http://infobmi.blogspot.com/. Powered by Blogger.

Saturday, April 12, 2014

Musikus Melanie Soebono Bawa Masalah TKI ke PBB


Tribun Jateng/Wahyu
Sulistiyawan
Duta Migrant Care, Melanie
Subono memberikan
keterangan kepada awak media
saat tiba di Bandara
Internasional Ahmad Yani
Semarang, Jateng, Rabu
(2/4/2014). Kedatangan Melanie
Subono ke Semarang dalam
rangka penggalangan dana
serta memberi motifasi kepada
keluarga Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) asal Ungaran,
Sutinah yang terancam
dihukum mati di Arab Saudi.
(Tribun Jateng/Wahyu
Sulistiyawan)


Melanie
Subono selama ini lebih dikenal
sebagai musikus. Padahal, putri
dari promotor kondang Adrie
Subono ini sejak tujuh tahun
lalu juga menjadi aktivis
pembelaan buruh migran.
Ia sangat lantang menyuarakan
pembebasan Satinah dan
Wilfrida Soik dari hukuman
mati.
Ternyata, teriakan untuk
Satinah sudah dilakukan sejak
2009, ketika pemerintah dan
lembaga-lembaga di Tanah Air
masih membisu.
Kini, Melanie dipercaya menjadi
Duta Anti-Perbudakan Modern
untuk delapan negara.
Soal banyaknya kasus hukum
yang menjerat TKI, perempuan
kelahiran Jerman 37 tahun
silam itu mengkritik lambannya
pemerintah dalam
penyelamatan.
Berikut wawancara wartawan
Harian Surya (Tribun Network),
Miftah Faridl dengan Melanie
Subono.
Menurut Anda, apa sebenarnya
permasalahan pokok yang
dihadapi tenaga kerja migran
(TKI) kita?
*Tidak adanya hukum yang
melindungi pekerja kita. Yang
ada hanya penempatan. Orang
yang dituntut karena
melecehkan TKI kok besoknya
jadi tim negosiator? Orang yang
dipilih selalu berantakan. Orang
yang dituntut melecehkan TKI
kok besoknya bisa jadi tim
negosiator.
*Dubes yang melecehkan TKI
juga kok besoknya jadi Kepala
BNP2TKI. Di sisi lain, pemerintah
juga lamban (lelet) mengirim
bantuan. Tidak ada yang (mau)
bekerja. Selalu harus
menunggu orang berteriak dulu
baru difokuskan
(penangananannya). Reaksinya
lamban. Di dalam badan-badan
ini terlalu banyak korupsi dan
ketidakjelasan.
Selama ini bagaimana peran
pemerintah?
*Ada kok, tapi belakangan ini.
Pemerintah rajin dalam
menerima uang tahunan dari
mereka (TKI). Tetapi tidak
bergerak ketika ada masalah."
"Sekarang saya tanya balik,
kalau saya tidak berteriak
masalah Wilfrida atau Satinah.
Ada kalian (media massa)
menulis? Ada rakyat yang
dengar?"
"Kita membawa kasus Satinah
ke Kemenlu (Kementerian Luar
Negeri) pada Oktober 2009.
Tetapi tidak ada tanggapan
sampai 2011. Padalah, saat itu
sudah vonis."
Ada anggapan pemerintah
lemah dalam diplomasi dengan
negara tujuan TKI?
*Pastilah. Sekarang ada di posisi
yang lemah. Wong lelet
(lambat). Contoh kasus Satinah.
Saat uang diyatnya hanya 1,250
miliar, kenapa tidak langsung
dibayar?
Selama ini, upaya pembelaan
buruh migran lebih banyak
digerakkan masyarakat
ketimbang institusi pemerintah.
Apa pendapat Anda?
*Tidak apa-apa. Toh mereka itu
juga bisa duduk di kursi
pemerintahan karena suara kita
kok."
"Artinya mereka bisa turun
karena suara kita juga. Setiap
ada kabar buruh migran
terancam hukman mati, baru
ada gerakan untuk
mencegahnya."
Kenapa tidak ada upaya
preventif, misalnya
pendampingan sejak dalam
pemeriksaan polisi?
*Saya juga syok dengan fakta
bahwa mereka yang sudah
divonis mati tidak didampingi
pengacara atau penerjemah.
Nah, jadi jangan marah kalau
sudah terlambat. Akhirnya
negosiasi menjadi alot dan uang
diyat menjadi mahal."
Apa sih yang dikerjakan orang
yang kita gaji di sana?
Bagaimana Konjen? Dubes?
KBRI? Tetapi, minggu ini
semuanya akan resmi
terdengar.
*Jadi, saya membawa kasus ini
ke PBB (Perserikatan Bangsa-
bangsa).
Apakah perlu pemerintah
benar-benar menghentikan
pengiriman TKI di negara-
negara yang konstitusinya
melemahkan kemanusiaan
warga asing?
*Memangnya mereka
(pemerintah) mau berhenti
terima uang yang nyaris Rp100
triliun setiap tahun dari devisa
TKI?
Sejak kapan Anda terlibat aktif
dalam gerakan ini?
*Kalau untuk buruh ini sudah
tahun ketujuh dan untuk
pekerja migran, sudah tahun
keempat. Saya bekerja tahun
lalu dengan anak dari TKI yang
terhukum mati, Ruyati."
"Bahkan, dengan Imas, Tati dan
lain-lain. Tetapi, kali ini saya
harus lebih kencang berteriak-
teriak, karena tampaknya
presiden kita semakin bebal
kupingnya."
Apa yang membuat Anda
akhirnya mau terjun dalam
gerakan pembelaan buruh
migran?
*Saya warga negara yang bayar
pajak, saya nyoblos, saya punya
KTP. Itu artinya saya warga
negara Indonesia yang berhak
untuk bertanya apapun yang
saya mau.
"Ke mana pajak yang saya
bayarkan? Termasuk apa yang
terjadi dengan saudara-saudara
saya yang bekerja sebagai TKI."
Oh ya, apakah ada upaya Anda
untuk menggerakkan
kesadaran dan solidaritas di
kalangan artis untuk ikut
terlibat dalam isu-isu buruh
migran?
*Kalau mereka peduli, tidak
perlu diajak juga pasti akan
ikut. Dan banyak sekali kok
(artis) yang ikut tanpa harus
disebutkan nama mereka.
Sumber tribunnews.com

Ribuan TKI yang Berangkat, yang Tercatat Hanya Ratusan


Kompas.com/Sigiranus Marutho
Bere
16 TKI Ilegal yang hendak
diselundupkan ke Malaysia
diamankan polisi

Lamongan, Jawa Timur,
termasuk daerah di Jatim yang
menjadi penyuplai terbesar
tenaga kerja Indonesia (TKI),
utamanya untuk TKI Malaysia.
Ada puluhan ribu warga
Lamongan yang hilir mudik
bekerja di luar negeri.
Tetapi mereka yang tercatat
sebagai TKI resmi di Kantor
Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Dinsosnakertrans),
hanyalah ratusan nama.
Kongkretnya 245 orang,
tersebar di lima negara.
“Dinas hanya bisa memantau
TKI yang kepergiannya
tercatat. Mereka ini yang
melalui jalur resmi,” kata
Kepala Dinas Sosial Tenaga
Kerja dan Transmigrasi, Imam
Tresno Edy.
Sampai kini, Dinsosnakertrans
kesulitan mengetahui berapa
persis jumlah warga Lamongan
yang menjadi TKI.
Dinas ini kesulitan memantau
para perantau ke mancanegara.
Mereka baru melapor atau
mengadukan keberadaannya
jika muncul masalah, misalnya
terlilit perkara hukum.
“Kalau sudah begitu, negara
dan kami-kami ini yang
disalahkan. Dianggap kurang
perhatian dan sebagainya,”
tuturnya.
Saat ini, Mariyanto, TKI asal
Sidomukti, Brondong,
Lamongan, terancam hukuman
mati di Malaysia.
Ia divonis mati dalam perkara
perkelahian hingga
menyebabkan meninggalnya
seorang TKI, juga asal Jatim.
Nasib Mariyanto kini menunggu
hasil banding. Ia diduga
berangkat ke negeri jiran tidak
melalui jalur Dinsosnakertrans.
Imam Tresno Edy menegaskan,
Dinsosnakertrans Lamongan
selama ini menyiapkan
berbagai program pelatihan
untuk para calon TKI. Tetapi,
program ini tidak bisa
dimanfaatkan maksimal oleh
para calon TKI.
Sebab, umumnya mereka
direkrut Perusahaan Pengerah
Tenaga Kerja Indonesia Swasta
(PPTIS) dan dilatih sendiri oleh
perusahaan itu.
“Kecil sekali yang berangkat
dengan rekomendasi
pemerintah (Dinsosnakertrans)
,” katanya.
Ia lalu memberi contoh
Kecamatan Solokuro dan
Paciran yang selama ini
diketahui banyak penduduk
laki-lakinya yang menjadi TKI di
Malaysia. Di Dinsosnakertrans
ternyata hanya tercatat
sebanyak 200 orang.
Bagi warga di dua kecamatan
itu, Malaysia menjadi kampung
halaman kedua. Bekerja di
sana tak ubahnya dengan
bekerja di Surabaya atau
Jakarta, yang bisa pulang pergi
dalam hitungan hari.
Imam mengaku tidak tahu
persis visa yang mereka
gunakan, apakah kunjungan
atau bekerja.
Tapi, melihat banyaknya TKI
yang dideportasi dari sejumlah
negara, itu berarti mereka
tidak resmi.
”Visa pelancong, tapi begitu
sudah tiba di negara tujuan
untuk bekerja dan tidak mau
pulang,” tandasnya.
Imam berharap kedepan TKI
Lamongan berangkat melalui
jalur resmi sehingga lebih aman
di negara tujuan.
Ditambahkan, pihaknya tak
henti-hentinya
menyosialisasikan cara menjadi
TKI yang nyaman dan aman
melalui jalur resmi.
Sosialisasi dilakukan hingga ke
desa-desa kantong TKI.
Penjelasan Dinsosnakertrans itu
diamini Sukiran Kepala Desa
Sidomukto, Kecamatan
Brondong, asal TKI tervonis
mati, Mariyanto.
Sukiran dan warga desanya
sudah lama tahu kasus yang
menjerat Mariyanto. ”Tapi, kami
dari pihak desa tidak bisa
berbuat apa-apa,” katanya.
Sukiran juga mengakui banyak
warga desanya yang menjadi
TKI tanpa tercatat di
Dinsosnaker.
Warga Sidomukti yang
berangkat menjadi TKI
kebanyakan melalui jalur
belakang.
“Ini sudah biasa dilakukan
warga Sidomukti. Baru setahun
terakhir ini saja calon TKI itu
tertib,” ungkapnya. Sukiran
hanya bisa memperkirakan ada
sekitar 1.000 orang warga Desa
Sidomukti menjadi TKI.
Tapi, ia tidak mempunyai data
riil yang tertulis di balai desa.
”Orang sini ada yang dua bulan
sekali pulang pergi ke
Malaysia,” katanya. (Surya/ridl/
st36)
Sumber tribunnews.com

3 bulan kerja di Oman, TKI pulang babak belur


Malang menimpa Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Desa Cilalawi, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta, Mamah Maya Abdilah (35). Tiga bulan bekerja di Oman, Mamah menjadi korban penyiksaan majikannya.
"Selama berada di sana, saya hampir setiap hari disiksa majikan saya. Mereka menyiksa saya, karena saya tidak bisa berkomunikasi. Maklum, saya baru pertama kali berkerja jadi TKI," ujar Mamah menangis, Sabtu (12/4/2014).
Akibat penyiksaan itu, Mamah mengalami luka di sekujur tubuh. Sejak tiba di Tanah Air, pada 7 April 2014, hingga kini dirinya masih belum bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Dia masih sangat syok dengan peristiwa yang dialaminya.
"Saya berangkat awal Januari 2014, melalui Perusahaan Penyalur Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) di Jakarta. Kemudian dikirim ke Negara Oman untuk menjadi Pembantu Rumah Tangga (PRT)," sambungnya.
Saat ditanya yang memberangkatkannya, Mamah mengaku tidak tahu. Dia hanya ingat, perusahaan penyalur tenagakerja itu tidak pernah memberikan pembinaan atau latihan kerja kepadanya.
"Kami dibawa dari Jakarta, kami dibawa ke Surabaya. Kemudian dari Bandara Juanda-Surabaya, kami berangkat ke Negara Oman," tuturnya.
Sesampainya di Timur Tengah, para TKI disalurkan menjadi PRT ke sejumlah keluarga. Namun malang, keluarga yang menerima Mamah memiliki watak kasar. Setiap hari, dia menjadi sasaran kemarahan majikannya.
"Setiap kali disuruh saya selalu dipukul. Tak hanya majikan saya, anak majikan saya juga ikut menyiksa saya. Di sana saya sakit kemudian minta pulang. Majikan saya kemudian mengantarkan saya ke perusahaan menyalurkan saya," terangnya.
Oleh perusahaan tersebut, Mamah malah dikembalikan ke majikannya yang dulu. Sontak saja dia menolak dan mengancam akan kabur. "Mungkin karena kondisi saya sudah lemah, akhirnya saya dipulangkan ke Indonesia," ungkapnya.
Setibanya di Indonesia, Mamah mengaku tidak mau kembali lagi bekerja menjadi TKI. Dia mengaku kapok dan tampak sangat syok. Dia juga sempat mendapat perawatan intensif selama beberapa hari.
"Sampai saat ini saya tak pernah melapor ke pihak-pihak terkait. Terlebih seponsor yang memberangkatkan saya datang dan memberi saya uang agar jangan memperpanjang persoalan ini. Saya juga tidak tahu harus melapor kemana," pungkasnya.
Sumber Sindonews.com

`Heartbleed` Jadi Bencana Besar Sepanjang Sejarah Dunia Internet


Los AngelesDunia internet masuk dalam sebuah bahaya besar karena celah atau bug yang disebut Heartbleed. Celah itu merupakan kerentanan yang terdapat dalam OpenSSL yang biasa ada di laman situs atau layanan berbasis internet.
Bahaya besar yang dihasilkan oleh kerentanan OpenSSL yang baru diumumkan awal pekan ini membuat banyak pihak ketar-ketir. Pasalnya, Software OpenSSL selama ini digunakan untuk mengamankan lalu lintas berinternet melalui sertifikat digital.
Selain itu, OpenSSL juga bertugas untuk menyimpan 'kunci' segala informasi yang diamankan ketika dalam perjalanan lewat internet dari perusahaan menuju pengguna. Sayangnya, kini si penyimpan 'kunci' dilaporkan memiliki kerentanan yang memungkinkan peretas mengambil data pengguna dengan mudah.
Dikutip dariMashable, Sabtu (12/4/2014) kerentanan yang dihasilkan oleh Heartbleed bug merupakan bencana besar terbesar sepanjang internet berlangsung. Siapapun yang menggunakan internet bisa saja menjadi korban dari hacker yang memanfaatkan Heartbleed.
"Bencana adalah kata yang tepat untuk Heartbleed bug. Dari skala 1-10, Heartbleed memiliki skala 11 terkait bahaya keamanan berinternet," kata seorang ahli keamanan, Bruce Schneier saat diminta penjelasan tentang bahaya celah keamanan Heartbleed.
Celah ini disebutkan juga mungkin tersedia di berbagai layanan raksasa internet seperti Facebook, Amazon, Yahoo, Twitter dan lainnya. Namun, beberapa perusahaan besar mengaku telah berhasil menambal celah itu dengan memperbaiki celah keamanan itu. By Liputan6.com

13 Tahun Hilang, TKI Di Riyadh Ditemukan


Warni Binti Uwas Acing
RIYADH (RIAUPOS.CO) - Seorang
warga negara Indonesia (WNI)
yang menjadi tenaga kerja
Indonesia, dilaporkan hilang
selama 13 tahun.
Namun WNI yang diketahui
bernama Warni Binti Uwas Acing,
berhasil ditemukan kembali oleh
pihak Kedutaan Besar RI di
Riyadh, Arab Saudi.
Sebelumnya orangtua dari Warni
telah melaporkan kasus
hilangnya anak kesayangan
mereka. Laporan tersebut
dilakukan oleh orangtua Warni
kepada BNP2TKI pada Desember
2010 lalu.
”Pihak KBRI Riyadh yang
mendapatkan bantuan melacak
keberadaan Warni, sempat
melakukan berbagai jalur. Meski
melalui Kementerian Luar Negeri
Arab Saudi, pencarian sempat
tidak membuahkan hasil,”
pernyataan pihak KBRI Riyadh
dalam website resminya, Jumat
(11/4).
”Baru pada 8 April 2014, Warni
bersama majikannya datang ke
KBRI Riyadh untuk memperbarui
paspor. Staf KBRI langsung
melakukan wawancara dan
memutuskan untuk tidak
mengembalikannya kepada
majikan,” lanjut keterangan itu.
Pihak KBRI Riyadh juga
melakukan investigasi terhadap
majikan yang memperkerjakan
Warni. Majikan itu pun diminta
pertanggungjawabannya.
Setelah ditelusuri, ternyata Warni
sudah bekerja selama 13 tahun
di Dammam, Provinsi Timur
dengan majikan bernama Falah
bin Muhaya bin Falhan al Assimi.
Menurut pengakuannya,
meskipun selama bekerja
diperlakukan secara baik, namun
selama 13 tahun bekerja,
majikannya tidak pernah
membayarkan gaji yang
dijanjikannya.
Warni menjelaskan bahwa sejak
5 tahun yang lalu, dirinya terus
meminta untuk dipulangkan ke
Indonesia. Namun majikannya
tidak mau memulangkannya dan
hanya sekadar menjanjikan
untuk memulangkan, tanpa ada
realisasi. Padahal dirinya sudah
sangat ingin kembali ke
Indonesia.(jrr)
Sumber riaupos.co
 

Tag

IP

My-Yahoo

Blogger Widget Get This Widget

Histast

Total Pengunjung