http://infobmi.blogspot.com/. Powered by Blogger.

Thursday, April 17, 2014

Rindu Abah, Kani Mengadu pada Bupati

Rindu Abah, Kani Mengadu
pada Bupati
Lima TKI HSU yang Terancam
Pancung Dimaafkan Kelu

AMUNTAI - Keluarga Tenaga
Kerja Indonesia atau TKI asal
Kabupaten Hulu Sungai Utara
yang terancam hukuman
pancung di Negara Saudi Arabia,
Selasa (15/4) sekitar pukul 15.30
wita, ramai-ramai mendatangi
rumah jabatan bupati setempat
Drs H Abdul Wahid HK MSi.
Dalam rombongan tersebut,
terlihat H Supiyani ayah dari
Abdul Azis ditemani Kani anak
dari terpidana terancam
pancung, bersama keluarga TKI
lainnya, langsung menuju ruang
utama rumah berasitektur
rumah banjar tersebut.
H Supiyani bercerita, anaknya
berangkat ke Saudi Arabi sejak
2002 dan bekerja sebagai ojek
(pemandu) menuju Masjidil
Haram kepada jamaah haji.
Namun sejak 2005 anaknya
tersangkut kasus pembunuhan
bersama kelima rekannya.
"Saya cuma ketemu sekali waktu
umroh, itupun lewat kaca saja.
Abdul Azis sudah menghabiskan
masa tahanan kurang lebih 7
tahun lamanya," ungkap Supiani
dengan mata berkaca-kaca.
Supiani pun meminta kepada
pemerintah daerah, provinsi dan
pusat dalam hal ini, Presiden RI
Susilo Bambang Yudhoyono
untuk bisa membebaskan
putranya termasuk rekan Abdul
Azis dari tanahan.
Kani, anak dari Abdul Azis, juga
berharap abahnya dapat
dibebaskan dari penjara Saudi
Arabia. "Kami sudah sangat
rindu abah. Jadi kami mohon
kepada pemerintah untuk
memperjuangkan nasib bapak
saya, seperti TKI lainnya yang
bebas dari hukuman," ucap
Kani.
Terkait curhatan para keluarga
TKI, Bupati H Abdul Wahid HK
MSi berjanji memperjuangkan
nasib warganya sampai ke
Kementerian Luar Negeri
Republik Indonesia.
"Akan kita upayakan untuk
mendapatkan dukungan dari
pemerintah pusat. Jadi tunggu
keputusan pengadilan
berikutnya," katanya.
Diakui bupati, Untuk HSU ada
lima orang warganya yang
terancam hukum pancung.
Namun lanjutnya, pihak Ahli
waris (korban) yang
berkebangsaan Pakistan itu
sudah memaafkan.
Berdasarkan surat yang diterima
keluarga pada 8 Januari 2014
dari Kementerian Luar Negeri,
juga diketahui kalau keluarga
korban secara terbuka
memberikan pemaafan (tanazul)
kepada seluruh terdakwa yang
terdiri dari lima orang WNI. Dan
disebutkan pemberian maaf
tersebut didasarkan karena Allah
semata dan tanpa meminta
imbalan uang diyat (blood
money) atau uang darah.
Selanjutnya, hakim
menyampaikan bahwa
pengadilan dapat menerima
pemberian pemaafan tanpa
tuntutan diyat oleh ahli waris.
Namun pihak ahli waris korban
tetap berhak atas uang diyat
syari' untuk kasus pembunuhan
yang disengaja, yaitu sejumlah
400 ribu real atau sekitar Rp1,2
miliar.
Hal tersebut berdasar, karena
korban meninggalkan anak dan
istri. Namun demikian besaran
uang diyat syar'i yang harus
dibayarkan oleh kelima WNI
kepada ahli waris, akan
ditetapkan hakim pada sidang
berikutnya yang belum diketahui
oleh pihak keluarga. Sumber Rindu Abah, Kani Mengadu pada Bupati

Kemenlu RI Bantah TKI Siti Zaenab Dimintai Uang Diyat Rp90 Miliar

Keluarga majikan yang dibunuh belum memberikan ma'af

Orangtua Siti Zaenab, TKI yang
terancam hukuman mati di Arab
Saudi, bertemu dengan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono di
Semarang, Jawa Tengah
(30/03/14)


Kasus Siti Zaenab,
Tenaga Kerja Indonesia yang
didakwa membunuh majikannya
pada 1999 lalu, kembali
mencuat. Keluarga sang majikan
disebut-sebut meminta uang
diyat sebesar Rp90 miliar.
Direktur Perlindungan WNI dan
BHI dari Kementerian Luar
Negeri, Tatang Budie Utama
Razak, membantah rumor itu.
Kata Tatang, hingga hari ini
keluarga bahkan masih belum
memaafkan perbuatan Zaenab.
Itu diungkapkan Tatang saat
dihubungi VIVAnews melalui
telepon pada Selasa malam, 15
April 2014. Tatang bahkan
menyebut nyawa Zaenab berada
di ujung tanduk, lantaran putra
bungsu sang majikan, Walid
Abdullah Al-Ahmadi, menolak
memberikan maaf bagi TKI asal
Madura itu.
“Saya tegaskan, belum ada
nominal diyat yang disebut. Pihak
keluarga korban juga belum
membicarakan mengenai hal itu,”
ucap Tatang.
Dia mengaku tak habis pikir awal
mula berita itu berkembang.
Pasalnya, pemberitaan itu turut
didengar oleh keluarga ahli
waris, sehingga mengganggu
proses “pendekatan” yang
tengah dilakukan Pemerintah RI.
“Saat saya kemarin berada di
Saudi, tim utusan Presiden SBY
diminta oleh Pak Maftuh untuk
mengurus kasus TKI lainnya yang
terancam hukuman mati. Untuk
kasus Siti Zaenab, kami bertemu
dengan pihak yang berupaya
menjembatani dan mereka
mengaku menyerah karena
adanya berbagai pemberitaan
miring di tanah air,” Tatang
memaparkan.
Dalam pemberitaan tersebut,
ditulis adanya pihak ketiga yang
mencoba menawarkan uang
diyat senilai Rp90 miliar.
Tatang meminta, berhati-hati
dalam menulis soal itu. Sebab,
dapat mempersulit penyelamatan
Zaenab dari eksekusi hukum
pancung.
Hingga saat ini, lanjutnya, upaya
pendekatan masih terus
dilakukan agar keluarga ahli
waris memaafkan. Namun,
Tatang enggan merinci upaya
macam apa yang tengah
dilakukan.
“Ya, intinya kami melakukan
pendekatan kepada pihak yang
berpengaruh. Bisa kepada
pemerintah daerah atau ulama
yang dikenal di sana,” kata dia.
Keluarga Zaenab juga sempat
dipertemukan dengan keluarga
ahli waris, Maret 2014.
Riwayat Zaenab
Siti Zaenab tiba di Saudi, 1997 silam. Namun, di tahun 1999, dia dituduh membunuh majikannya, Nurah binti Abdullah. Pada Juli 2000, pengadilan Saudi memvonisnya dengan hukum pancung. Menurut Tatang, KBRI di Riyadh pernah berhasil memperoleh celah hukum bagi Zaenab yaitu dengan menunggu pemaafan yang diberikan oleh anak terakhir Nurah. Saat itu, putra terkecil Nurah masih berusia empat tahun. Pengadilan lalu tidak mengeksekusi Zaenab dan menunggu Walid memasuki usia dewasa. “Jadi, praktis sejak tahun 1999 hingga 2013, belum ada proses apa pun, sambil menunggu Walid memasuki usia akil baligh,” kata Tatang. Menurut Tatang, Zaenab seharusnya sudah dieksekusi pancung ketika Walid menolak memberikan maaf. Namun, itu ditunda karena Pemerintah RI terus berupaya melobi keluarga ahli waris. sumber Kemenlu RI Bantah TKI Siti Zaenab Dimintai Uang Diyat Rp90 Miliar

Tim lobi Satinah sewot, nilai Muhaimin tak becus urus TKI


Tim lobi kasus
TKI Satinah di Saudi Arabia
sempat mendapat kesulitan
melakukan deal atas
pembayaran diat. Keadaan itu
diperburuk dengan adanya
pemberitaan dari Indonesia yang
menyerang keluarga korban.
Ketua Tim Lobi Maftuh Basyuni
menyayangkan pernyataan
Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Muhaimin Iskandar.
Cak Imin biasa Muhaimin disapa
mengatakan, gagalnya
kesepakatan diat lantaran tim
lobi tidak bisa berbahasa Arab.
"Statement Menaker kita yang
katakan karena tidak becusnya
tim yang dikirim oleh
pemerintah berbahasa Arab,
sehingga perlu penerjemah. Itu
lah menyebabkan gagalnya kita
untuk mengurangi jumlah diat
yang dibayarkan," ujar Maftuh,
Selasa (15/4).
Maftuh mengatakan saat melobi
keluarga korban, tim didampingi
oleh Dubes Arab. Kesepakatan
itu tidak ada masalah atas
kendala bahasa.
"Kalau toh saya tidak bisa
berbahasa Arab yang dampingi
saya dubes Arab yang mimpinya
saja pakai bahasa Arab,
mimpinya. Kalau saya mimpinya
pakai bahasa Jawa," sindir
Maftuh.
Maftuh berang Cak Imin
bukannya ikut berkontribusi tapi
justru berkomentar tidak enak.
Padahal, selama ini, lanjut
Maftuh, Cak Imin sebagai
Menakertrans tidak pernah
memberikan arahan kepada Tim
Lobi.
"Yang tepat adalah Menaker
tidak pernah berikan kontribusi
dan tidak pernah berikan
petunjuk apa yang harus kami
lakukan. Nah kemudian, saya
bukan orang pemerintah lagi,
saya orang partikelir, saya ingin
sampaikan dengan jujur,"
ujarnya.
Untuk itu, Maftuh merasa
tugasnya sudah selesai untuk
membebaskan Satinah dari
hukuman pancung. Maftuh pun
meminta Cak Imin agar
menyelesaikan kasus TKI lainnya
seperti TKI
"Tadi katakan oleh pak Tatang
(Kemenlu) sudah 176 bahkan
184 TKI yang terbebas dari
hukuman mati. Untuk Di Arab
Saudi saja sudah 48 TKI, tambah
satu lagi Satinah ini, bisa jadi 49.
Nah Tinggal sekarang yang TKI
Zainab mudah-mudahan nanti
diselesaikan oleh Menakertrans
kita," ujarnya.
Sumber: Tim lobi Satinah sewot, nilai
Muhaimin tak becus urus TKI

Dua TKI Luka Parah Tertimpa Struktur Bangunan di Selangor


Mereka tertimpa kayu dan
cedera di bagian leher serta
punggung.



Ilustrasi bangunan roboh.

Dua Tenaga Kerja
Indonesia terluka parah setelah
struktur depan sebuah rumah
yang sedang direnovasi di Jalan
Sulam, Shah Alam, Selangor,
Malaysia, roboh, pukul 08.00
waktu setempat, Rabu 16 April
2014.
Kantor berita Malaysia, Bernama,
melansir kedua TKI yang terluka
tersebut bernama Suji Madura
dan Marasak. Masing-masing
berusia 33 dan 40 tahun. Mereka
berdua cedera di leher dan
punggung tertimpa struktur
kayu, dan dibawa ke Rumah
Sakit Tengku Ampuan Rahimah
di Klang.
Asisten Direktur Operasi
Pemadam Kebakaran Selangor,
Mohd Sani Harul, menyatakan
menerima panggilan darurat
pada pukul 08.55 dari
masyarakat. Tim kemudian
langsung diturunkan ke lokasi
kejadian untuk memberikan
bantuan.
Pekerja lain di rumah yang
sedang direnovasi itu, Mahrus, 25
tahun, mengatakan selama
kecelakaan itu ada empat
pekerja lain yang berada di
dalam rumah. Keempatnya tak
terluka sedikitpun.
Hanya Suji dan Marasak yang
terluka karena mereka berada
tepat di bawah struktur depan
rumah.
Sumber Dua TKI Luka Parah Tertimpa Struktur Bangunan di Selangor

Miliki Ekor, Anak Ini Dianggap Dewa

Dia dianggap mirip Hanoman.

Amar Singh, Bocah Berekor yang Dianggap Dewa

Seorang anak laki-laki berusia enam tahun tumbuh dengan sebuah ekor di bagian bawah punggungnya. Hal ini kemudian membuatnya dipuja seperti figur seorang dewa di desa tempat ia tinggal.
Anak bernama Amar Singh tersebut merupakan warga negara India yang tinggal di Njimapur, Uttar Pradesh, India Utara. Ekor unik di tubuhnya terdiri dari rambut tebal bewarna hitam yang saat ini telah tumbuh sepanjang 12 inci.
Orang-orang di desa itu pun menghubung-hubungkannya dengan dewa berwujud seekor monyet putih dalam kepercayaan agama Hindu yakni Hanoman.
Keluarganya mengklaim bahwa anak laki-laki ini lahir dengan ekor yang kala itu hanya sepanjang satu inci. Tahun demi tahun berlalu dan ekor di tubuh sang anak kian memanjang. Keluarga pun mengaku tak pernah memotongnya.
"Anak saya adalah anak yang sangat baik hati. Dia juga sehat dan normal juga giat belajar seperti anak-anak lainnya," ujar sang Ayah, Ajmer Singh, dilansirMirror.
Menurutnya, alasan keluarga tidak memotong ekor sang anak adalah karena rambut ekor itu dianggap sebagai hadiah dari Tuhan.
Amar, anak paling muda yang memiliki empat orang saudara perempuan dan satu orang saudara laki-laki itu juga terlihat menikmati hidupnya di desa. Setiap hari ia banyak menghabiskan waktu bermain dengan anak-anak sebayanya juga sapi-sapi ternak.
Warga desa lainnya juga banyak yang mengemukakan teori bahwa kondisi Amar mirip dengan kondisi sapi yang merupakan hewan yang dianggap suci dalam budaya Hindu. Sumber Miliki Ekor, Anak Ini Dianggap Dewa

Kapal Feri Berpenumpang 470 Orang Tenggelam di Korea Selatan

kapal feri di korea selatan tenggelam Sebuah kapal feri berpenumpang 470 orang tenggelam di baratdaya pesisir Korea Selatan. Puluhan kapal penyelamat diturunkan untuk mengevakuasi para korban yang kebanyakan siswa SMP.
Sumber Kapal Feri Berpenumpang 470 Orang Tenggelam di Korea Selatan

KBRI Seoul Belum Bisa Pastikan Ada WNI di Kapal Feri Korsel

Tim SAR masih berkonsentrasi menyelamatkan penumpang.

Kapal Feri di Korea Selatan tenggelam.
Pejabat Konsuler KBRI Seoul, Korea Selatan, Didik Eko Pujianto, belum memperoleh informasi apakah terdapat WNI dalam Kapal Feri Sewol yang tenggelam pada Rabu pagi, 16 April 2014 di 20 kilometer dari bagian selatan Pulau Byungpoong.
DihubungiVIVAnewspada Rabu malam, Didik menyebut hingga saat ini masih terus berupaya memperoleh informasi soal keberadaan WNI dalam kapal feri tujuan Pulau Jeju itu.
"Kami masih belum mengonfirmasi apakah terdapat WNI di dalam kapal, karena sejauh ini tim SAR masih berkonsentrasi untuk menyelamatkan para penumpang yang masih berada di laut dan dinyatakan hilang," kata Didik.
Dari informasi sementara yang berhasil diperoleh Didik, baru diketahui adanya empat warga negara asing. Dua orang warga negara Filipina, satu warga negara Rusia, dan sisanya masih belum dapat teridentifikasi.
Kepolisian Korsel terus menyelidiki sesuai dengan data yang ada di dalam manifes kapal. "Hingga saat ini sebanyak 284 orang masih dinyatakan hilang. Kebanyakan penumpang merupakan pelajar SMA yang hendak berlibur ke Pulau Jeju," kata Didik.
Mereka berangkat dari Incheon, lanjut dia. Ditanya soal kemungkinan penyebab kapal bisa tenggelam, Didik menyatakan berdasarkan laporan sementara kapal seberat 6.825 ton itu kemungkinan menabrak karang, karena perairan yang dilalui cukup rendah.
Dia pun menyebut bahwa ini merupakan bencana yang sangat besar di Korsel, lantaran ratusan orang tenggelam dalam kapal feri.
Sumber KBRI Seoul Belum Bisa Pastikan Ada WNI di Kapal Feri Korsel
 

Tag

IP

My-Yahoo

Blogger Widget Get This Widget

Histast

Total Pengunjung