http://infobmi.blogspot.com/. Powered by Blogger.

Wednesday, January 29, 2014

Bayi Kembar Siam Banyuwangi Dipisahkan Februari


REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Bayi kembar siam dempet dada dan perut berumur dua tahun asal Rogo Jampi, Kabupaten Banyuwangi, Jatim, bernama Rahma dan Nurul akan menjalani operasi pemisahan di RSUD dr. Soetomo pada pertengahan Februari.
Ketua Tim Dokter Bayi Kembar Siam RSUD dr. Soetomo Surabaya, dr Agus Haryanto, Rabu, mengatakan sebelum bayi kembar siam dempet dada dan perut itu dipisahkan akan menjalani pemeriksaan terlebih dahulu di antaranya katerisasi jantung khususnya pada jantung bayi yang menderita kelainan. "Pemeriksaan jantung ini untuk mengetahui secara detail dan akurat kondisi jantung si bayi," katanya.
Menurut dia, usia satu tahun menjadi usia yang optimal untuk dilakukan operasi pemisahan pada bayi kembar siam yang hanya terjadi pada 1 banding 5 juta kelahiran di dunia ini.
Agus menjelaskan pada rekam medik awal, diketahui bahwa sepasang bayi kembar siam ini memiliki beberapa kelainan seperti halnya pada Nurul yang menderita kelainan pada matanya sehingga membuat bayi ini menderita kebutaan seumur hidup. "Sedangkan Rahma mengalami kelainan pada jantungnya," katanya.
Rencananya, dalam operasi pemisahan nanti tim dokter akan melibatkan 50 orang dokter dan 50 orang perawat.
Red:Yudha Manggala P Putra

Sumber

Penyebab Kematian M Tahir TKI Asal Sumbawa NTB Simpang Siur


REPUBLIKA.CO.ID, SUMBAWA BESAR -- Informasi penyebab kematian M Tahir (43), seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Dusun Ai Beta, Desa Kerato, Kecamatan Unter Iwis, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, di Malaysia, hingga kini masih simpang siur.
Ardian, juru bicara keluarga M Tahir, yang ditemui di Desa Kerato, Rabu, mengakui jika menerima dua informasi penyebab kematian korban.
Informasi pertama, diterima dari seorang TKI yang tinggal bertetangga mess dengan korban. TKI yang diduga asal Pulau Lombok itu memberitahukan, korban meninggal dunia karena tenggelam saat pergi menjaring ikan di laut setelah kapal yang ditumpanginya terbalik. Sedang informasi kedua berasal dari seorang TKI yang mengaku sebagai teman dekat korban, dan saat ini kebetulan memegang handphone milik M Tahir.
"TKI yang mengaku teman dekat M Tahir mengatakan, korban meninggal dunia karena terjatuh dari ketinggian sekitar enam meter saat memasang instalasi listrik di sebuah bangunan," ujar dia.
Tubuh dan kepala M Tahir terhempas di bibir kolam, lalu jatuh ke dalam kolam. "Inilah barangkali yang akhirnya menjadi ramai dikabarkan kalau M Tahir meninggal karena tenggelam," kata Ardian yang didampingi istri korban Ainun dan dua anaknya, yakni Nining dan Leni Kusnaini.
Terkait kesimpangsiuran informasi ini, lanjut Ardian, memunculkan kecurigaan keluarga yang menilai ada kejanggalan dari kematiannya korban. Meski demikian, Ardian tidak ingin berspekulasi karena masih fokus memikirkan kepulangan jenazah korban. "Yang kami inginkan sekarang bagaimana jenazah saudara kami ini cepat dipulangkan," katanya.
Red:Yudha Manggala P Putra
Sumber:
ANTARANEWS

89 TKI Jadi Sarjana di Hongkong



HONGKONG, KOMPAS.COM — Kabar baik tentang nasib tenaga kerja Indonesia (TKI) datang dari Hongkong. Sebanyak 89 orang TKI di Hongkong diwisuda pada Minggu (26/1/2014) setelah menyelesaikan studi mereka di Saint Mary’s University, sebuah universitas swasta dari Filipina yang buka cabang di Hongkong. Demikian ditulis Dian Kelana dalam blog-nya di Kompasiana hari Selasa ini. Dian Kelana mengaku telah mengadakan pembicaraan jarak jauh dengan Suprapti dan Nissa Mariyana, dua dari 89 wisudawan itu yang sebelumnya hanya tamat SMA dan SMK. Keberhasilan mereka tidak lepas dari peran majikannya yang mendukung keduanya mendapat pendidikan lanjutan. Majikan Suprapti bahkan terpilih sebagai "The Best Boss" bersama empat majikan lainnya, dalam pemilihan The Best Boss atau majikan terbaik yang diadakan Mandiri Sahabatku & Universitas Ciputra Cabang Hongkong pada 20 Januari. Nasib Suprapti dan Nissa Mariyana kontras dengan yang dialami sejumlah TKI lain, seperti Erwiana Sulistyaningsih, yang justru disiksa majikannya sendiri. Erwiana (23 tahun) asal Sragen, Jawa Tengah, harus pulang dari Hongkong dengan kondisi luka parah akibat siksaan yang dilakukan majikannya. Kasusnya itu telah memicu aksi unjuk rasa ribuan pekerja migran di Hongkong pada 16 Januari. Suprapti, seperti ditulis Dian Kelana, mengatakan bahwa dia bercita-cita ingin jadi guru ketika pulang ke Tanah Air nanti. Tetapi, keinginan utamanya saat ini adalah fokus pada rencana mendirikan rumah baca. Berbeda dengan Suprapti yang asal Purwekerto, Jawa Tengah, Nissa Mariyana ingin beternak kambing dan ayam. Saat ini usaha tersebut sudah berjalan, tetapi dikelola kedua orangtuanya di Desa Bibrik, Madiun, Jawa Timur. Suprapti dan Nissa lulus dengan gelar BSEM atau Bachelor of Science in Entrepreneurial Management. Mereka akan mendapat gelar kedua dari Universitas Adhi Niaga, Jakarta, yang buka cabang di Hongkong. Mereka telah mengambil double degree, dua program studi berbeda di universitas berbeda pada periode yang sama. Keduanya tinggal menyelesaikan masa kuliah satu semester lagi. Bila tuntas, Suprati dan Nissa akan pulang dengan dua gelar sarjana, yaitu sarjana ekonomi dan sarjana entrepreneur. (Kisah lengkap tentang mereka baca di Buruh Migran Hongkong) Editor: Egidius Patnistik Sumber:
Kompasiana
 

Tag

IP

My-Yahoo

Blogger Widget Get This Widget

Histast

Total Pengunjung