang baru saja
dibentuk di Mesir ini beranggotakan unsur-unsur
dari masyarakat, mahasiswa, dan tenaga kerja
Indonesia.
Sekitar seratus relawan menghadiri peresmian
Relawan Jokowi-JK dan telekonferensi bersama
bakal cawapres JK. Acara ini digelar di Asrama
Mahasiswa Griya Jawa Tengah di Kairo. Jumlah
WNI di Negeri Ratu Celopatra itu sekitar 6.000
orang.
Editor: Sandro Gatra
Sumber:
KOMPAS
Berhenti Jadi TKI di HongKong, Pria Ini Raup Rp200 Miliar/Bulan
Hong Kong - Siapa sangka seorang
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Hong Kong
bisa menjadi miliuner. Dengan usahanya
yang gigih dan ulet, Wahyudi Chandra
punya omzet lebih dari Rp 200 miliar per
bulan dari bisnis pengiriman uang atau
remitansi.
Chandra mulai datang ke Hong Kong di
tahun 1990-an, dan memulai kerjanya
sebagai pegawai di sebuah restoran. Saat
itu, selama bekerja di restoran, ia
memanfaatkan waktu senggangnya
sambil berjualan produk-produk Indonesia
di Hong Kong.
"3 tahun jadi TKI saya manfaatkan waktu
libur untuk berjualan nasi," kata Chandra
saat ditemui di Causeway Bay, Hong Kong,
Minggu (1/6/2014).
Chandra berkisah, selama 3 tahun
merintis bisnisnya berjualan nasi, ia juga
sambil melayani pengiriman uang TKI
Hong Kong ke Indonesia. Menurutnya
potensi pengiriman uang dari Hong Kong
ke Indonesia cukup besar.
"Pengelaman saya ini, saya merasa bahwa
ini di dalam usaha kami ini benar-benar
bagus. Saya membuka cabang sampai di
mana-mana," ujarnya.
Di tahun 1996, Chandra mengubah Visa-
nya dari pekerja (TKI) menjadi pebisnis.
Mulai dari situlah Chandra fokus
menjalankan bisnis berjualan produk
Indonesia dan melayani pengiriman uang.
Sejak tahun 2000, dia mulai ekspansif dan
membuka cabang beberapa titik di Hong
Kong. Hingga 50 cabang pengiriman uang,
dan warung makan di Hong Kong.
"Sekarang sudah ada whole sale, travel,
remitansi," kata pria yang berasal dari
Lombok ini.
Khusus untuk remitansi, setiap bulan
Chandra melayani 30.000 transaksi dari
TKI yang ada di Hong Kong. Tak tanggung-
tanggung per bulan omzetnya dari
transaksi remitansi saja bisa mencapai Rp
200 miliar lebih. Ia sangat terkenal di
kalangan para TKI atau masyarakat Hong
Kong dengan warungnya bernama
Chandra.
"Rp 200 miliar omzet hanya untuk
remitansi," tutupnya.
Sumber DETIK
Dilarang hubungi keluarga, calon TKI kabur dari penampungan
Seorang calon tenaga kerja
Indonesia asal Sumbawa Timur, Nusa
Teggara Timur, Ani Utangjua (44) memilih
kabur dari penampungan. Tindakan itu
dilakukannya karena dilarang
menghubungi keluarga untuk mengabari
penyakit yang dideritanya.
"Saya tidak tahu alamat dan di mana lokasi
penampungan saya selama ini. Saya ini masih
baru datang ke Jakarta ini," katanya saat
membuat laporan di Mapolresta Bekasi Kota,
Sabtu (1/6), seperti dilansir dari Antara.
Ani mengaku hanya mengingat penampungan
tempatnya tinggal sementara itu, yakni berlokasi
di sebuah daerah bernama Mutiara Timur di Kota
Bekasi. Kepada wartawan, Ani menyebut sudah
tinggal selama sebulan.
"Saya sudah tinggal di penampungan selama
lebih kurang sebulan. Saya kabur karena tidak
betah dan sakit," beber dia.
Pilihannya untuk kabur dari penampungan tak
lepas dari larangan pengurus penampungan
untuk dapat menghubungi keluarganya. Padahal,
Ani sedang sakit dan ingin meminta kiriman uang
dari keluarga. Atas penyakitnya itu pula, ia
membatalkan kepergiannya menjadi TKW ke luar
negeri.
"Saya sudah jelaskan, kalau saya sudah tidak bisa
bekerja, karena sakit," ungkapnya.
Beberapa kali ia memohon izin untuk kembali ke
kampung halamannya, namun pihak
penampungan tetap melarang. "Tapi untuk
nelpon keluarga tidak dikasih. Padahal saya ingin
meminta uang kepada anak saya untuk ongkos
pulang," tandasnya.
Merasa sudah tak sabar, Ani pun memberanikan
diri untuk merencanakan usaha kabur. Dia
menyiapkan tas yang berisi baju dua lembar yang
diselipkan digerbang tempat penampungan
dekat tempat sampah.
"Saya berpura-pura keluar untuk buang sampah
dan akhirnya kabur dari sana dan minta sama
tukang ojek diantar ke kantor polisi terdekat,"
lanjut ibu yang sudah memiliki tiga orang anak
ini.
Sementara saat ditanya soal kehidupan di
penampungan, kata dia, kehidupan di dalam
hanya sebatas bekerja untuk makan normal tiga
kali sehari. "Tapi kami dilarang untuk komunikasi
dan keluar tanpa izin," ujarnya.
Kasubag Humas Polresta Bekasi Kota AKP Siswo
mengaku tengah memproses kasus itu dan akan
berkoordinasi dengan pihak terkait untuk
memulangkan Ani ke kampungnya. "Kami akan
serahkan Ani kepada pihak Dinas Sosial Kota
Bekasi agar nantinya akan diantarkan ke
kampung halamannya di NTT," pungkasnya.
Sumber merdeka.com
Subscribe to:
Posts (Atom)