http://infobmi.blogspot.com/. Powered by Blogger.

Monday, April 21, 2014

Jepang Membutuhkan Lebih Banyak Lagi Perawat dari Indonesia



Rombongan tamu Japan
International Corporation of
Welfare Services (JICWELLS)
yang terdiri dari pemilik dan
pimpinan panti jompo di Jepang
bertemu dengan Kepala
BNP2TKI Gatot Abdullah
Mansyur, Kamis (17/4/2014) di
Kantor BNP2TKI.
BNP2TKI, Jakarta (17/4): Guna
meningkatkan kerjasama
pengiriman TKI perawat dan
careworker (pengasuh orangtua
lanjut usia/jompo), rombongan
tamu Japan International
Corporation of Welfare Services
(JICWELLS) yang terdiri dari
pemilik dan pimpinan panti
jompo di Jepang bertemu
dengan Kepala BNP2TKI Gatot
Abdullah Mansyur, Kamis
(17/4/2014) di Kantor BNP2TKI di
Jakarta.
Rombongan yang dipimpin oleh
Pimpinan Persatuan/
perkumpulan Fasilitas
Kesejahteran (Panti Jompo)
wilayah Ibaraki Perfecture Hiroshi
Furuya, bertemu dengan Kepala
BNP2TKI Gatot Abdullah
Mansyur yang didampingi oleh
Deputi Penempatan BNP2TKI
Agusdin Subiantoro, Deputi KLN
dan Promosi Endang
Sulistyaningsih, dan Direktur
Pelayanan Penempatan
Pemerintah Deputi Bidang
Penempatan BNP2TKI Haposan
Saragih selama 1 jam.
Dalam pertemuan tersebut
Hiroshi Furuya, meminta
Pemerintah Indonesia
mendatangkan lebih banyak lagi
tenaga perawat dan careworker
ke Jepang, karena menurut
mereka perawat dari Indonesia
sangat diterima oleh masyarakat
Jepang. "Perawat Indonesia
ramah dan berhati lembut, "
ujarnya. Hiroshi memaparkan, di
wilayah Ibaraki yang terletak 50
kilometer dari Tokyo, ada 1.100
yayasan atau perusahaan yang
mempekerjakan tenaga
careworker. "Saya berharap jika
satu yayasan mempekerjakan 1
saja tenaga asal Indonesia, maka
terkumpul 1.100 careworker asal
Indonesia, dan ini paling tidak
bisa memuaskan keinginan
kami,". menurutnya keramahan
dan kesetiaan para careworker
asal Indonesia, tidak diragukan
lagi.
Salah seorang anggota
rombongan JICWELS,
menanyakan tentang minat para
perawat dan careworker
Indonesia untuk bekerja di
Jepang, karena menurutnya yang
ada saat ini, sangat sedikit.
"Melihat angka yang dipaparkan
Kepala BNPTKI, mengenai jumlah
TKI perawat yang bekerja di
Jepang hanya 1.048, menurut
anggota delegasi tersebut,
jumlahnya masih terlalu kecil.
Menanggapi keluhan ini,
Direktur Pelayanan Penempatan
Pemerintah Deputi Bidang
Penempatan BNP2TKI Haposan
Saragih, menjelaskan, minat para
TKI perawat ke Jepang setiap
tahun meningkat. "Mereka
tertarik dengan cerita-cerita
senior mereka yang bekerja ke
Jepang. Sehingga banyak
diantara mereka yang ikut
mendaftar untuk mengikuti
seleksi. Ketatnya pelaksanaan
seleksi, membuat mereka yang
lulus dan diterima bekerja di
Jepang jumlahnya menjadi
sedikit. Namun angkanya setiap
tahun meningkat," ujar Haposan.
Minat yang serius untuk
memperbanyak jumlah TKI
perawat ke negeri sakura ini
membuat beberapa anggota
JICWELS, dalam pertemuan ini
meminta Pemerintah Indonesia
melonggarkan syarat seleksi TKI
perawat yang akan bekerja ke
Jepang. Selama ini syarat untuk
seleksi perawat minimal lulusan
D3 perawat bisa diturunkan
menjadi setingkat SMK.
Deputi Penempatan BNP2TKI
Agusdin Subiantoro, menanggapi
usulan ini dengan menyarankan
anggota JICWELS
menyampaikannya kepada
pemerintah Jepang. Menurut
Agusdin, Pemerintah Indonesia
akan mengikuti jika usulan itu
disetujui. "Saat ini syarat bekerja
menjadi perawat di Jepang
haruslah yang sudah
berpengalaman 2 tahun.
Sebenarnya kami kesulitan
mencarinya, karena rata-rata
sudah bekerja. Jika syarat ini
diturunkan menjadi setahun saja,
peminatnya lebih banyak.
Apalagi jika JICWELS meminta
syarat SMK, pasti yang berminat
lebih banyak lagi," ujar Agusdin.
Pimpinan Persatuan/
perkumpulan Fasilitas
Kesejahteran (Panti Jompo)
wilayah Ibaraki Perfecture Hiroshi
Furuya, memperkirakan pada
tahun 2015, Jepang
membutuhkan 1 juta tenaga
perawat dan Careworker, dan
dirinya berharap kebutuhan
sebanyak ini mayoritas bisa
dipenuhi tenaga perawat dari
Indonesia. Ditambahkan oleh
Direktur Pelayanan Penempatan
Pemerintah Deputi Bidang
Penempatan BNP2TKI Haposan
Saragih, MOU kerjasama
pengiriman TKI ke Jepang, tahun
2014 rencananya akan dievaluasi,
karenanya BNP2TKI berharap
JICWELL dapat segera memberi
masukan kepada pemerintah
Jepang perihal persyaratan
pegiriman TKI perawat .
Pertemuan diakhiri dengan saling
tukar menukar cindera mata
antara Kepala BNP2TKI Gatot
Abdullah Mansyur dengan
Pimpinan Persatuan/
perkumpulan Fasilitas
Kesejahteran (Panti Jompo)
wilayah Ibaraki Perfecture Hiroshi
Furuya. Selanjutnya rombongan
JICWELL berkunjung ke Kampus
Poltekes Kementerian Kesehatan
di Jalan Kimia Jakarta Pusat.
Sumber Jepang Membutuhkan Lebih
Banyak Lagi Perawat dari
Indonesia

Dua Mantan TKI Karawang Diusulkan Dapat Bantuan


Karawang -
Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan
dan Anak (P2TP2A)
Kabupaten Karawang
mengusulkan dua mantan TKI
yang ada di wilayah tersebut
supaya mendapatkan bantuan
dari Pemprov Jabar.

Pasalnya, selepas kepulangan
mereka dari negeri orang
kehidupan mantan pahlawan
devisa itu sangat
memprihatinkan. Terlebih,
keduanya pulang ke tanah air
karena tersandung masalah.
Ketua Bidang Jaringan dan
Informasi P2TP2A Kabupaten
Karawang, Matin Abdul Razak
mengatakan jajarannya
mendengar informasi jika
Pemprov Jabar akan
memberikan bantuan bagi
mantan TKI. Adapun nilai
bantuan tersebut, kabarnya
mencapai Rp 20 juta.
“Kalau benar seperti itu, kami
akan usulkan dua mantan TKI
Karawang untuk mendapatkan
bantuan tersebut,” ujar Matin,
saat dihubungi melalui
selulernya, Senin (21/4).
Menurut Matin, kedua TKI
tersebut pantas untuk
mendapat bantuan itu. Dia
beralasan, kehidupan kedua
mantan pahlawan devisa itu
sangat memprihantinkan.
Apalagi, keduanya berstatus
janda yang harus menghidupi
sendiri anak-anak mereka.
Selama di negeri orang,
keduanya bukan mendapat
uang untuk mendongkrak
perekonomian keluarganya.
Tapi, mereka pulang ke tanah
air malah tersangkut persoalan.
Mereka sering mendapat
perlakuan tidak manusiawi dari
anak majikannya.
Selain itu juga tuduhan
pencurian barang berharga
yang berujung pada
penganiayaan terhadap mereka.
Karena kondisi itu, keduanya
pulang ke kampung halaman.
Tapi, untuk menyambung hidup,
mereka perlu mendapat
suntikan modal. Untuk itu,
P2TP2A kabupaten berniat
membantu mereka dengan
mengusulkan keduanya supaya
mendapat bantuan.
Adapun kedua mantan TKI itu,
terang dia, antara lain Aah binti
Salim Anel, warga Desa
Mekarbuat, Kecamatan
Tegalwari, serta Barkah binti
Amisem, warga Desa/Kecamatan
Cilebar.
“Keduanya layak dibantu.
Karena, kehidupan mereka
serba kekurangan,” pungkasnya.
[ito] sumber Dua Mantan TKI Karawang
Diusulkan Dapat Bantuan

Satu keluarga tewas akibat kebakaran di Sampit

Sampit, Kalteng, (ANTARA News) - Kebakaran hebat di Pasar Sejumput Jalan DI Pandjaitan Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, menewaskan satu anggota keluarga.
Korban yang jenazahnya sudah ditemukan adalah H Ardani (60) bersama menantunya Aisyah (30) dan sang anak Naila Mega (6). Dua orang lainnya yaitu Kursani (35) dan anak tertuanya Widya (9) yang merupakan anak dan cucu H Ardani, belum ditemukan dan diduga juga ikut tewas.
Kebakaran terjadi Senin sekitar pukul 01.30 WIB sampai pukul 04.00 WIB. Saat berita diturunkan tiga jenazah korban masih di RSUD dr Murjani Sampit, sedangkan dua orang lainnya masih dalam pencarian.
Editor: Unggul Tri Ratomo sumber Satu keluarga tewas akibat kebakaran di Sampit

Ini Penampakan Menara Setinggi 1 Km Bikinan Arab Saudi


Dubai saat ini menjadi juara dari semua hal terbesar, tertinggi, terpanjang dan termahal. Tapi sepertinya semua ini bakal tersaingi oleh tetangganya, Arab Saudi.
Gedung tertinggi di dunia yang menjadi ikon Dubai, Burj Khalifa, rekornya akan terpecahkan jika rencana Arab Saudi membangun menara tertinggi di dunia bisa terealisasi. Menara ini akan dibangun di Jeddah, Arab Saudi.
Ada fakta menarik mengenai menara kerajaan yang disebut Kingdom Tower di Jeddah ini. Dikutip dari CNN, Senin (27/4/2014), berikut daftarnya.
Saat ini predikat gedung tertinggi dipegang oleh Burj Khalifa, di Dubai dengan tinggi 2.716 kaki atau 827 meter. Sedangkan gedung pencakar langit yang tengah direncanakan akan dibangun di Arab Saudi setinggi 3.280 kaki atau 1 kilometer.

Biaya konstruksi Kingdom Tower diperkirakan mencapai US$ 1,23 miliar. Kingdom Tower akan memiliki 200 lantai yang langsung menghadap ke Laut Merah. Diperkirakan konstruksi dari menara ini akan membutuhkan 80.000 ton baja dan 5,7 juta kaki kuadrat beton.

Direncanakan di lantai 157 akan dibuat teras atau semacam balkon. Jika terealisasi, maka ini akan menjadi teras tertinggi. Untuk membangun gedung ini, tekanan angin bisa menjadi tantangan tersendiri. Untuk menagntisipasinya, desain dari struktur akan berubah di beberapa lantai.

Struktur akan berhadapan dengan Laut Merah, dan menjadikan tantangan tambahan dalam proses konstruksi. Khususnya untuk membangun pondasi 200 meter.

Menurut Construction Weekly, pembangunan dari Kingdom Tower akan mulai dilakukan minggu depan.
Sumber Ini Penampakan Menara Setinggi 1 Km Bikinan Arab Saudi

Ketika Kartini Harus Hidup dalam Pingitan


Jakarta -Lulus dari Europese Lagere School (ELS), nasib buruk merundung Kartini. Ia harus menjalani pingitan. Keinginannya untuk melanjutkan sekolah ke Hogere Burger School (HBS) ditampik sang ayah, Bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat.
Usianya menjelang 13 pada 1892 itu. Mendadak, "Dunia Kartini menjadi sangat sempit, terbatas antara dinding-dinding gedung kabupaten yang tebal dan kuat, serta halaman yang luas dilingkari tembok tebal dan tinggi, dengan pintu-pintu yang selalu tertutup rapat," tulis Sitisoemandari Soeroto dalamKartini: Sebuah Biografi.
Ia pun harus belajar menjadi putri bangsawan sejati: bicara tak boleh keras; dilarang tertawa, hanya boleh tersenyum dengan bibir terkatup; berjalan perlahan-lahan; menundukkan kepala saban ada anggota keluarga yang lebih tua melintas.
Kartini marah. Kecewa luar biasa. Pada pagi hari, saat menyaksikan dua adiknya, Rukmini dan Kardinah, berangkat ke sekolah, Kartini kerap meneteskan air mata. Ingin rasanya ikut menghambur keluar, namun pintu segera tertutup untuknya.
Pingitan lazim dilakukan atas gadis-gadis ningrat. Menjelang remaja, mereka dianggap mesti menyiapkan diri memasuki kehidupan berumah tangga. Pingitan merupakan 'sekolah' untuk itu semua.
"...pola kehidupan gadis Jawa itu sudah dibatasi dan diatur menurut pola tertentu. Kami tidak boleh memiliki cita-cita. Satu-satunya impian yang boleh kami kandung adalah: hari ini atau esok dijadikan istri kesekian dari seorang pria!" tulis Kartini ke sahabat penanya di Belanda, Estelle "Stella" Zeehandellar.
Di rumah, Kartini cobacurhatkepada 2 kakaknya, Sulastri dan Slamet. Tapi, sia-sia. Ketika Kartini menyinggung-nyinggung kebebasan yang dikecap para wanita seusianya di Eropa, Sulastri berujar, "Masa bodoh! Aku sih orang Jawa.

Slamet dan Kartono
Sikap Slamet, sang kakak tertua, bahkan lebih buruk. Ia menganggap derajat Kartini lebih rendah. Maka, jika Kartini sedang duduk di kursi dan Slamet melintas, Kartini harus cepat-cepat turun, berjongkok, dan menundukkan kepala. Contoh lain, Kartini kudu berbicara dengan langgamKromo Inggil(bahasa Jawa halus) kepada kakaknya itu.
Bentrok keduanya sering terjadi. Kalau ayah mereka ada di rumah, Slamet jeri bersikap keras. Sayangnya, Pak Bupati banyak berada di luar rumah. Slamet pun menjadi-jadi, sementara Kartini hanya bisa melawan dengan suara gemetar.
Namun, Kartini punya Kartono, kakaknya yang 2 tahun lebih tua. Dari Kartono, ia menerima buku-buku pemikiran modern. Misalnya tentang Revolusi Prancis. Sayang, Kartono tak setiap saat ada di sisi Kartini karena mesti bersekolah di HBS Semarang. Namun, tiap kali Kartono pulang ke Jepara, Kartini mendapat sosok yang bisa memahami jalan pikirannya.
Bacaan juga disediakan ayahnya: buku, majalah, dan koran berbahasa Belanda. Berkat pendidikan di ELS, Kartini bisa berujar bahasa Belanda dengan fasih. Juga mampu menulis dan membaca teks bahasa Belanda dengan lancar.
Semua bacaan itu lumayan menghibur Kartini. Wawasan dan pengetahuannya pun kian luas. Semakin sadar saja Kartini bahwa ada yang keliru dalam perlakuan terhadap kaum perempuan.
Setelah 4 tahun dalam pingitan, situasi mulai dikendurkan. Kartini, juga Rukmini dan Kardinah yang belakangan ikut dipingit, boleh sesekali ke luar rumah meski dengan pengawasan ketat.
Pada 2 Mei 1898, pingitan untuk 3 kakak-beradik itu resmi selesai. Mereka bertiga diajak ke Semarang untuk menyaksikan penobatan ratu Belanda, Wilhelmina. Kepada Stella, Kartini menulis, "Ini merupakan kemenangan yang sangat-sangat besar. Karena itu juga kami sangat menghargainya."
Sumber Ketika Kartini Harus Hidup dalam Pingitan

Kartini, Berawal dari Iklan Mencari Sahabat Pena


Jakarta -1899 menjadi tahun penting buat Raden Ajeng Kartini. Ia genap 20 tahun. Setahun sebelumnya, Kartini lepas dari masa pingitan yang menyebalkan.
Kartini getol membaca sejak kecil. Ia rutin menyimak koran Semarang,De Locomotief. Ia juga menerima paket majalah yang diedarkan toko buku kepada para pelanggan. Di antaranya majalah wanita Belanda,De Hollandsche Lelie. Dari hanya sebagai pembaca, Kartini kemudian beberapa kali mengirim tulisan ke majalah tersebut. Dan, dimuat.
De Hollandsche Leliepula yang memuat iklan yang dipasangnya. Iklan kecil itu, dimuat pada edisi 15 Maret 1899, bertuliskan: "Raden Ajeng Kartini, putri Bupati Jepara, umur sekian dan seterusnya, ingin berkenalan dengan seorang 'teman pena wanita' untuk saling surat-menyurat. Yang dicari ialah seorang gadis dari Belanda yang umurnya sebaya dengan dia dan mempunyai banyak perhatian terhadap zaman modern serta perubahan-perubahan demokrasi yang sedang berkembang di seluruh Eropa.”
Menurut Sitisoemandari Soeroto dalamKartini: Sebuah Biografi, kepala perempuan ningrat itu penuh dengan rasa penasaran. Ia sangat ingin tahu tentang "pergerakan perempuan" di Eropa. "Apakah benar seperti yang digambarkan dalam buku-buku atau majalah-majalah?" tulis Sitisoemandari.
Gayung pun bersambut. Estelle Zeehandellar merespons. Ia lahir dari keluarga Yahudi di Amsterdam, 5 tahun lebih tua dari Kartini, dan seorang aktivis femini. Kartini memanggilnya Stella.
Sosok Stella yang idealis niscaya klop dengan perempuan kelahiran 21 April 1879 tersebut. Mereka pun segera saling berkirim surat. Pertemanan pena ini membuka jalan Kartini untuk "berkenalan" dengan sejumlah tokoh lain di Belanda.
Dalam surat pertamanya untuk Stella, Kartini bercerita tentang berakhirnya masa pingitannya. Ia menulis,"Aku mau maju, maju terus! Bukan pesta-pesta atau memburu kesenangan yang kuinginkan, tetapi tujuanku adalah adalah kemerdekaan. Aku mau merdeka, mau berdiri sendiri, agar tidak perlu tergantung pada orang lain, agar tidak terpaksa harus kawin..."
Kartini juga kerap membicarakan buku-buku yang dibacanya kepada Stella. Misalnya,Max Havelaarkarya Multatuli (Eduard Douwes Dekker). Ia terpukau dengan riwayat penulisnya yang pernah menjadi Asisten Residen di Lebak tapi gelisah dengan penderitaan rakyat pribumi

Dibukukan dan Menarik Perhatian
Buku lain yang diperbincangkan dengan Stella adalahHilda van Suylenburgkarya Goekoop-de Jong van Beek en Donk. "Roman feminis, yang di kala terbit menggoncangkan masyarakat Belanda ini, menceritakan tentang kepahitan dan penderitaan hidup seorang wanita yang menentang kekolotan..." tulis Sitisoemandari.
Konon, Kartini membaca buku tersebut sampai 3 kali. Sekali, ia pernah mengunci diri dalam kamar agar bisa menyelesaikan buku itu dalam satu kesempatan. Kisah di sana memang sangat cocok dengan keprihatinan putri Bupati Jepara tersebut.
Kartini banyak menulis tentang dirinya. Namun, ia juga banyak mengutarakan pandangan sosial-politisnya. Dalam sepucuk surat kepada istri Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda, JH Abendanon, ia menulis, "Tetapi dapatkah Bunda menyangkal bahwa di samping hal-hal yang indah dan mulia dalam masyarakat Bunda terdapat banyak juga hal-hal yang sama sekali tidak patut dinamakan 'peradaban'?
Setelah Kartini wafat, JH Abendanon menghimpun dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan Kartini pada teman-temannya, bukan hanya Stella, di Eropa. Buku itu diberi judulDoor Duisternis tot Lichtyang secara harafiah bermakna "Dari Kegelapan Menuju Cahaya." Terbit pertama kali pada 1911.
Terbitnya surat-surat Kartini sangat membetot perhatian. Pikiran-pikiran Kartini mulai menggeser pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Hindia Belanda, terutama di Jawa. Itu semua berawal dari sebuah iklan kecil.
(Yus Ariyanto)
Sumber Kartini, Berawal dari Iklan Mencari Sahabat Pena

Polres Sumbawa selidiki kasus penipuan TKI

Sumbawa Besar, NTB
(ANTARA News) - Tim Reserse
Kriminal Polres Sumbawa,
NTB, tengah menyelidiki kasus
penipuan terhadap agen
tenaga kerja Indonesia, yang
mengakibatkan kerugian
hingga puluhan juta rupiah.
"Saat ini kami sudah
mengamankan pelaku
Suparjo, terkait kasus dugaan
pemalsuan dokumen identitas
dan melakukan penipuan
terhadap salah seorang agen
TKI senilai puluhan juta
rupiah," kata Kepala Satuan
Reskrim Polres Sumbawa, AKP
Erwan Perkasa, Minggu.
Dikatakan dia, modus yang
dilakukan Suparjo cukup rapi,
sehingga beberapa korbannya
terpedaya.
Bahkan Sumadi, salah seorang
guru honorer, harus terbawa-
bawa dalam kasus tersebut
karena identitasnya digunakan
Suparjo untuk menjalankan
aksinya.
Ditemui di ruang Reskrim
Polres Sumbawa, Sumadi
mengaku kaget ketika
didatangi keluarga Ida, korban
penipuan Suparjo.
Kedatangan keluarga korban
ini untuk menyampaikan kalau
identitas Sumadi telah
digunakan Suparjo untuk
melakukan penipuan.
Suparjo mengaku sebagai
Sumadi, yang menjabat
sebagai kepala cabang
perusahaan pengerah tenaga
kerja.
Lebih lanjut Sumadi
menyatakan bahwa setahun
yang lalu, Suparjo yang
merupakan teman
sekolahnya, mendatanginya.
Suparjo menawarkan Sumadi
menjadi tenaga pendidik di
sekolah miliknya, yang akan
dibangun karena ada bantuan
dana dari pusat.
Sumadi menyambut positif
tawaran itu, dan menyerahkan
dokumen berupa fotocopi
ijazah dan KTP sebagai
persyaratan menjadi tenaga
pendidik sebagaimana yang
diminta Suparjo.
"Sejak saat itu hingga
sekarang saya tidak pernah
menghubunginya mengenai
tawaran itu, saya sifatnya
menunggu dan tidak terlalu
berharap," papar Sumadi.
Belakangan baru terungkap,
jika pembangunan sekolah
termasuk tawaran menjadi
tenaga pendidik, tidak pernah
terealisasi. Dan fotocopi ijazah
maupun KTP Sumadi,
digunakan Suparjo untuk
melakukan serangkaian aksi
penipuan.
Sementara itu, Yudi yang
merupakan perwakilan
keluarga korban, baru
mengetahui penipuan tersebut
setelah dihubungi Ida, adik
sepupunya yang menjadi agen
TKI di Oman.
Kepada Yudi, Ida menyatakan
telah tertipu uang sebesar
Rp50,6 juta oleh orang yang
bernama Sumadi, yang
mengaku sebagai Kepala
Cabang Restu Bunda Sejati,
sebuah PJTKI di Kabupaten
Sumbawa.
Dalam aksinya, Sumadi yang
sesungguhnya adalah Suparjo
Rustam ini, berjanji akan
memberikan atau
mengirimkan dua orang TKW
untuk dipekerjakan di Oman
melalui Ida, yang menjadi
agen di negara tersebut.
Untuk meyakinkan Ida agar
mentransfer uang
pemberangkatan dan
pengurusannya, Suparjo
mengirim dua paspor TKW.
Setelah uang terkirim dan
lama ditunggu, dua TKW yang
dijanjikan tak kunjung
berangkat. Ida sempat
menghubungi lelaki yang
mengaku sebagai Sumadi,
yang dijawab bahwa
keberangkatan dua TKW itu
dicegah aparat kepolisian di
Bandara Lombok Internasional
(BIL) karena adanya
permasalahan dokumen.
Dari penjelasan inilah, Yudi
bersama keluarga lainnya
mencari orang yang bernama
Sumadi, dan akhirnya berhasil
menemukannya di sebuah
kos-kosan Simpang Bangkong,
Desa Karang Dima,
Kecamatan Badas.
Awalnya Suparjo tetap
mengaku bernama Sumadi
dan tinggal di Kelurahan
Brang Biji, Kecamatan
Sumbawa. Setelah
diinterogasi, akhirnya lelaki itu
berterus terang bernama
Suparjo Rustam asal
Kecamatan Moyo Hilir, dan
Sumadi itu adalah nama
temannya yang dicatut.
Suparjo sengaja menggunakan
KTP dan ijazah Sumadi sebagai
persyaratan, karena menjadi
kepala cabang PJTKI harus
bergelar S1. Selanjutnya
Suparjo menyatakan PJTKI
yang dipimpinnya tidak
pernah tercatat, apalagi
memiliki kantor di daerah ini.
"Apa yang diungkapkan
pelaku semuanya bohong,"
kata Yudi.
Editor: Ade Marboen sumber Polres Sumbawa selidiki kasus
penipuan TKI
 

Tag

IP

My-Yahoo

Blogger Widget Get This Widget

Histast

Total Pengunjung