http://infobmi.blogspot.com/. Powered by Blogger.

Thursday, March 6, 2014

Pemalsu Ijazah TKI dan Caleg Dibekuk

Metrotvnews.com, Pontianak:
Polda Kalimantan Barat
menangkap dua pemalsu
dokumen kependudukan seperti
ijazah. Keduanya menerima
orderan dari TKI dan calon
anggota legislatif. Jaringannya
terus dikejar. Sebab, dokumen
palsu ini berdampak kepada
kepemilikan dan status.
"Kebanyakan untuk TKI. Ini
berdampak pada nasib TKI kita
di luar negeri. Umur bisa
dipalsukan, ijazah juga," cetus
Direktur Reserse Kriminal Umum
Polda Kalbar Kombes Rudi
Hartono, Kamis (6/2).
Dua tersangka itu adalah Edy
Junaedi,44, pembuat dokumen-
dokumen bodong; dan Riki,35,
makelar dokumen itu. Mereka
ditangkap jajaran Direskrimum
Polda Kalbar di rumah pelaku, di
Jl Sultan Hamid II Komplek
Gerbang Permata Sari Asri No. G
12, Pontianak Timur, Kalbar,
Selasa (4/3).
Rudi menjelaskan, Edy memiliki
peran sebagai pemalsu beberapa
jenis dokumen kependudukan.
Dari yang sudah diakuinya, Edy
memalsukan Kartu Keluarga,
Akta Kelahiran, dan KTP untuk
wilayah Kalbar, Kalteng, DKI
Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, Bali,
Sumatra, Sulawesi, Papua,
Maluku, NTT, NTB; SKCK dan
Akte Cerai untuk wilayah yang
belum teridentifikasi; serta Akte
Nikah wilayah Kalbar dan Pulau
Jawa.
"Buku Nikahnya, yang
bersangkutan mengisi sendiri,"
ucap dia.
Selain itu, ada pula pemalsuan
Ijasah SMP dan SMA. Dokumen
ini disinyalir sudah dipesan TKI
dan beberapa calon anggota
legislatif lokal untuk
meloloskannya dari persyaratan
administrasi minimal. Meski
begitu, Rudi enggan menyebut
nama-nama caleg itu.
"Nanti kita malah ikutan black
campaign," selorohnya.
Digarap pula pemalsuan BPKB
wilayah Kalbar; STNK sepeda
motor dan mobil untuk wilayah
Kota Pontianak dan Kubu Raya,
Kalimantan Barat; SIM C, A, dan
A Umum, B1 dan B1 Umum, B2
dan B2 Umum. Rudi mengaku
masih mendalami keterkaitannya
dengan pelaku curanmor.
Lebih gawat lagi, sambungnya,
ada pemalsuan Sertifikat Tanah
di wilayah Kota Pontianak. Jika
pemalsuan ini dibiarkan, ini
rentan terhadap sengketa tanah.
Mekanisme pemesanan
dokumen-dokumen palsu itu,
jelas Rudi, didahului dengan
pesanan. Peminat, katanya, mesti
memesan dulu lewat Riki. Baru
kemudian Riki menghubungi Edy
untuk membuat dokumen sesui
pesanan.
Tarifnya, ungkap dia, sangat
terjangkau. Untuk memesan
ijasah bodong, masyarakat cukup
mengeluarkan Rp 100 ribu, BPKB
Rp 500 ribu, STNK Rp 100 ribu,
SIM Rp 100 ribu, KK Rp 50 ribu,
KTP Rp 50 ribu, Akte Kelahiran
Rp 50 ribu, Akte Nikah Rp 100
ribu, Buku Nikah Rp 150 ribu,
Sertifikat Tanah Rp 300 ribu, dan
SKCK Rp 50 ribu.
"Uang tersebut adalah harga
untuk Riki (dari Edy). Sedangkan
(tarif) Riki kepada pemesan tidak
tahu berapa," sambung Rudi.
Modus pemalsuan dokumen-
dokumen itu, Rudi menjelaskan,
ada beberapa jenis. Pertama,
pelaku membeli blangko asli
sebagian dokumen itu dari
seseorang bernama Ika, di
Sungai Adong, Kubu Raya,
Kalbar. Pelaku sendiri tidak tahu
darimana Ika mendapat blanko
asli itu.
"Tersangka mengisi blangko asli
kemudian diisi datanya," ujar dia.
Jika tidak ada blanko asli, Edy
terbiasa mencetak sendiri blanko
asli tapi palsu. Dokumen itu bisa
diisi sendiri oleh pelaku, atau
juga diserahkan kepada Riki
untuk kemudian pemesan
mengisi sendiri dokumennya.
Setiap pesanan dari Riki, Edy
langsung menerima pembayaran
sesuai harga yang
ditentukannya," imbuh dia.
Kepada polisi, pelaku mengaku
sudah beroperasi selama tiga
tahun. Omset per bulannya
mencapai Rp1,5 juta.
Dari penggerebekan rumah
pelaku, kata Rudi, pihaknya
sudah menyita sejumlah
dokumen bodong. Yakni, kartu
akta nikah, Cap "Untuk Duda"
dan "Untuk Janda", akta
kelahiran cetakan lama dan
baru, akta perkawinan, KTP,
Kartu Keluarga, notice Pajak,
STNK, hologram dokumen Akta
Kelahiran dan SIM, BPKB, Kartu
SIM A dan C Polresta Pontianak,
blangko SKCK.
Ditambahkannya, adapula
sertifikat tanah, Segel Sertifikat
Hak Milik dari Badan Pertahanan
Nasional, materai asli. Selain itu
ada plastik laminating KTP,
laminating dop, alat cetak
(pemindai atau scanner, tiga
printer, dan tiga komputer), alat
press laminating KTP, alat
pemotong kertas, serta alat
untuk memotong KTP.
"Edy Junaedi dan Riki serta
barang bukti diamankan di Dit
Reskrimum (Polda Kalbar) untuk
proses penyidikan lebih lanjut,"
tandasnya. (Arif Hulwan)
metrotvnews.com

Rusuh di Jeddah, TKI Minta Segera Dipulangkan


Jakarta - Direktur
Migrant Care, Anis Hidayah,
mengatakan tenaga kerja Indonesia
yang berada di pusat penahanan
Al-Shemaisi, Jeddah, Arab Saudi,
masih menunggu untuk
dipulangkan. Mereka mendesak
untuk segera dikembalikan ke
Indonesia. "Jumlahnya sekitar 600-
an orang," kata Anis saat
dihubungi, Rabu, 5 Maret 2014.
Jumlah tersebut merupakan sisa
dari 12 ribu orang TKI yang
sebelumnya tinggal di sana. Anis
belum tahu kapan pastinya
sejumlah TKI tersebut akan
dipulangkan. Hanya saja, kata Anis,
mereka meminta untuk segera
dikembalikan ke tanah air.
Juru bicara Kementerian Luar
Negeri, Robert Matheus Michel
Tene, memastikan tidak ada
korban dari pihak warga negara
Indonesia dalam kerusuhan di
pusat penahanan Al-Shemaisi,
Jeddah. "Kami akan terus
berkoordinasi dengan perwakilan
Indonesia di sana," kata dia.
Pada Ahad malam lalu, sejumlah
pekerja asing terlibat kerusuhan
dengan penjaga keamanan di
pusat penahanan Al-Shemaisi,
Jeddah. Akibatnya, satu pekerja
asing meninggal dan sembilan
orang terluka.
Juru bicara kepolisian Mekkah,
Komandan Ati al-Qurashi,
mengatakan para tahanan
berusaha menimbulkan kekacauan.
"Polisi pun terpaksa turun tangan,
sehingga meenimbulkan korban
tewas dan luka dalam usaha
pengamanan," kata al-Qurashi
seperti yang dikutip Al-Jazeera,
Senin, 3 Maret 2014.
Namun, Al-Quraishi tak mau
menjelaskan penyebab kerusuhan
dan bagaimana kejadian detilnya.
Bahkan al-Qurashi tidak
menyebutkan nama serta
kebangsaan korban tewas atau
yang terluka. Al-Qurashi hanya
bilang, "kericuhan terjadi kala
pekerja asing menanti proses
deportasi."
AMRI MAHBUB
TEMPO.CO

Banyak TKI Yang Stres Di Penampungan Saudi

Kerusuhan di tempat penampungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) overstayer di Jeddah, Arab Saudi pekan lalu, menandakan penanganan dari pemerintah Indonesia masih minim. Seharusnya, pihak pemerintah bisa mencegah hal itu terjadi.
Hal itu diungkapkan Direktur Mi­grant Care Anis Hidayah ke­padaRakyat Merdekadi Ja­karta, kemarin. Menurutnya, hal itu terjadi karena lambatnya peme­rintah dalam melakukan pemu­langan TKI overstayer. Padahal, para TKI sudah berada di penam­pungan sejak November 2013.
“Dalam kejadian ini penanga­nan pemerintah antiklimaks. Pe­merintah sangat lambat mela­kukan penanganan dan tidak mem­perdulikan nasib rakyatnya. Para TKI dibiarkan menunggu tan­pa kejelasan kapan akan dipu­langkan ke Indonesia,” kata Anis.
Akibatnya, kata Anis, mayo­ritas TKI di penampungan me­nga­lami stres berat, karena terlalu la­ma mendekam di tempat pe­nam­pungan. Seharusnya, peme­rintah segera memulangkan TKI yang berada di penahanan. Ka­rena, mereka sudah tidak mem­punyai akses untuk men­dapatkan pekerjaan dan kembali ke Tanah Air. Bahkan, untuk mendapatkan keduanya mereka dipersulit dan diabaikan.
Menurutnya, peristiwa kerusu­han ini harus dijadikan pelajaran bagi pemerintah untuk mengeva­luasi pengiriman TKI ke Arab Sau­di. Selain itu, harus bisa mela­yani warga negaranya yang men­cari nafkah di luar negeri dan memberikan kemudahan jika ada yang ingin kembali ke Tanah Air.
“Harusnya Pemerintah ber­benah diri. Jangan terus menerus mela­kukan pengiriman TKI ke Arab Saudi, kecuali semua TKI yang di Saudi terbebas dari masa­lah. Akan tetapi, Pemerintah tidak me­lihat ke arah itu. Hanya me­mentingkan devisanya saja, tanpa memberikan perlindungan yang maksimal,” tudingnya.
Berdasarkan info dari Migrant Care, sudah ada dari para relawan yang menangani para TKI. Na­mun, pihaknya belum terlihat ada perwa­kilan pemerintah yang ikut men­dampingi. “Jangan mentang-men­tang tidak ada korban peme­rintah jadi terkesan setengah hati. Perlakuan pemerintah harus adil dan tidak memandang ada korban atau tidak,” tuturnya.
Aktivis LSM Perlindungan Buruh Migran Lily Pujiati me­nyatakan, untuk melakukan pemulangan TKI Overstayer tidaklah sulit. Menurutnya, asal­kan ada koordinasi yang baik an­tara Kemenlu dan KJRI, pena­nganan TKI akan lebih mudah. Sayangnya, selama ini koordinasi keduanya kacau balau dan tumpang tindih dalam melaksa­nakan tugasnya.
“Pemerintah melalui Kemenlu harus bisa melakukan pemula­ngan. Karena memang sudah tu­gas dari Kemenlu dan sudah ada anggarannya untuk memulang­kan TKI. Kalau memang tidak bisa berarti power dalam diplo­masi masih lemah,” ungkapnya.
Lily menyebut, masalah yang dihadapi TKI itu selalu sama. Diantaranya, na­ma seorang TKI tidak sama ke­tika be­rangkat dan pulang, sehingga pas­pornya tidak dapat dilacak dan sulit pulang. Lalu ada pengenaan denda ter­hadap War­ga Negara Asing (WNA) di Arab yang melebihi batas izin tinggal.
Lily menyarankan, agar masa­lah serupa tidak terulang lagi. TKI yang akan bekerja kembali ke Arab dan negara penempan lainnya. Harus diproses dengan benar. Pertama, mulai dari proses pemenuhan dokumen resmi. Ka­re­na banyak yang tidak ber­do­kumen resmi. Kedua, kemam­puan individu harus dilatih. Keti­ga harus mengetahui negara pe­nempatan dan budayanya.
Sebelum­nya, telah terjadi kerusuhan di Tarhil Shumaysi, Jeddah, Arab Saudi, sebuah lo­kasi penam­pung­an TKI yang akan dipulangkan ke negara asal­nya pada hari minggu pekan lalu. Satu orang dilaporkan tewas dan sembilan lainnya luka-luka. Akan tetapi, belum diketa­hui negara asal para korban.
Berdasarkan data Konsulat Jenderal Republik Indonesia Jeddah per 21 Januari lalu, sekitar 1.400 buruh migran yang masih ditampung di Shumaysi. Mereka semua sedang menunggu doku­men deportasi untuk dipulangkan ke Indonesia. Jumlah tersebut ter­masuk ribuan warga negara In­donesia yang melampaui batas izin tinggal resmi(overstayers).
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Michael Tene mengata­kan, tidak ada WNI yang men­ja­di kor­ban dan terlibat dalam ke­ja­­dian ter­sebut. “Informasi yang kami pe­roleh tidak ada korban. Kami akan te­rus berkoordinasi dengan perwa­kilan Indonesia,” ujarnya.
Tene menambahkan, KJRI su­dah memberi arahan kepada para TKI agar tertib menunggu gi­­liran dipulangkan. Selama be­rada di Shumaysi, segala kebu­tuhan TKI overstayer ditanggung penuh pemerintah Arab Saudi. Sebab, fasilitas Shumaysi dan kebijakan deportasi buat buruh migran overstay merupakan kebi­jakan Arab Saudi.
Mental Siswa & Guru Rawan Terganggu ...
Ujian Nasional Dikawal 30 Ribu Polisi
Pelaksanaan Ujian Na­sio­­nal (UN) pada tahun ini kembali akan dikawal aparat ke­polisian. Hal ini semakin mem­pertegas bah­wa pelaksa­naan UN tak ubah­nya seperti kondisi berba­haya. Padahal, UN adalah kegia­tan evaluasi atas hasil belajar siswa selama me­nem­puh satu jenjang pendidikan.
Sekjen Federasi Guru Inde­penden Indonesia (FGII) Iwan Hermawan, melihat pelibatan aparat kepolisian sudah mem­pertegas bahwa UN adalah se­buah kondisi yang darurat. “Ini adalah situasi darurat untuk pen­didikan nasional yang bera­wal dari ketidakpercayaan pe­me­rintah kepada guru,” katanya saat dikontakRakyat Merdeka, kemarin.
Pelibatan polisi juga menan­dakan pelaksanaan UN tidak aman. “Ketika siswa se­dang UN, pengawalan dari po­lisi akan membawa dampak psi­kologis bagi siswa, dimana sis­wa diintimidasi melalui ke­ha­diran polisi, baik itu keha­diran polisi berseragam mau­pun mobil polisi di lingkungan se­kolah,” katanya.
Iwan mengaku, prihatin kare­na saat pelaksanaan UN, para siswa, guru, dan pengawas di­ang­gap sebagai orang jahat sehingga harus diawasi polisi. “Padahal secara teknis UN juga diawasi oleh perguruan tinggi,” imbuhnya.
Pengamat pendidikan Doni Koesoema menilai, pengawa­lan ketat aparat kepolisian da­lam pelaksanaan ujian nasional terlalu berlebihan. “Kalau prin­sipnya menjaga kerahasiaan, polisi sebaiknya ditempatkan pa­da beberapa titik dalam dis­tribusi logistik UN, tapi tidak bo­leh keluyuran di sekolah-se­kolah,” katanya.
Dia menilai pengawalan ketat kepolisian menunjukkan pemerintah gagal membangun sistem pendidikan yang man­diri dan juga pelaksanaan UN yang bermutu. “Yang harus di­ta­ngani itu bagaimana modus-modus pelanggaran dan kecu­rangan dalam UN harus dihu­kum,” ujarnya.
Doni juga mengusulkan agar pe­merintah membuat me­kanis­me pelaporan terkait pelang­garan dan kecurangan dalam UN.
Setidaknya bakal ada 30 ribu personel polisi yang terlibat dalam penjagaan UN 2014. mengawasi di percetakan, mengawal pendistribusian, dan menjaga di gudang-gudang panitia provinsi.
Rakyat Belum Nikmati Potensi Bisnis Kelautan
Himitekindo Minta Mahasiswa Terlibat
Ketua Dewan Pakar Himpu­nan Mahasiswa Ilmu dan Tek­nologi Kelautan Indonesia (Hi­mi­te­kindo) Badarudding Andi Picunang meminta mahasiswa terlibat aktif dan menjadi garda ter­depan dalam memanfaatkan potensi kelautan Indonesia. Men­urutnya, potensi laut harus di­mak­simalkan untuk kemas­la­hatan rakyat.
“Kita patut berbangga karena Kementerian Kelautan dan Pe­rikanan telah mendesain pro­gram yang menurut saya inilah yang kita butuhkan untuk men­jadi negara maritim dan negara yang kuat, Jadi jangan selalu ber­pikir daratan. Sumber daya alam kelautan kita sangat kaya dan belum dimanfaatkan,” kata Badarudding dalam Simposium Nasional Kelautan Himitekindo di Universitas Padjajaran (Un­pad), Bandung, kemarin.
Badar menilai, program Blue Economy dari pemerintah tidak bisa hanya dilaksanakan secara teoritis, karena pro­gram inilah yang dapat men­jadikan Indo­nesia negara mari­tim yang sesung­guhnya.
Lebih jauh Badar yang meru­pakan inisiator berdirinya Hi­mitekindo mengungkapkan, ke­bahagiaannya karena Himite­kin­do sudah menjadi organisasi yang besar dan telah tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Kondisi ini, diperkirakannya, akan menjadi modal besar un­tuk kemajuan Ilmu dan Tek­nologi kelautan Indonesia.
Badar menambahkan, Himi­te­kindo merupakan inisiator berdirinya Kementerian Kelau­tan dan Perikanan yang diben­tuk de­ngan tujuan pengem­ba­ng­an Il­mu dan Teknologi Ke­lautan demi terwujudnya ma­syarakat adil dan makmur. “Pa­da saat ka­mi ru­mus­kan Himi­tekindo ini ka­mi me­re­komen­da­si­kan untuk dibuat de­parte­men khusus untuk kelau­tan, dan Alhamdulillah saat Gus­dur menjadi Presiden ke­ingi­­nan ka­mi ini dapat tercapai,” ujar Ca­leg Partai Golkar untuk dae­rah pemilihan DKI Jakarta III ini.
Turut hadir dalam Simpo­sium Nasional Kelautan ini Men­teri KKP Syarif Cicip Su­tartjo dan perwakilan mahaiswa kelautan dari 20 universitas. *** sumber RMOL

Delapan Puluh TKI Berhasil Diselamatkan dari Suriah

Masih ada sekitar 3.000 TKI lagi yang ada di tengah perang Suriah.

Situasi kota Homs, Suriah
Sebanyak 80 tenaga kerja Indonesia (TKI) berhasil dipulangkan dari Suriah di tengah gejolak perang di negara Timur Tengah itu. Puluhan tenaga kerja wanita ini tiba di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) Selapajang, Tangerang, Banten, Rabu sore kemarin.
Salah satu TKI asal Jepara, Jawa Tengah, yang ikut dipulangkan dari Suriah, Nukriah, mengaku trauma dan enggan kembali bekerja di negara tersebut. Nukriah mengaku pasrah dengan keadaan di sana.
Saat keadaan aman, kata Nukriah, mereka melarikan diri dan meminta pertolongan pihak kepolisian. Nukriah merasa beruntung bisa pulang dalam keadaan selamat.
Normawati, direktur lembaga pendamping danpenerbangan tenaga kerja indonesia mengatakan bahwa kepulangan 80 TKI dari Indonesia itu dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah Indonesia.
Dia juga menyerukan penghapusan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 16 tahun 2012 soal kepulangan mandiri TKI. Menurutnya, UU tersebut tidak berpihak pada perlindungan TKI.
"Sejak 2013 sudah ada 5.000 TKI yang dipulangkan dari Suriah dan saat ini masih ada kurang lebih 3.000 TKI yang belum pulang. Rencananya pemerintah Indonesia akan memulangkan secara bertahap hingga semua TKI di Suriah pulang semua," kata Normawati.
Setibanya di Tangerang, puluhan TKW ini langsung didata dan akan dipulangkan ke rumah mereka masing-masing.
Menurut PBB, sudah lebih dari 100.000 orang tewas dalam konflik yang sudah memasuki tahun ketiga di Suriah. Perundingan damai antara pejuang revolusi dan pemerintah Suriah belum menemui titik terang karena Presiden Bashar al-Assad menolak untuk turun. (eh)
Sumber VIVAnews

Jenazah Jojon dalam Perjalanan, Ratusan Orang Sudah Padati TPU Kebon Pedes


Setelah disalatkan di Masjid Al Munawaroh, Sentul City, jenazah komedian Jojon akan langsung dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Kebon Pedes, Bogor, Jawa Barat.
Pantauan detikHot, hingga pukul 13.00, Kamis (6/4/2014) makam sudah disiapkan. Begitu juga dengan tenda berukuran sedang sudah lebih dulu berdiri di atas makam.
Tidak hanya itu, pemandangan tak biasa juga terliha di TPU. Selain awak media yang ingin meliput, ratusan orang dari warga kampung sekitar juga terlihat berdesakan ingin berdiri paling dekat dengan liang lahat.
"Mau lihat almarhum, saya kagum sama Pak H Jojon," ujar salah seorang warga.
Jojon tutup usia karena serangan jantung dan asma di RS Premier Jatinegara sekitar pukul 06.10 WIB. Ia mengembuskan napas terakhir pada usia 66 tahun.
(kmb/mmu)
Sumber
Detik_Hot
 

Tag

IP

My-Yahoo

Blogger Widget Get This Widget

Histast

Total Pengunjung