http://infobmi.blogspot.com/. Powered by Blogger.

Saturday, March 29, 2014

Kasus Satinah, Pemerintah Tak Sudi Jadi Komoditas


TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono menyatakan pemerintah tak mau menjadi obyek permainan penuntutan diyat atau denda darah yang selama ini dijatuhkan kepada tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi.
Meski tak mengetahui secara detail, Agung menilai ada kemungkinan sejumlah pihak yang mendorong keluarga korban untuk mematok tinggi besaran diyat kepada TKI yang terancam hukuman mati. "Kami juga tak sudi masalah ini jadi komoditas," kata Agung di kantornya, Jumat, 28 Maret 2014. (Baca: Anak Satinah Gagal Bertemu SBY di Jakarta).
Pernyataan itu dia sampaikan terkait dengan penanganan upaya pembebasan Satinah binti Jumadi Ahmad yang batas waktu pembayaran diyat-nya pada 3 April mendatang. Agung menyatakan pemerintah terus berupaya memenuhi besaran diyat 7 juta riyal atau Rp 21 miliar. "Mudah-mudahan dalam waktu dekat jumlahnya cukup."
Pemerintah dikabarkan telah mengumpulkan 4 juta riyal atau setara dengan Rp 12 miliar yang berasal dari anggaran Kementerian Luar Negeri sebanyak 3 juta riyal, Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (Apjati) sebanyak 500 ribu riyal, dan sumbangan warga Arab Saudi sebanyak 500 ribu riyal. (Baca: Jokowi Ikut Saweran untuk Satinah).
Pembayaran diyat, menurut Agung, memang cenderung menjadi komoditas karena harus dipenuhi dengan pelbagai cara oleh pemerintah. Meski menilai hal ini tak wajar, ia mengklaim pemerintah tetap berkomitmen tak membiarkan warganya dihukum mati di negara lain. (Baca: Satinah Mengaku Pasrah Jalani Hukuman Pancung).
Menurut Agung, pemerintah telah menggelar diplomasi bahkan pembicaraan pribadi dengan Raja Arab Saudi Abdullah. Dalam diplomasi tersebut, Abdullah diklaim telah setuju atas pencabutan hukuman mati pada Satinah, tapi tak dapat berbuat banyak karena keputusan berada di keluarga korban. (Baca: Isi Surat Satinah: Minta Doa).
Satinah bekerja sebagai penata laksana rumah tangga di Al Gaseem, Arab Saudi. Ia mendapat vonis qisas atau hukuman pancung dari pengadilan Arab Saudi pada 13 September 2011. Satinah dihukum atas pembunuhan dan pencurian barang milik majikannya, Nura Al Garib, pada 2007.
Sumber https://id.berita.yahoo.com/kasus-satinah-pemerintah-tak-sudi-jadi-komoditas-061558315.html

Hasyim Muzadi Minta Pemerintah Bayar Diyat Satinah


TEMPO.CO, Banyuwangi -- Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama K.H. Hasyim Muzadi meminta pemerintah segera membayarkan diyat untuk membebaskan Satinah binti Jumadi Ahmad dari hukuman pancung di Arab Saudi. "APBN mampu membayar itu (diyat)," kata dia di Banyuwangi, Jumat 28 Maret 2014.
Menurut Hasyim, pemerintah seharusnya memiliki dana darurat untuk membebaskan TKI-TKI yang terkena hukuman pancung di luar negeri. Sebab, bila tidak, kasus pemancungan itu mencoreng nama baik Indonesia di dunia internasional.
Pemerintah, kata Hasyim, selayaknya bertanggungjawab penuh terhadap permasalahan TKI di luar negeri. Sebab 60 persen persoalan yang menimpa TKI justru berasal dari dalam negeri sendiri. "Kan banyak TKI yang berangkat tanpa dokumen lengkap. Ini kesalahan Indonesia," kata dia.
Oleh karena itu, menurut Hasyim, pemerintah harus mengalokasikan anggaran yang berpihak pada TKI. Berikutnya, penataan perekrutan TKI harus segera dilakukaan mulai dengan memberikan pembekalan hingga pendampingan keberangkatan. Setelah persoalan di dalam negeri tuntas, Indonesia bisa memperbaiki kontrak dengan negara lain yang mempekerjakan TKI.
Satinah bekerja sebagai penata laksana rumah tangga di Al Gaseem, Arab Saudi. Ia mendapat vonis qisas dari Pengadilan Arab Saudi pada 13 September 2011.
Satinah dihukum atas pembunuhan dan pencurian barang majikannya, Nurah Al Garib, pada 2007. Ia dapat menghindar dari hukuman pancung jika mampu membayar diyat sebesar 7 juta riyal atau Rp 21 miliar. Pemerintah sendiri hingga kini baru mengumpulkan dana 4 juta riyal atau sekitar Rp 12 miliar. Sumber https://id.berita.yahoo.com/hasyim-muzadi-minta-pemerintah-bayar-diyat-satinah-130146480.html

Dua Staf KJRI Jeddah Meninggal karena Kecelakaan

Jakarta (Antara) - Dua staf Konsulat Jenderal Indonesia di Jeddah, Arab Saudi, dilaporkan meninggal karena kecelakaan lalu lintas, demikian dinyatakan dalam siaran pers Kementerian Luar Negeri yang diterima Antara, Sabtu.
"Telah terjadi musibah kecelakaan tunggal lalu lintas yang menimpa Tim Pelayanan Terpadu (Yandu) KJRI Jeddah yang menyebabkan 2 (dua) orang staf meninggal," ujar Pelaksana Fungsi Pensosbud KJRI Jeddah, Syarif Shahabudin.
Menurut Syarif, salah seorang staf juga mengalami luka serius dan dalam kondisi kritis. Saat ini masih dalam perawatan intensif di Rumah Sakit al-Nasir di wilayah Abha, sekitar 650 km selatan Jeddah.
Syarif menjelaskan, sesuai jadwal kegiatan, tim Pelayanan Terpadu KJRI Jeddah yang terdiri dari 7 staf KJRI, termasuk pengemudi, direncanakan melakukan program rutin berupa pelayanan terpadu kekonsuleran, keimigrasian dan ketenagakerjaan di Kota Najran.
Ikut juga seorang guru Sekolah Indonesia Jeddah (SIJ), Suranianto Partosentono, sebagai petugas drop-box Pemilu yang akan melaksanakan tugas dalam rangka Pileg 2014 di wilayah tersebut.
Tim berangkat dari Jeddah dengan menggunakan kendaraan dinas CC 10, jenis GMC Tahun 2010 pada Kamis (27/3) malam, pukul 21:00 Waktu Arab Saudi (WAS). Setelah menempuh perjalanan sekitar 650 km dari Jeddah, pada ruas jalan menuju kota Najran, pukul 05:00 dini hari WAS terjadi kecelakaan tunggal karena kendaraan mengalami pecah ban, kemudian terguling beberapa kali.
"5 Staf lainnya selamat namun mengalami luka memar," lanjutnya.
Dua orang meninggal bernama Matori Abdusyahid warga Cilacap, Jateng dan Suranianto Partosentono warga Gunung Kidul, Yogyakarta. Sedangkan satu staf yang kritis adalah Muzafar Sahidu. Korban-korban lainnya bernama Jurman Saputra, Zainullah, Dimas Wisnu, Mulkanuddin dan Sutisna.
"Sesuai pengaturan, jenazah akan diberangkatkan dari RS Al-Qahmah di Abha dengan waktu tempuh perjalanan kendaraan sekitar 12 jam untuk sampai di Jeddah," ungkapnya.(tp)
Sumber https://id.berita.yahoo.com/dua-staf-kjri-jeddah-meninggal-karena-kecelakaan-055746094.html

TOPIC: Pencarian Pesawat MAS MH370


Basarnaz Berangkatkan Kapal Laut Pengangkut Heli Dalam Pencarian


5 Negara Hentikan Sementara Pencarian Pesawat Malaysia Airlines MH370


Pesawat Malaysia Airlines MH370 Diduga Mendarat di Pulau Diego Garcia


Pemerintah Malaysia Kirim Surat Diplomatik ke Sejumlah Negara


Mabes Polri Fokus Melakukan Pencarian Pesawat MH370 di Selat Malaka


TNI AU Berencana Menggunakan Pesawat F16 untukMelakukan Pencarian Pesawat MH370


China belum Temukan Tanda-tanda MH370


Presiden: Tujuh Penumpang Indonesia tak Terkait Terorisme


Radar Thailand Deteksi 'Pesawat tak Dikenal' setelah MH370 Hilang


Keluarga Korban Ancam Mogok Makan
Sumber METRO_TV

Ini Alasan Pelaku Menculik Bayi di RS Hasan Sadikin Bandung


Bandung -Hingga kini polisi masih menyelidiki kasus penculikan bayi yang diketahui dilakukan oleh wanita bernama Desi Ariani (32). Kini pelaku masih menjalani perawatan dan belum bisa dimintai keterangan.
Namun dugaan motif tersangka melakukan aksi nekatnya adalah hal itu demi membuktikan bahwa tersangka hamil oleh suaminya bernama Swara Mardika (26).
Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Kanit Reskrim Polsekta Sukajadi, AKP Achmad Gunawan saat ditemui di Mapolsekta Sukajadi Bandung, Sabtu (29/3/2014) dinihari.
"Dari keterangan saksi motifnya seperti itu (mengelabui suaminya) namun akan kita kroscek setelah tersangka sadar," jelasnya.
Achmad menjelaskan Desi dan Swara Mardika menikah pada Juli 2013 lalu. Alasannya Desi mengaku telah mengandung dua bulan hasil buah cintanya dengan Swara. "Desi itu janda. Jadi ngakunya hamil biar dinikahi," bebernya.
Disinggung soal penculikan sendiri, dari keterangan Swara, Desi mengaku bahwa dirinya telah melahirkan di pinggir jalan. "Saat pulang juga sempet curiga, tapi mereka (suami dan mertua) tidak pikir panjang," pungkasnya.
Anak pasangan Toni Manurung dan Lamaria Boru Manurung ini ditemukan, Jumat 28 Maret 2014 malam, di sebuah rumah kontrakan yang terletak tak jauh dari rumah sakit tempat bayi itu hilang.
Pelaku sempat mencoba melarikan diri sebelum akhirnya tertangkap lantaran terjatuh dan mengalami luka parah.
(Yus Ariyanto) sumber Liputan6.com

Kebakaran Pesawat EgyptAir Kuak Misteri Malaysia Airlines MH370?


LondonSamudera Hindia menjadi lokasi persembunyian yang baik bagi pesawat Malaysia Airlines MH370 -- jika benar kapal terbang itu jatuh di sana. Kombinasi cuaca buruk, luasnya laut dan dalamnya air, juga sampah-sampah yang mengambang di sana membuat Boeing 777-200 ER itu sulit ditemukan.
Bahkan hingga menginjak hari ke-21 sejak dinyatakan hilang dalam perjalanan dari Kuala Lumpur- Beijing.
Kalaupun MH370 ditemukan, misteri lain yang harus dijawab adalah, apa yang terjadi dengan pesawat milik maskapai negeri jiran itu? Mengapa ia beralih rute dan akhirnya celaka? Siapa dan apa yang bertanggung jawab?
Hingga kini belum ada bukti, baru sebatas spekulasi. Kini, sebuah firma hukum di Inggris, Stewarts Law mengajukan teori.
Menurut mereka, kobaran api yang merobek dan menghanguskan Boeing 777-200 di Mesir 3 tahun lalu bisa jadi petunjuk terkait nasib hilangnya MH370. Stewarts Law yang telah mendampingi sejumlah kasus kecelakaan udara yakin betul, pesawat milik maskapai negeri jiran celaka setelah terjadi kebakaran -- yang serupa dengan insiden yang terjadi di landasan Bandara Kairo. Di bagian kokpit pesawat.

"Kami meyakini penjelasan sederhana ini, bahwa ada percikan api yang menimbulkan dekompresi yang cepat, dan kemudian mengakibatkan pesawat berbalik dan hilang di suatu titik di Samudera Hindia," kata James Healy-Pratt, pengacara di Stewarts Law yang kebetulan adalah pilot kepadaThe Times, seperti Liputan6.comkutip dariDaily Mail, Jumat (28/3/2014).
Firma hukum itu menganjurkan pada pihak keluarga korban untuk membandingkan insiden MH370 dengan dengan kebakaran yang terjadi di kokpit Boeing 777-200 milik EgyptAir yang membawa 291 penumpang -- saat kapal terbang itu bersiap untuk lepas landas dari Bandara Kairo menuju Jeddah.
Kala itu, kru dan semua penumpang berhasil lolos hidup-hidup, meski 7 orang -- penumpang, staf Egyptair, dan pemadam kebakaran menderita asfiksia atau kondisi kekurangan oksigen pada pernafasan ringan dan harus dilarikan ke rumah sakit.
Apa yang terjadi pada Boeing 777-200 milik EgyptAir berlangsung tiba-tiba. Saat pilot mempersiapkan pesawat untuk lepas landas, kadar oksigen normal, namun 30 menit kemudian kopilot mendengar suara letusan yang diikuti bunyi mendesis dari bawah jendela kokpit sebelah kanan.

Sang kapten berusaha memadamkan api dengan menggunakan alat pemadam kebakaran yang tersedia di kokpit. Namun, kebakaran terlalu besar, bahkan butuh waktu sejam bagi para pemadam untuk mengatasinya.
Penyelidik insiden kecelakaan pesawat Mesir atau Egypt's Aircraft Accident Investigation Central Directorate (EAAICD) merilis laporan investigasi final yang menyebut bahwa api berasal dari dekat tabung oksigen kopilot. Di selang kokpit yang disediakan untuk kru jika terjadi dekompresi.
Salah Pesawat?
Menyusul insiden tersebut, Amerika Serikat memerintahkan operator di sana mengganti sistem tersebut. Belum jelas apakah MH370 mengalami hal yang sama.
"Dalam istilah sederhana, insiden ini bisa menyebabkan aluminium meleleh dalam hitungan detik," kata James Healy-Pratt, kepadaThe Telegraph.
Jika benar itu yang terjadi, teori Healy-Pratt dan firmanya bisa menepis dugaan sabotase, terorisme, atau bunuh diri pilot. "Kami yakin, pada waktunya, awak pesawat akan dianggap sebagai pahlawan, bukan penjahat. Kami berharap kotak hitam akan ditemukan untuk mencegah agar kejadian serupa tak terjadi lagi, agar tak ada nyawa yang melayang," tambah dia. Atau dengan kata lain, ada dugaan faktor teknis dalam musibah MH370.
Dugaan terjadi kebakaran pada kokpit juga didukung oleh by Chris Goodfellow, pilot Kanada yang punya pengalaman 20 tahun terbang. Ia menyebut sang kapten MH370 Zaharie Ahmad Shah sebagai pahlawan, bukan pembajak.
Dia menegaskan satu-satunya skenario yang masuk akal adalah bahwa kebakaran terjadi di pesawat dan Zaharie melakukan persis apa yang harus dia lakukan dalam keadaan darurat: mendaratkan pesawat secepat mungkin.
Yang paling mungkin adalah di Langkawi, lokasi ke mana pesawat itu menuju saat dilacak untuk terakhir kalinya.
Namun, Goodfellow percaya kru dan semua orang di dalamnya tak sadarkan diri atau bahkan tewas. Lalu, kapal terbang itu terus mengangkasa menjadi 'pesawat hantu' selama berjam-jam.
Tapi, pilot Egyptair saat insiden kebakaran terjadi, Shaheer Magdy Abdel Sayyed berpendapat, apa yang terjadi pada MH370 dengan apa yang pernah ia alami sangat berbeda.
"Insiden pada pesawat saya terjadi ketika masih di darat. Jika masalah yang sama terjadi saat pesawat terbang -- itu tidak akan berlangsung terlalu lama -- sebelum akhirnya jatuh," katab dia, seperti dilaporkanTelegraph. "Kami saat itu sangat beruntung, karena kejadian tersebut terjadi di darat."
Awal bulan ini, Federation Aviation Authority (FAA) memerintahkan maskapai penerbangan untuk memperbaiki cacat fatal pada sejumlah Boeing 777 -- yang bisa mengakibatkan tekanan kabin menurut drastis atau bahkan pecah karena retak atau korosi pada badan pesawat .
Sementara, pihak berwenang Malaysia menegaskan pesawat dalam kondisi prima dan terus mendapat perawatan semestinya.
Sumber Liputan6.com

TKI Dianiaya, Ini Langkah Hukumnya


TEMPO.CO, Jakarta - Meski moratorium pengiriman tenaga kerja Indonesia ke empat negara Timur Tengah telah berlaku sejak 2011 lalu, masih banyak buruh migran tanah air yang bekerja di sana. Mereka ada yang masih terikat kontrak kerja resmi, namun ada pula yang tinggal melebihi batas waktu yang seharusnya alias overstay. (Baca : Ramai Kasus Satinah, Pemerintah Tetap Kirimkan TKI Padahal, tak jarang TKI dianiaya majikan dan harus menemui ajal di sana. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, sepanjang 2012, ada 184 orang TKI yang meninggal di Timur Tengah, sedangkan di Asia Pasifik ada 145 orang.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh TKI yang masih bekerja di sana namun menjadi korban penganiayaan? "Langkah pertama, secepatnya informasikan ke perwakilan Indonesia di sana, baik Konsulat Jenderal maupun Kedutaan Besar," ujar Juru Bicara Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Suhartono melalui telepon, Jumat, 28 Maret 2014.
Menurut dia, akan lebih baik jika sebelumnya saat TKI tiba, mereka mendaftarkan diri ke KJRI atau KBRI. Dengan begitu, masalah bisa ditangani lebih cepat dan lebih mudah.
Selanjutnya, perwakilan Indonesia bakal berkoordinasi dengan penegak hukum untuk mengatasi masalah penganiayaan itu. Perwakilan Indonesia itu juga akan mendampingi buruh migran yang jadi korban untuk menyelesaikan masalah lewat jalur hukum.
Suhartono meminta TKI yang teraniaya, meski mungkin kalut atau putus asa, untuk tidak main tangan sendiri lantas melukai atau membunuh majikan atau penganiaya lainnya. Sebab, masalahnya bakal jadi lebih rumit. TKI yang tadinya tersiksa itu bisa saja menemui nasib serupa Satinah, TKI asal Jawa Tengah yang terancam hukuman pancung akibat membunuh majikannya. (Baca : Hasyim Muzadi Minta Pemerintah Bayar Diyat Satinah)
Sumber https://id.berita.yahoo.com

Slank Berniat ‘Ngamen’ Demi Bayar Denda Satinah


Kasus tenaga kerja Indonesia (TKI), Satinah, yang terancam hukuman mati di Arab Saudi menggugah empati Slank.
Terkait hal itu, band yang digawangi Kaka (Vocal), Bimbim (Drum), Ridho (Guitar), Ivanka (Bass), dan Abdee Negara (Guitar) tidak menutup kemungkinan ikut berpartisipasi menggalang dana untuk membebaskan Satinah dari jeratan hukuman mati.
Seperti diberitakan, Pemerintah Arab Saudi telah membuka pintu untuk bisa membatalkan hukuman pancung Satinah, namun TKI asal Ungaran, Semarang, Jawa Tengah, harus dibebankan membayar uang darah atau diyat sebesar Rp 21 milyar bagi keluarga korban.
"Saat ini memang kita baru aware dengan kasus ini. Kita juga sudah lihat Melanie Subono juga sudah melakukannya (menggalang koin Satinah). Kita baru sampai aware tapi tidak menutupkan kemungkinan Slank juga akan melakukan (menggalang dana)," kata Bimbim pentolan Slank selepas menggelar acara 30 Tahun Slank Berbagi di KFC, Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (28/3/2014).
Kapan akan direalisasikan? "Belum tahu. Tapi Insya Allah akan ada dan nanti harus kita obrolin dulu," kata Bimbim.
Menanggapi kasus hukuman mati Satinah ini, menurut Bimbim hukuman mati saat ini menjadi bahasan badan Hak Asasi Manusia (HAM) dunia yang dianggap hukuman mati merupakan tindakan pelanggaran HAM.
”Indonesia kan salah satu anggotanya. Mestinya pemerintah Indonesia harus lebih concern dengan hal ini. Salah nggak bersalah bebaskan dari hukuman mati. Buat nyawa seorang warga negara Indonesia, uang Rp 21 milyar itu sebenarnya kecil," kata Bimbim.
Sumber BANJARMASINPOST.CO.ID

Penjual mie ayam tewas tersambar petir

Sukabumi, Jawa Tengah (ANTARA News) - Maksud hati Jajang, seorang penjual mie ayam, berteduh di bawah pohon di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menghindari timpaan butir air hujan deras, dan dia tidak pernah berpikir bahwa di situlah dia tersambar petir yang menghilangkan jiwanya.
Jajang warga kecamatan itu yang sehari-hari memang menjual mie ayam memakai gerobaknya. Di bawah pohon itu, sebetulnya masih ada empat warga setempat lain yang turut tersambar petir pada Jumat petang itu, yakni Irvan Maulana (23), Tanzilul Malik (18), Yuswan Samsudin (15), dan Alif Insan (18).
Namun mereka berempat selamat dari maut.
"Kejadian itu saat kami bermain bola di lapang, namun karena hujan deras disertai petir kami ikut berteduh di bawah pohon dekat gerobak penjual mie ayam, tiba-tiba turun petir dan setelah itu saya melihat empat rekan saya dan penjual mie ayam sudah terbaring di atas tanah," kata salah seorang saksi, Andi Markum, yang juga rekan keempat korban.
Melihat kejadian tersebut, warga sekitar yang berada di lokasi langsung melarikan kelimanya ke dua rumah sakit terdekat.
Namun Jajang tewas di tempat karena luka bakar parah akibat sambaran petir itu. Tanzilul, Irvan, dan Jajang dibawa ke RSUD R Syamsudin SH, Kota Sukabumi. Sementara, Yuswan dan Alif dilarikan ke RS Kartika Sukabumi.
Sampai saat ini keempat korban masih mendapatkan perawatan medis di kedua rumah sakit itu. Alif saat ini kondisinya sudah mulai membaik karena hanya trauma akibat bencana itu.
Mengetahui hal itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sukabumi, Usman Susilo, mengimbau seluruh warga waspada dengan cuaca ekstrim dalam sebulan terakhir ini.
"Maka dari itu, kami mengimbau kepada warga jika turun hujan deras disertai petir maka harus menjauh dari barang-barang yang mempengaruhi sambaran petir seperti besi dan jauhi bangunan tinggi atau lapangan karena petir menyambar ke benda yang paling tinggi seperti pohon dan tiang listrik serta tower," kata dia.
Editor: Ade Marboen sumber antaranews.com

18 TKI diselamatkan dari sindikat perdagangan orang

Kuala Lumpur (ANTARA News) - Polisi Malaysia belum lama ini berhasil menyelamatkan 18 TKI dan tiga warga negara Filipina dari jaringan sindikat perdagangan orang, menyusul penangkapan atas Iyad Mansour (Warga Negara Yordania) yang merupakan pemimpin sindikat tersebut.
Oleh sindikat tersebut, ke-18 TKI dan tiga WN Filipina itu dijanjikan bekerja di Yordania, demikian keterangan pers KBRI Kuala Lumpur yang diterima ANTARA, Jumat.
Informasi penangkapan terhadap pelaku perdagangan orang itu diperoleh pihak KBRI Kuala Lumpur setelah menerima surat dari Polisi Diraja Malaysia pada Rabu (26/3).
Dalam kaitan ini, polisi Malaysia juga menyita cap Kementerian Luar Negeri Kerajaan Yordania dan Kedutaan Besar Yordania di Jakarta, yang dicurigai dipalsukan.
lyad Mansour (47 merupakan otak pelaku/pemimpin sindikat tindak pidana perdagangan orang yang menjual dan menyalurkan korbannya ke beberapa negara konflik dan negara bukuan tujuan penempatan di Timur Tengah.
Dalam aksinya, lyad Mansor merekrut WNI yang bertugas mencari calon korban di Indonesia. Dengan ditangkapnya lyad Mansour diharapkan menjadi pintu masuk bagi aparat berwenang di Indonesia untuk membongkar jaringan sindikat tersebut di tanah air.
Penangkapan lyad Mansor ini merupakan hasil kerja sama dan komunikasi yang intensif antara KBRI Kuala Lumpur dan Perwakilan Indonesia di Timur Tengah khususnya KBRI Amman, KBRI Damaskus dan KBRI Kairo.
Kerja sama dan komunikasi tersebut dilaksanakan terus menerus dengan menggali informasi dari berbagai sumber mengenai modus operandi penempatan TKI ke Timur Tengah secara nonprosedural melalui Kuala Lumpur Malaysia.
KBRI Kuala Lumpur terus berkomitmen untuk meningkatkan kerjasama dengan otoritas Malaysia dalam pemberantasan kejahatan perdagangan orang.
(N004/H-KWR)
Editor: Tasrief Tarmizi
Sumber antaranews.com

20 TKI Jatim terancam hukuman mati

Aktivis yang tergabung dalam Legal Resources Center untuk Keadilan Jender dan Hak Asasi Manusia (LRC KJHAM) membentangkan spanduk saat berunjuk rasa tentang kasus TKI Satinah, di Semarang, Jateng, Jumat (28/3). Mereka mendesak pemerintah agar melakukan langkah nyata untuk upaya pembebasan Satinah dari ancaman hukuman mati di Arab Saudi. (ANTARA FOTO/R. Rekotomo)

Bangkalan (ANTARA) - Sebanyak 20 TKI asal Jawa Timur yang bekerja di luar negeri terancam hukuman mati, kata Kepala Unit Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (P3TKI) Jatim Agus Heri Santoso.
"Dari 20 orang TKI yang terancam hukuman mati itu, sebanyak 12 orang TKI berada di Malaysia, sedangkan 8 orang sisanya di Arab Saudi," katanya , di Bangkalan, Jumat.
Dari sebanyak 8 orang TKI yang terancam hukuman mati di Arab Saudi itu, satu diantaranya berasal dari Kabupaten Bangkalan, yakni Siti Zaenab, warga Jalan Pesarean KH Moh Kholil, Desa Martajasah, Kecamatan Kota Bangkalan.
Saat menyampaikan sambutan dalam Sosialisasi Kebijakan Program Penempatan dan Perlindungan TKI ke Luar Negeri bertema "Pencegahan TKI Non Prosedural" Agus Heri mengemukakan, banyak TKI yang terjerat kasus hukum karena beberapa hal.
Selain karena kurangnya pemahaman mereka tentang budaya dan tradisi masyarakat yang menjadi tujuan mereka bekerja, juga karena para TKI itu berangkat ke luar negeri melalui jalur ilegal.
"Akibatnya mereka berangkat menjadi TKI tanpa bekal yang wawasan yang cukup, sehingga mereka cenderung bertindak tanpa pertimbangan, meskipun misalnya disana mereka mengalami pelecehan," katanya.
Dalam kesempatan itu Agus Heri juga memaparkan, jumlah TKI asal Jawa Timur yang terdata bekerja di luar negeri dengan berbagai negara tujuan mencapai 31 ribu orang lebih.
Jumlah ini menurun dibanding jumlah TKI asal Jawa Timur yang terdata bekerja di luar negeri pada tahun 2013. Sebab ketika itu jumlah TKI terdata, yakni yang bekerja ke luar negeri melalui jalur resmi sebanyak 52.571 orang. Rincian sebanyak 37.613 laki-laki, dan TKI perempuan sebanyak 14,958 orang.
Dari jumlah itu TKI asal Kabupaten Sampang sebanyak 1.144 orang, dengan rincian, TKI perempuan sebanyak 476 orang dan TKI laki-laki sebanyak 668 orang. Bangkalan sebanyak 2.200, meliputi TKI laki-laki sebanyak 1.583 orang dan TKI perempuan sebanyak 617 orang.
Di Pamekasan, jumlah TKI yang bekerja di luar negeri pada 2013 terdata sebanyak 679 orang, meliputi TKI laki-laki sebanyak 374 orang dan TKI perempuan sebanyak 305 orang. Sedangkan di Kabupaten Sumenep jumlah TKI tahun 2013 sebanyak 247 orang dengan rincian, laki-laki sebanyak 154 orang dan TKI perempuan sebanyak 93 orang.
Sementara pada tahun 2012 warga Jawa Timur yang bekerja di luar negeri tercatat sebanyak 68.003 orang dengan rincian TKI laki-laki sebanyak 17.184 orang dan TKI perempuan sebanyak 50.819 orang.
Editor: Unggul Tri Ratomo sumber antaranews.com
 

Tag

IP

My-Yahoo

Blogger Widget Get This Widget

Histast

Total Pengunjung