http://infobmi.blogspot.com/. Powered by Blogger.

Tuesday, April 22, 2014

Hari ke-45 Pesawat MH370 Hilang, Lokasi Pencarian Diduga Salah

"Merupakan keberuntungan bila kami berhasil menemukan puing pesawat."

Helikopter Seahawk S-70B-2
melakukan pencarian pesawat
MH370.


Keberadaan puing
pesawat Malaysia Airlines MH370
belum juga ditemukan memasuki
hari ke-45 pencarian. Harian
Singapura Straits Times, 21 April
2014, melansir adanya
kemungkinan lokasi pencarian
pesawat nahas itu keliru.
Harian bertiras paling tinggi di
Singapura itu mengutip
pernyataan salah satu anggota
Tim Investigasi Internasional (IIT)
yang bermarkas di Kuala
Lumpur. Anggota tim itu
mengatakan mempertimbangkan
untuk memulai semua proses
dari awal agar dapat
memecahkan misteri paling besar
di sejarah penerbangan dunia
tersebut.
Menurut laman Malaysiakini,
pernyataan Perdana Menteri
Malaysia Najib Tun Razak yang
mengatakan pesawat jenis Boeing
777-200 ER itu kemungkinan
jatuh di bagian selatan Samudera
Hindia, akan dipertimbangkan
ulang.
“Kami akan melihat
kemungkinan itu apabila hasil
yang keluar dalam beberapa hari
ke depan masih belum
menunjukkan hasil positif.
Namun di waktu yang
bersamaan, misi pencarian di
Samudera Hindia akan tetap
dilanjutkan,” ujar anggota tim itu.
Anggota tim IIT yang tidak
disebutkan identitasnya
mengatakan, bisa jadi pesawat itu
mendarat di tempat lain, sebab
belum ada puing-puing pesawat
yang ditemukan.
“Tapi, kemungkinan soal adanya
negara tertentu yang
menyembunyikan pesawat itu
ketika di waktu bersamaan 20
negara lainnya tengah
melakukan pencarian, sungguh
tidak masuk akal,” ujar pejabat
itu.
Spekulasi soal pesawat yang
disembunyikan muncul karena
ada pesan yang beredar di dunia
maya. Pesan itu diklaim berasal
dari salah seorang penumpang
asal Amerika Serikat, Philip
Wood. Wood menulis, pesawat
kini disandera di pangkalan
militer AS di Diego Garcia, di
tengah-tengah Samudera Hindia.
IIT juga menyatakan akan
mengerahkan lebih banyak aset
untuk menyisir area pencarian di
Samudera Hindia. Selain itu,
mereka juga akan menyisir ke
area yang lebih luas karena
dikhawatirkan tim mencari di
lokasi yang keliru.
“Kami tidak bisa fokus di satu
tempat terlalu lama karena
samudera begitu luas, walaupun
tim pencari dalam melakukan
pencarian telah mengikuti dan
menganalisis petunjuk yang
diterima. Merupakan
keberuntungan apabila kami
berhasil menemukan puing-puing
pesawat menggunakan
(kendaraan bawah laut)
Bluefin-21,” ujar pejabat IIT itu.
Sayangnya, sampai saat ini belum
ada bukti fisik mengenai
keberadaan kapal walaupun tim
telah menggunakan
penghitungan sains sejak hari
pertama, termasuk sinyal ping.
Sebelumnya tim SAR gabungan
berhasil mendeteksi empat sinyal
ping. Satu sinyal ping tambahan
berhasil ditangkap oleh kapal
militer Australia, Ocean Shield.
Sayangnya, sinyal ping kelima
tidak terkait dengan keberadaan
kotak hitam MH370.
Oleh sebab itu IIT berharap akan
mendapat data tambahan,
termasuk dari satelit yang sesuai,
dan dari fasilitas pertahanan
bersama Australia di Alice Spring
di bagian utara. Fasilitas di Alice
Spring itu merupkan radar besar
yang dikelola bersama AS dan
Australia. (eh)
Sumber Hari ke-45 Pesawat MH370
Hilang, Lokasi Pencarian Diduga
Salah

Tinggal di Kuburan karena Tak Mampu Bayar Kontrakan


Pemakaman yang menjadi
tempat tinggal.


Memiliki tempat tinggal yang
layak masih menjadi impian bagi
segelintir orang di Jakarta.
Beberapanya memilih tinggal di
tempat pemakaman umum.
Musliha (72) terpaksa tinggal di
makam karena tak mampu
membayar kontrakan. Dia tidak
bisa mencari nafkah sendiri dan
bergantung kepada anaknya.
"Mau enggak mau tinggal di sini.
Soalnya kalau kontrak sudah
enggak mampu. Kontrak Rp
300.000 per bulan, mau bayar
pakai apa?" kata Musliha yang
tinggal di TPU Cipinang Besar,
Cipinang Besar Selatan, Jakarta
Timur, kepada Warta Kota, baru-
baru ini.
Musliha tinggal sendiri.
Kebutuhan hidupnya biasanya
dipenuhi oleh anak satu-satunya
yang sudah menikah. "Anak saya
biasanya suka kasih uang ke saya
beberapa hari sekali. Dia sudah
nikah, jadi tidak tinggal dengan
saya," katanya.
Sebelumnya, Musliha sempat
mengontrak dengan biaya Rp
400.000 per bulan. Ia sempat
bekerja sebagai penyalur
pembantu rumah tangga.
Setelah kecelakaan yang
menyebabkan kaki kirinya
terluka, dia kesulitan beraktivitas.
"Sekarang susah kalau mau ke
mana-mana. Jadi, ya sehari-hari
di sini saja. Kalau tidur ya tinggal
gelar karpet, makan beli di
warung," kata Musliha.
Beratap
Di TPU itu puluhan orang
memenuhi makam, khususnya
makam Tionghoa. Mereka
bertempat tinggal di atas
makam-makam tersebut.
Makammu, istanaku. Itulah kata
mereka yang tinggal di sana.
Bertempat tinggal di atas makam
bersama puluhan warga lain
layaknya rumah pribadi.
Bentuk makam Tionghoa
umumnya menggunakan atap.
Beberapa menggunakan pilar-
pilar, bahkan juga menggunakan
marmer. Mereka
memanfaatkannya untuk
menghuni. Bentuk makam
tersebut bisa memberi
kenyamanan, bisa melindungi
dari terik matahari atau hujan.
Cukup menggelar alas untuk
tidur, mereka sudah bisa
menikmati malam, meskipun
hawa dingin sulit mereka hindari.
Makam itu mereka anggap
sebagai rumah kontrakan, yang
tanpa harus membayar.
Beberapa perabotan rumah
tangga, misalnya piring, gelas,
dan kasur, tampak berada di
atas makam tersebut. Tali-tali
mereka bentangkan dari makam
ke makam untuk menjemur
pakaian.

Jaga makam

Iyan (37), yang juga tinggal di
makam tersebut, mengaku
bekerja menjaga makam
tersebut. Menurut pria yang
sehari-hari sebagai pemulung itu,
ada 13 makam yang dijaga dan
dirawat.
"Saya yang biasanya potong
rumput dan bersihkan
makamnya. Dari 13 makam, saya
bisa dapat Rp 700.000," katanya.
Iyan tinggal di makam tersebut
sejak 2007. Sebelumnya ia tinggal
di emperan pertokoan di Pedati,
Jatinegara.
"Dulu saya dengan istri dan dua
anak tinggal di gerobak mulung.
Pas 2007, saya melihat makam
ini, saya ajak mereka coba
tinggal di sini," katanya.
Saat itu, Iyan melihat bangunan
makam yang cukup layak
ditempati. Yang penting baginya
bisa terlindungi dari panas dan
hujan.
Awalnya, ia dan keluarganya
merasa takut. Setelah seminggu,
mereka terbiasa. Namun,
dinginnya malam menjadi
masalah baginya ketika tidur di
makam tersebut. Ia pun
mencoba membiasakan diri.
Yang lebih penting lagi, Iyan
tidak perlu mengeluarkan biaya
sewa.
"Di sini enggak perlu bayar sewa,
daripada kontrak bisa sampai Rp
400.000 per bulan. Kata
pengurus pemakaman, yang
penting jangan bawa barang
banyak di sini, dan enggak boleh
kotor," katanya.
Editor: Ana Shofiana Syatiri
Sumber: Tinggal di Kuburan karena Tak Mampu Bayar Kontrakan

Kepala BNP2TKI: Harus Ada Plafon Uang Diat

Jakarta (Antara) - Kepala Badan
Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (BNP2TKI) Gatot
Abdullah Mansyur mengatakan
besaran uang diat untuk kasus
pembunuhan di Arab Saudi
harus memiliki batas (plafon)
untuk mewujudkan keadilan.
"Ke depannya harus ada plafon.
Kita masih berpendapat
pemerintah tidak pada
tempatnya untuk membayar
seluruh nilai diat. Pemerintah
tidak bisa mengambil alih
kesalahan orang, demi
keadilan," kata Gatot dalam
diskusi di Wisma Antara, Jakarta,
Senin.
Untuk alasan kemanusiaan,
pemerintah tetap dapat
membantu dalam pembayaran
uang diat tersebut, namun
dibatasi sehingga tidak terjadi
lagi kenaikan besaran diat
hingga berkali-kali lipat nilai
normal.
"Kedepan kalau pemerintah
ingin membantu, harus dibatasi.
Misal pemerintah membantu
dengan nilai minimal dan sisanya
harus diusahakan sendiri," kata
Gatot.
Hal tersebut karena di Arab
Saudi, pembunuhan merupakan
kasus khusus yang
menggunakan hukum Islam
dalam penyelesaiannya yang
melibatkan pemberian maaf dari
keluarga korban dan
pembayaran uang "denda" atau
diat.
"Qishash itu harus diselesaikan
dengan keluarga. Bahkan raja
(Saudi) tidak bisa memaafkan.
Ini kasus yang tidak bisa
didiplomasikan," kata Gatot.
Berbeda dengan kejahatan lain
seperti terorisme atau narkoba,
Gatot menyebut kasus
pembunuhan tidak dapat
diselesaikan oleh jalur diplomasi
karena hukuman untuk kasus
pembunuhan menggunakan
hukum Islam seperti tercantum
dalam Alquran.
"Masyarakat harus paham
tentang qishash itu apa. Bahkan
Raja tidak bisa memaafkan. Baru
untuk kasus lain seperti teroris,
narkoba, sihir yang gak ada di
Alquran baru bisa dilakukan
diplomasi antar pemerintah.
Tapi untuk qishash tidak bisa,"
papar Gatot. (ar)
Sumber Kepala BNP2TKI: Harus Ada
Plafon Uang Diat

Kisah Heroik Kru Kapal Feri Korsel Selamatkan Penumpang

Dia rela meregang nyawa
demi menyelamatkan para
penumpang.


Foto mendiang Park Jee Young,
salah satu kru kapal feri Korea
Selatan yang tenggelam.


Di saat kemarahan
keluarga penumpang kapal feri
milik Korea Selatan, Sewol,
membuncah akibat ulah para kru
dan sang kapten, Lee Joon-seok,
namun mereka tidak bisa
membenci sosok Park Jee Young.
Bagaimana tidak, salah satu kru
kapal feri tujuan Incheon ke
Pulau Jeju itu rela meregang
nyawa demi menyelamatkan para
penumpang.
Dilansir dari kantor berita CNN,
Senin 21 April 2014, aksi heroik
Jee Young disaksikan oleh banyak
penumpang. Jee Young tampak
membantu penumpang
melarikan diri dan
mendistribusikan jaket
penyelamat. Hal itu dilakukan
perempuan berusia 22 tahun
tersebut, begitu mengetahui
posisi kapal feri sudah miring.
Ketika kehabisan jaket
penyelamat, dia lari ke lantai
lainnya untuk mencari lebih
banyak lagi jaket. Bahkan, Jee
Young rela tidak mengenakan
jaket penyelamat.
Saat seorang penumpang
bertanya mengapa Jee Young
tidak ikut memakai jaket
penyelamat, dia mengatakan
semua anggota kru menjadi
prioritas terakhir. Menurut
penjelasan dari media Korsel
yang mengutip pernyataan para
saksi, Jee Young lebih memikirkan
untuk menolong penumpang lain
terlebih dahulu, ketimbang
menyelamatkan diri sendiri.
Akibatnya, nyawa Jee Young
malah tidak tertolong dan
jenazahnya kini tengah
dibaringkan di rumah duka di
kota Incheon. Jee Young menjadi
satu dari 87 orang yang
dinyatakan tewas saat kapal
Sewol tenggelam. 215
penumpang lainnya masih
dinyatakan hilang.
Di rumah duka, terpancar
suasana kesedihan yang
mendalam. Bunga lily dan krisan
dikirim publik Korsel untuk
menghormati Jee Young. Saking
banyaknya bunga duka cita,
semua dijejer sejak di koridor
hingga ke ruang dibaringkannya
jenazah.
Di dalam bunga itu terlihat
beragam doa dan pesan yang
ditujukan khusus bagi Jee Young,
seperti "Kami tidak akan
melupakan semangat mulia
Anda". "Kami akan selalu
mengingat pengorbanan Anda"
dan "Pahlawan".
Seorang pria asing dengan luka
di bagian kepala pun hadir di
acara pemberian hormat bagi Jee
Young. Saat ditanya oleh pihak
keluarga, pria itu mengaku
berutang kepada Jee Young.
Menurut dia, apabila Jee Young
tidak memberi handuk di
kepalanya yang berdarah dan
membantunya ketika air mulai
membanjiri kapal, maka dia tidak
dapat berdiri di hadapan jenazah
Jee Young.
Bahkan, sebuah petisi online
mulai digerakkan untuk
mendorong pemerintah memberi
penghargaan Good Samaritan
bagi Jee Young. "Dia memang
bertanggung jawab dan begitu
baik," ujar sang nenek, Jung Jee
Kwon.
Kesedihan begitu melanda
keluarga ini. Mereka semua
menangis sambil menggenggam
tangan Jee Young.

Tulang punggung keluarga
Menurut salah satu kerabatnya,
Jee Young sebenarnya ingin
melanjutkan kuliahnya. Namun,
dia terpaksa meninggalkan
kampusnya demi menjadi tulang
punggung keluarga usai sang
ayah tiada.
Lalu, di tahun 2012 silam, dia
bergabung dengan perusahan
feri yang mengoperasikan Sewol.
Karena kerjanya dinilai bagus,
maka Jee Young dipindahkan ke
kapal feri yang lebih besar.
Tercatat baru enam bulan dia
bekerja di kapal itu.
Namun, nahas menimpa Jee
Young pada Rabu, 16 April 2014.
Kapal tiba-tiba miring dan
tenggelam. Hal ini sangat
mengejutkan banyak pihak
terutama keluarga.
Terlebih kapten kapal, Lee Joon-
seok, dan beberapa kru malah
melarikan diri ketika kapal sudah
dalam keadaan miring.
"Hal ini tidak adil bagi Jee Young
kami. Dia terpaksa harus
meninggal, sementara kapten
malah melarikan diri," ujar sang
bibi yang enggan disebut
namanya.
Kini, proses pencarian terhadap
korban hilang masih terus
dilakukan. Sebanyak dua pertiga
penumpang kapal merupakan
pelajar SMA yang tengah
menghabiskan liburan. (one)
Sumber Kisah Heroik Kru Kapal Feri
Korsel Selamatkan Penumpang
 

Tag

IP

My-Yahoo

Blogger Widget Get This Widget

Histast

Total Pengunjung