http://infobmi.blogspot.com/. Powered by Blogger.

Tuesday, March 4, 2014

TKI di Kebun Sawit Malaysia Meninggal di Kamar Tidurnya

Laporan Wartawan Pos Kupang, Simon Seli

photo ilustrasi
KUPANG - Hujan lebat mengguyur Bandara El Tari Kupang saat keluarga menjemput jenazah Sem Liem (38), tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Desa Bonleu, Kecamatan Tobu, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang diberangkatkan dari Sibu, Malaysia. Sem ditemukan tewas di dalam kamar tidurnya.
Manajer Operasional PT Citra Bina Tenaga Mandiri, Ida Bagus Putra, ditemuiPos Kupang (Tribunnews.com Network) di Bandara El Tari saat penjemputan jenazah Sem Liem, Senin (3/3/2014) mengatakan, Sem merupakanTKI yang direkrut oleh perusahaan itu. Sem bekerja di perkebunan kelapa sawit di Malaysia.
Bagus menjelaskan, Sem diberangkatkan ke Malaysia 5 November 2013 dengan tujuan bekerja di perkebunan kelapa sawit di daerah Malaysia. Namun pada 13 Februari 2014, sekitar pukul 02.00 Wita, diberitakan dari Malasyia bahwa Sem ditemukan meninggal dunia dalam posisi tertidur di dalam kamar tempat tinggalnya.
"Sem bukanTKI baru, tetapi sudah sering pulang pergi Malaysia dan terakhir diberangkatkan lagi karena keinginannya bekerja lagi di perkebunan kelapa sawit. Dia bekerja seperti biasa dan tidak ada masalah, baik kesehatan maupun urusan pekerjaan. Kami terkejut mendapat informasi bahwa Sem ditemukan teman satu kamarnya terbujur kaku di tempat tidurnya," ujar Bagus.
Ia menjelaskan, sesuaimedical report (catatan medis) dari Malaysia, Sem meninggal dengan kategori kewajaran karena dalam posisi tertidur.
"Pernyataan pihak Malasyia seperti itu, tetapi lebih jelas mengetahui kepastian meninggalnya Sem, kami mengajukan permintaan kepada Malaysia agar jenazah Sem diotopsi dan disetujui oleh keluarga Sem. Namun hasil otopsi sama, Sem meninggal bukan karena tindakan kekerasan. Kami memutuskan jenazahnya kami urus pulangkan ke kampung halamannya di TTS," tutur Bagus.
Ia mengatakan, Sem dibawa ke kampung halamannya untuk dikebumikan oleh pihak keluarga.
"Kami dari perusahaan pengerah tenaga kerja, BP3TKI, dan Dinas Nakertrans TTS hadir semua saat ini. Kami urus sampai penguburan dan ada santunan dari Asuransi Jasindo karena sebelum Sem berangkat ke Malaysia, diasuransikan sebagai tenaga kerja proteksi," jelas Bagus.
Paman Sem bernama Timotius Liem mengatakan, Sem tidak sakit dan di tempat kerjanya juga tidak ada masalah. Selain itu, selama Sem di Malaysia, komunikasi dengan keluarga di kampung baik-baik saja.
"Keluarga terkejut mendapat berita dari temannya Sem yang sama-sama bekerja di perkebunan kelapa sawit, bahwa Sem sudah meninggal. Informasi dari temannya, pagi Sem bekerja dan saat siang jam makan Sem pulang istirahat makan.
Namun pada tengah malam temannya cek mendapati Sem sudah meninggal dunia," ujar Timotius.
Sumber TRIBUNNEWS.COM

Kuhabiskan Rp 60 Juta Untuk Biaya Agen


Stop Overcharging!
Yemi, BMI dari Blitar ini telah 9 tahun bekerja di Hong Kong.
Di majikan pertama (tahun 2005) hanya bertahan selama 4 bulan. Dia diberhentikan (interminit) karena kakinya sakit sehingga majikan Yemi memulangkan dia ke Agen. Gaji yang diterima Yemi masih dibawah standar (underpay) HK$ 2000, alasan Perusahaan Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) karena Yemi belum memiliki pengalaman kerja di luar negeri. Gaji Yemi pun dipotong selama 6 bulan sebanyak HK$ 1800.
Di Agen, sambil menunggu proses penyembuhan sakitnya, Yemi mencari majikan baru. Setelah dapat majikan baru, Yemi harus keluar dari Hong Kong selama menunggu Visa dan dia tinggal sementara di China. Gaji Yemi di majikan kedua ini pun masih sama yaitu underpay. Karena Yemi belum selesai potong gaji waktu bekerja di majikan yang pertama, otomatis gaji Yemi harus dipotong lagi. Dari yang awalnya 6 bulan menjadi 9 bulan.
1,5 tahun bekerja di majikan kedua, lagi-lagi Yemi di interminit karena majikan perempuan cemburu terhadap Yemi yang selalu mendapat perlakuan baik dari suaminya. Yemi kembali pulang ke agen sebelum menyelesaikan kontrak. Setelah menunggu beberapa hari sebelum visanya habis, Yemi mendapat majikan baru kembali untuk ketiga kalinya dan nasib baik mulai menghampiri karena dia digaji sesuai standar (full). Akan tetapi, Yemi tetap harus menikmati potong gaji sebanyak 5 bulan yang setiap bulannya sebesar HK$ 3000.
Pekerjaan Yemi terbilang ringan. Serumah hanya ada majikan perempuan dan anak satu perempuan, sedang majikan laki-laki tinggal di China dan jarang pulang ke Hong Kong. Namun Yemi harus kembali menikmati interminit untuk ketiga kalinya. Karena kedua majikannya bercerai sedangkan yang tanda tangan kontrak adalah majikan laki-laki dan sudah tidak membutuhkan pekerja lagi.
Yemi kembali pulang ke Agen dan mencari majikan baru. Majikan baru Yemi dapat, dengan gaji full dan juga libur penuh. Ini adalah tahun kelima Yemi bekerja dengan majikan yang keempat. Selain baik, majikan Yemi juga membantu membayar biaya tagihan telepon setiap bulannya. Jarang sekali ada majikan sebaik ini, yang mau membantu membayar tagihan telpon pekerjanya.
Kalau ditotal semuanya, Yemi mengeluarkan uang sekitar Rp 60 juta lebih (kurs 1500 per 1 dolar) untuk membayar agen mulai dari majikan pertama melalui PJTKI sampai majikan keempat ini dengan perincian :
Majikan pertama : Potong gaji 6 x HK$1800
Majikan kedua : Potong gaji 3 x HK$ 1800
Majikan ketiga : Potong gaji 5 x HK$ 3000
Majikan keempat : Potong gaji 3 x HK$ 3000
Sekali lagi para pahlawan devisa selalu menjadi daging empuk agen-agen nakal. Para BMI tidak tahu uang tersebut untuk apa saja. Yang mereka inginkan adalah bagaimana mendapatkan majikan kembali setelah diinterminit atau setelah menyelesaikan kontrak.
Tingginya angka potong gaji masih menjadi masalah besar bagi BMI di Hong Kong. Dan sayangnya pejabat yang berwenang seakan angkat tangan dengan hal ini. Padahal peraturan di Hong Kong sangat jelas, potongan agen tidak lebih dari 10% gaji sebulan.
Rakusnya agen dan PJTKI sepertinya memang diamini oleh pemerintah RI.
Sumber Fera Nuraini

Nyonya dan Nenek Menampar BMI


photo ilustrasi
Tia (23), BMI asal Malang, masuk ke Hong Kong 2 Februari 2013, melalui PT. Prayoga dan disalurkan oleh agen Hawai berkantor di Jordan.
3 bulan di majikan pertama, Tia diinterminit karena anak (4 tahun) yang dia jaga jatuh. Mungkin majikan gak terima karena anaknya jatuh lalu menginterminitnya. Tia mencari majikan lagi dan dapat di kawasan Wong Tai Sin. Majikannya bermarga Luo.
Di rumah ini ada Nenek umur 80 tahun, majikan perempuan dan laki-laki, serta anak 2 berumur 4 tahun dan 2 tahun.
Pekerjaan tia adalah bersih-bersih dan jaga anak, masak belanja juga antar jemput ke sekolah. Tia juga pernah tiga kali diajak majikannya selama beberapa ke China dan disuruh bekerja di sana. Tia bangun jam 6 pagi dan tidur kadang sampai jam 2 malam.
Saat hari Minggu yang seharusnya jatah liburnya, Tia tetap masih disuruh kerja seperti mengelap rumah dan bersih-bersih lainnya, setelah beres semuanya, Tia baru bisa keluar rumah.
Minggu 2 Februari 2014, Tia diharusnya jam 7 bangun, tapi karena kecapekan dan ini adalah hari liburnya, dia bangun jam 7 lebih. Saat Tia bangun, majikan perempuan marah-marah dan ngomel-ngomel gak jelas sampai terjadi aksi penamparan ke pipi Tia.
Tia menangis dan bilang akan lapor ke polisi. Majikan masih saja marah-marah. Nenek yang saat itu pergi ke taman untuk olah raga pulang ke rumah. Mendengar ribut-ribut, si nenek malah ikutan memarahi Tia dan juga menampar pipi Tia, duh.
Saat keluarga majikan masih ribut-ribut dengan suara keras sampai terdengar oleh tetangga, Tia masuk ke toilet dan mengunci pintu dari dalam. Tia menelepon agen, tapi apa jawaban yang dia dapat? "Aku sibuk banget, urus saja masalahmu sendiri dengan polisi."
Tia menghubungi Kakaknya yang kebetulan di Hong Kong sudah 12 tahun. Tia menceritakan semua kejadian yang dia alami termasuk aksi penamparan tersebut. Kakak Tia lalu melepon Polisi dan jarak 10 menit ada bel rumah berbunyi, polisi datang.
Tia keluar dari Toilet dan menceritakan apa yang terjadi ke polisi. Tentu saja majikan kaget dengan kedatangan polisi tersebut. Majikan mengelak tuduhan penamparan yang dialami Tia.
Laporan Tia diterima oleh polisi. Karena ketakutan, Tia akhirnya keluar dari rumah itu bersama polisi. Tia menemui Kakaknya dan diajak bertemu dengan salah satu organisasi BMI di Hong Kong yakni BTM-PILAR.
"Aku takut pulang ke rumah. Aku gak nyaman, mbak."curhatnya dengan wajah melas saat jam menunjuk di angka 8 malam, dimana para buruh migran kebanyakan sudah mulai pulang ke rumah majikan setelah libur.
"Tapi barang-barangku masih di sana semua. Paspor kontrak kerja juga di sana." katanya.
"Sudah gak papa. Nanti kita bantu mengambil. Yang penting kamu sekarang di tempat yang aman."Jawab Kak Sumber, Ketua BTM-PILAR. Saat ini Tia tinggal di tempat yang aman.
"Majikanku telpon aku terus, Mbak." Curhat Tia via Watsap tadi malam. Dia cerita kalau saat ini dia merasa nyaman dan jauh lebih tenang.
Pak Konjen, ini ada kasus kekerasan menimpa BMI lagi. Ada agen yang tak mau membantu saat ada BMI yang sangat menbutuhkan bantuan.
Pak Konjen dan semua staf KJRI, harus berapa lagi korban berjatuhan karena keserakahan agen?
Silahkan datangi agen ini, Pak. Nanti akan saya tulis lagi agen mana yang layak untuk ditutup karena memeras para BMI bak sapi. Memperlakukan BMI sangat tak manusiawi.
Kami tunggu gebrakan dari KJRI.
Sumber http://bmi-hk.blogspot.hk/2014/03/nyonya-dan-nenek-menampar-bmi.html?m=1

Keluarga TKI Hilang di Laut Berterima Kasih pada BP3TKI Denpasar


I Wayan Pageh, Kepala BP3TKI Denpasar
Jakarta, BNP2TKI, Senin (03/03) - Ijinkan kami menyampaikan ucapan terima kasih atas perhatian Pemerintah yang telah berkenan bersilaturahmi ke rumah almarhum I Nyoman Gede Bagiada (46 tahun) di Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
Demikian ungkapan lewat pesan singkat (Short Message Service/SMS) yang disampaikan Made Bagiada, paman I Nyoman Gede Bagiada, kepada Kepala BP3TKI (Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) Denpasar I Wayan Pageh yang kemudian di-forward ke redaksi www.bnp2tki.go.id
Minggu (02/03/2014).
Made Bagiada menyampaikan pesan SMS tersebut atas nama keluarga almarhum I Nyoman Gede Bagiada. Dikatakannya, setelah mendapatkan penjelasan perihal kematian I Nyoman Gede Bagiada dari Pemerintah (BP3TKI Denpasar, red.), pihak keluarga almarhum akan menindak lanjuti dengan persiapan upacara manusa yadnya (upacara persembahan suci) untuk almarhum I Nyoman Gede Bagiada.
Kepala BP3TKI Denpasar I Wayan Pageh didalam silaturrahmi ke rumah duka I Nyoman Gede Bagiada di Jalan Markendea Gg Buni No 2 Banjar Serangan, Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, mengajakserta Sekretaris KPI (Kesatuan Pelaut Indonesia) Cabang Bali, Anak Agung Wiranata, dan Anak Agung Abu dari PT Cipta Wira Tirta (CWT) Cabang Bali dan perwakilan dari PT Ratu Oceaniaraya Bali. Mereka diterima keluarga almarhum berikut disambut sekitar 150 warga Banjar Serangan, Desa Mengwi. Didalam kesempatan itu telah diserahkan sumbangan duka berupa uang tunai sebesar Rp 20 juta, masing-masing Rp 5 juta dari BP3TKI Denpasar, KPI Cabang Bali, PT CWT dan PT Ratu Oceaniaraya.
Wayan Pageh mengatakan, didalam Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri (SISKO-TKLN) di BP3TKI Denpasar diketahui, bahwa I Nyoman Gede Bagiada adalah TKI pelaut. Ia bekerja pada pengguna (user) kapal pesiar Celebrity Cruise Line yang beralamat 1050 Caribean Way Miami Florida. I Nyoman Gede Bagiada bekerja pada bagian Cooks (juru masak) melalui agensi PT Cipta Wira Tirta (CWT) Cabang Bali, dengan negara tujuan Amerika Serikat. Sebelum berangkat bekerja ke luar negeri, pemilik Paspor T 408552 dan Visa Nomor 2011038260002 ini juga melengkapi dokumen ketenagakerjaan dengan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) bernomor 51602122511680001 yang diterbitkan di Bali pada tanggal 13 September 2012.
Wayan Pageh menjelaskan, berdasarkan laporan yang diterima dari Kepolisian Fort Lauderdale, Florida, dan ditembuskan kepada Kementerian Luar Negeri RI yang diinfokan ke BP3TKI Denpasar disebutkan, bahwa I Nyoman Gede Bagiada dikabarkan meninggal dengan cara menceburkan diri ke laut pada saat berlayar dan kejadian itu terekam dalam kamera pengawas. Peristiwa tersebut diketahui terjadi pada 29 Januari 2014 sekitar pukul pukul 02.00 dini hari waktu setempat. Tepatnya, saat kapal pesiar tersebut berlayar di perairan Selat Yucatan, atau di antara perairan Meksiko dan Kuba, sekitar 300 mil dari Amerika Serikat.
"Atas kabar itu, kami telah melakukan koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri RI dan telah dilakukan pencarian oleh petugas pemantau laut Amerika Serikat, namun korban tidak ditemukan," kata Wayan Pageh. "Korban sengaja menceburkan diri ke laut dan terekam langsung kamera pengawas atau Closed Circuit Television (CCTV)," tambahnya.
Wayan Pageh menambahkan pula, didalam surat Kemenlu RI No. 03180/WN/02/2014/65 yang ditandatangani Direktur Perlindungan WNI dan BHI, Tatang Budhie Utama Razak disebutkan, bahwa pihak kepolisian dari US Coast Guard mengatakan, jasad I Nyoman Gede Bagiada tidak ditemukan, mengingat ia terjun dari ketinggian sekitar 45 meter dan kemungkinan terhisap gelombang akibat baling-baling kapal.
Berdasarkan penyelidikan, I Nyoman Gede Bagiada sengaja menceburkan diri diduga akibat tekanan batin karena penyakit diabetes yang diidapnya dan tidak mendapat biaya cuti pulang dari perusahaannya bekerja, guna menjenguk keluarganya di Bali. Hal tersebut juga diperkuat oleh keterangan teman-teman sekerjanya.
Konsulat Jenderal RI di Houston, Texas, juga telah melakukan koordinasi kepada pihak RCCL guna meminta tanggung jawab perusahaan untuk segera memberitahukan pihak keluarga dan terkait kompensasi yang diberikan kepada ahli waris. Pihak RCCL sendiri tengah menyelesaikan dokumen yang dibutuhkan untuk pengeluaran dan pengiriman kompensasi kepada ahli waris.***(Imam Bukhori) sumber BNP2TKI

Migrant Care: Ada 79 Resiko Yang Akan Dihadapi Oleh TKI


KBRN, Jakarta: Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah mengatakan banyak resiko yang akan dihadapi oleh tenaga kerja Indonesia khususnya perempuan yang bekerja disektor domestik seperti pembantu rumah tangga (PRT) jika hendak mengadu nasib di luar negeri.
Resiko selama ini yang menimpa buruh migran adalah kekerasan fisik yang berujung pada kematian atau cacat, kekerasan seksual, dan gaji tidak dibayar.
“Ada 79 resiko yang dihadapi oleh buruh migran ketika bekerja di luar negeri terutama perempuan yang bekerja di sektor domestik seperti PRT. Ini sangat sistemik yang mereka hadapi,” kata Anis Hidayah, dalam perbincangan bersama Pro 3 RRI, Minggu (2/3/2014).
Dalam penempatan buruh atau tenga kerja, Indonesia harus mencontoh sikap pemerintah Filipina. Pemerintah Filipinan menerapkan empat standar untuk negara tujuan pengiriman tenaga kerja. Pertama ada soal gaji. Pemerintah Filipina membuat standar soal upah yaitu US$ 400 atau setara Rp 4 juta/ bulan.
Kedua adalah soal jam kerja, kemudian pengaturan libur dan ke empat adalah akses komunikasi dengan pihak keluarga. Migrant Care juga menyoroti diplomasi Pemerintah Indonesia yang terkesan formal atau G to G, tanpa melibatkan unsur masyarakat.
“Belum ada upaya membangun yang beragam pendekatan misal di Arab dan Malaysia kan memiliki organisasi keagamaan yang besar dan kita bisa memanfaatkan melalui OKI, NU, dan Muhamadiyah. Jalur kultural people to people dengan melibatkan tokoh yang berpengaruh juga belum banyak dilakukan”.
Adapun untuk penempatan TKI ke luar negeri, Migrant Care menuntut agar pemerintah merumuskan kebijakan yaitu TKI dapat bekerja di luar negeri secara mandiri tanpa melalui agen. Pasalnya banyak TKI kendati melalui rekrutmen agen atau penyalur tenaga kerja namun tetap bermasalah.
“Kalau secara mandiri tidak akan terjerat hutang karena tidak perlu membayar ke agen, calon dan bisa bertemu langsung dengan majikan dan dapat menandatangi kontrak dengan majikan,” ujarnya.
Migrant Care mengaku telah merumuskan 10 poin penting rekomendasi untuk pemerintah baru setelah pilpres 2014 soal penanganan TKI.
Sumber RRI

TKI Asal Ponorogo Tewas Terjatuh dari Lantai II Apartemen di Thailand


Surya/sudarmawan
TKI asal Kelurahan Tonatan, Kecamatan/Kabupaten Ponorogo, Zulham Azhori (28) tewas akibat terjatuh dari lantai II apartemennya di Thailand sepulang kerja, Minggu (2/3/2014).

PONOROGO - Zulham Ashori (28), tenaga kerja Indonesia asalPonorogo, Jawa Timur, dikabarkan tewas secara mengenaskan diThailand.
Zulham, dikabarkan tewas karena terjatuh dari lantai II apartemen tempat tinggalnya, sepulang bekerja dari pabrik elektronik.
Kabar tersebut, kontan membuat kedua orang tuanya, Sugiyanto (57) dan Markamah (48), warga Jl Sekar Taman, RT 02, RW 02, Kelurahan Tonatan, Kecamatan/KabupatenPonorogo dirundung duka.
Mereka semapt tak percaya saat mendapatkan kabar duka itu. Sebab, korban sempat pulang ke kampung halamannya pada Tahun Baru 2014.
"Kami juga masih sempat berkomunikasi melalui ponsel, beberapa hari sebelum dia dikabarkan meningga, yakni Rabu (26/2/2014) malam itu," kata Sugiyanto, Minggu (2/3/3014).
Apalagi, kata dia, yang memberikan kabar sang anak meninggal kali pertama kepada kedua orangtua korban adalah teman korban diThailand.
Menurut rekan zulham kepada Sugiyanto, anaknya hendak mengambil kunci apartemen tetapi terpeleset. Seketika itu, korban terjatuh dari lantai II apartemen. Korban mengalami luka serius di bagian kepala belakang.
"Saat dibawa ke rumah sakitThailand, nyawa anak saya tak tergolong dan tak bisa diselamatkan," terang Sugiyanto kepada Surya, Minggu (2/3/2014).
Kabar itulah yang membuat keluarga korban ini panik dan makin histeris setelah kepastian kematian anak sulung dari 4 bersaudara itu dinyatakan benar-benar meninggal dunia.
Namun, karena menunggu persoalan administrasi, maka jenazah baru bisa diterbangkan ke Surabaya, Minggu (2/3/2014).
Sumber TRIBUNNEWS.COM
 

Tag

IP

My-Yahoo

Blogger Widget Get This Widget

Histast

Total Pengunjung