http://infobmi.blogspot.com/. Powered by Blogger.

Friday, June 28, 2013

TKI di Hongkong Rentan Kanker Serviks

HONGKONG – Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Hongkong rentan terkena penyakit dan gangguan kesehatan. Hal tersebut dikarenakan tingkat pengetahuan yang masih kurang dan minimnya informasi serta pemeriksaan kesehatan rutin yang diperlukan untuk menjaga kesehatan. Salah satu penyakit yang sering mengenai perempuan adalah kanker serviks dan kanker payudara.
Hal itu dikatakan oleh Manager Pelayanan Medis LKC Dompet Dhuafa dr.Yeni Purnamasari. Dokter Yeni mengungkapkan, TKI di Hongkong berjumlah hampir 130.000 jiwa. Mereka bekerja di sektor domestik dan informal. Sebagian besar dari mereka adalah perempuan usia produktif, berkisar 20-45 tahun.
Sebagai upaya promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan bagi para TKI di Hongkong mencegah penyakit kanker serviks, Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa bekerjasama dengan Layanan Kesehatan Terpadu (LKT) Dompet Dhuafa Hongkong  menggelar Seminar Kesehatan dan Deteksi Dini Kanker Serviks Serta Kanker Payudara.
Mengisi seminar kesehatan tersebut, LKC Dompet Dhuafa mengutus 1 orang dokter dan 1 bidan sebagai nara sumber. Seminar kesehatan yang berlangsung di Mesjid Ammar Wan Chai, Hongkong, tanggal 23 Juni 2013 dihadiri lebih 400 peserta dari para TKI yang bekerja di Hongkong.
“Seminar ini diperlukan agar para  TKI di Hongkong mendapat pengetahuan kesehatan dan terdeteksi sejak awal  apabila menderita penyakit, khususnya kanker serviks dan kanker payudara,” kata dr. Yeni Purnamasari, dokter yang mewakili LKC Dompet Dhuafa, sebagai pembicara dalam seminar, membahas tema  “Apa dan Bagaimana Kanker Serviks dan Kanker Payudara, Serta Upaya Deteksi Dininya”.
Berdasarkan data yang didapatkan, kanker payudara merupakan kanker kedua terbanyak sesudah kanker serviks pada wanita di Indonesia. Selain itu menurut data GLOBOCAN, IARC (2002), insidens kanker payudara di Indonesia adalah sebesar 26 per 100.000 penduduk wanita manakala mortaliti  mencapai 11,3 per 100.000 penduduk wanita.
“Kanker serviks dan payudara merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting, karena mortalitas dan morbiditasnya yang tinggi,” ungkap Dokter Yeni.
Selain topik tersebut, dalam seminar juga membahas materi terkait Pelatihan Kegawatan Pada Anak dan Dewasa. Agar para TKI, kata dokter Yeni, senantiasa sigap menghadapi kondisi kesehatan yang tidak diinginkan yang bisa mengancam nyawa.
Selain itu, para peserta juga mendapatkan pelatihan Periksa Payudara Sendiri (SADARI)  yang dipandu oleh tenaga bidan dari LKC Dompet Dhuafa Rohayani, AM.Keb. Usai seminar dan pelatihan, sebanyak 60 peserta mendapatkan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam asetat) secara gratis.-MJundi sumber kompasiana

TKI Asal Sulsel Meninggal di Malaysia

ENREKANG -- Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Dusun Terowali, Desa Tongkonan Basse, Kecamatan Masalle, Enrekang, dikabarkan meninggal di Serawak Malaysia.

TKI bernama Aris Sina ini, diketahui sudah meninggal sejak 13 Juni lalu. Hanya saja, kabarnya baru sampai di Enrekang Jumat (28/6)

Kabar tersebut diterima Kapolres Enrekang, AKPB Ika Waskita dari salah seorang staf polisi, AKBP Audi yang bertugas pada Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching, Malaysia.

"Saya dapat telepon langsung dari teman yang bertugas di sana. Minta dijembatani untuk koordinasi dengan keluarga almarhum. Informasi sementara, TKI tersebut meninggal karena serangan jantung," jelas Ika seperti yang dilansir FAJAR (JPNN Group), Jumat (28/6). (iad) sumber

Derita TKI di Malaysia

Bedeng yang ditinggalkan paraTKI di Malaysia
Bedeng yang ditinggalkan paraTKI di Malaysia

Tidak banyak yang mengetahui pada 7 Mei 2013, terjadi kebakaran yang melumatkan bedeng-bedeng tempat tinggal para buruh Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja pada proyek kondominium Aman Height Condominium, Seri Kembangan, Selangor, pinggiran Kuala Lumpur, Malaysia. Akibat kebakaran ini, semua harta TKI yang berjumlah 200 orang ludes terbakar, termasuk dokumen-dokumen pribadi dan izin kerja. Diantara 200 orang tersebut, 40 orang di antaranya adalah wanita yang juga bekerja sebagai buruh kasar, serta 6 orang anak-anak. Beruntung kebakaran ini tidak menimbulkan korban jiwa. Pada saat TKI kehilangan segalanya, majikan TKI tersebut sama sekali tak peduli dan melakukan bantuan. Majikan hanya tahu TKI harus bekerja dan bekerja menyelesaikan proyek kondominium. Untungnya masyarakat Indonesia di Kuala Lumpur sangat tanggap dan segera memberikan bantuan, baik berupa pangan, sandang, dan kebutuhan lainnya. Pihak KBRI Kuala Lumpur juga cukup sigap dalam memberi bantuan dan pengurusan dokumen-dokumen yang musnah terbakar. Saat ini TKI sudah bekerja kembali dengan normal. Namun mereka sekarang tinggal di bedeng-bedeng dengan sanitasi yang memprihatinkan. Ketika team dari lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengunjungi tempat tinggal para TKI, terlihat para TKI tinggal di bedeng-bedeng yang berada di atas genangan air. Untuk masuk ke bedeng tersebut, kami harus berpijak pada papan-papan yang berada di atas air dengan hati-hati, bila tidak ingin tercebur ke dalam genangan air. Team ACT juga merasakan banyak sekali nyamuk dan bau menyengat. Tentu saja kondisi ini menimbulkan rawan penyakit bagi para penghuninya. Pengusaha yang memekerjakan TKI kita ini tidak memperhatikan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja...Mereka bekerja tanpa safety equipment dan tempat tinggal yang buruk. Tercatat di tahun 2012, TKI yang meninggal di Malaysia dan dikebumikan di tanah air adalah sekitar 700 orang, belum lagi yang dimakamkan di Malaysia. Penyebab kematian kebanyakan adalah TBC, meningitis, dan leptospirosis. Itu semua karena sanitasi tempat tinggal yang buruk. Diam yang jelas bukan solusi. Dibantu oleh sahabat-sahabat warga Malaysia yang simpati, kasus ini akan di urus di otoritas pemerintah. Seharusnyalah pengusaha Malaysia yang memekerjakan TKI kita harus memperlakukan TKI selayaknya manusia yang bermartabat. Banyak pengusaha Malaysia yang baik dalam memperlakukan para pekerja Indonesia. Namun untuk pengusaha yang tidak benar, selayaknya juga di urus. Kita ingin TKI diperlakukan dengan lebih baik. Wallahualam sumber

Bursa Kerja Banten Sediakan 12.226 Lowongan

Serang (AntaraBanten) - Bursa kerja yang diselenggarakan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten menyediakan  12.226 lowongan kerja dari 56 perusahaan.

Ribuan para pencari kerja menyerbu arena lokasi pameran bursa kerja Provinsi Banten 2013 yang dibuka Gubernur Banten di Alun-alun Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) di Serang, Kamis.

Sebelum para pelamar mencari lowongan pekerjaan sesuai dengan minat dan latar belakang pendidikannya. Para pencari kerja tersebut tersebut terlebih dahulu mengisi formulir pendaftaran sebagai pelamar kerja sebagai syarat masuk ke arena bursa kerja.

Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah mengatakan, pelaksanaan bursa kerja merupaka salah satu bentuk komitmen Pemprov Banten dalam memfasilitasi pencari kerja dengan perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja.

"Kami senantiasa bekerjasama dan komunikasi dengan pihak perusahaan di Banten, dalam hal perekrutan tenaga kerja. Ini bentuk upaya pemprov dalam menekan angka pengangguran," kata Ratu Atut.

Menurutnya, jumlah pengangguran di Banten terus mengalami penurunan. Data 2013 menunjukkan jumlah pengangguran di Banten mencapai  552.895 jiwa.

Selain membuka bursa kerja, kata dia, dalam mengatasi angka pengangguran tersebut, pihaknya mengajak Balai Latihan Kerja Indonesia (BLKI) untuk mengoptimalkan pemanfaatan BLK serta meningkatkan  kualitas calon tenaga kerja.

"Tidak hanya calon tenaga kerja yang akan dikirim ke luar negeri, tetapi juga mengoptimalkan kebutuhan tenaga kerja untuk perusahaan di Banten," katanya.

Kepala Disnakertrans Banten Erik Syehabudin mengatakan, pameran bursa kerja diikuti 10 instansi ketenagakerjaan dan 56 perusahaan dengan menyediakan 12.226 lowongan kerja.

Ia mengatakan, melalui bursa kerja perusahaan diharapkan memperoleh tenaga kerja yang profesional dan siap pakai. Sementara bagi pencari kerja, bisa memperoleh pekerjaan yang sesuai minat, bakat, skill, dan kompetensi.

"Melalui hob fair ini diharapkan terjalin komunikasi antara perusahaan dan pencari kerja, sehingga tercipta hubungan emosional yang nyaman dan produktivitas kerja dapat terwujud," kata Erik.

Direktur Penempatan Pasar Tenaga Kerja Budi Hartawan dalam sambutan tertulisnya menyampaikan, salah satu yang masih menjadi permasalahan tenaga kerja yakni kualitas tenaga kerja. Sebab tenaga kerja terbesar masih didominasi lulusan SD-SMA yakni 54,6 juta orang, D III 3,2 juta, dan S1 8 juta.

Suami TKW hongkong Kubur Istri di Dalam Kakus Gara-gara Cemburu

Suami Kubur Istri di Dalam Kakus Gara-gara Cemburu Kawit (40), warga Dusun Juranggandul, Desa Pulotondo, Kecamatan Ngunut, Tulungagung, tega membunuh istrinya, Susanti (39), gara-gara cemburu. "Ya cemburu, dia baru pulang dari Hongkong, di rumah malah jalan-jalan sama lelaki lain," kata Kawit di markas Polres Tulungagung, Kamis (27/5/2013). Kawit menyerahkan diri ke polisi, Rabu (26/6/2013) sore. "Dia menyerahkan diri karena dihantui perasaan takut," kata Wakil Kepala Polres Kompol Indra Lutrianto Amstono di samping Kawit. Kecemburuan Kawit bermula ketika Susanti pulang dari merantau selama 3 tahun di Hongkong, Jumat (21/6/2013). Kawit mengaku, Susanti tidak memberitahu sebelumnya bahwa akan pulang. Ternyata, dia pulang diantar lelaki lain. Saat itu, katanya, Susanti mengenalkan lelaki pengantarnya itu sebagai temannya. Kawit pun menahan diri agar tidak emosi, apalagi ada kerabatnya juga saat itu. Keesokan harinya, Sabtu, pertengkaran di antara pasangan yang sudah memiliki dua anak itu kembali terjadi. Selama ditinggal ke Hongkong, Kawit mengasuh dua anaknya sendirian. Sebagai petani yang terkadang sibuk di sawah, Kawit terkadang juga menitipkan anak-anaknya di rumah orangtuanya, di Desa Aryo Jeding, Kecamatan Rejotangan. Menurut pengakuannya, selama merantau itu istrinya tidak pernah kirim uang untuk anak-anaknya. "Terus duitmu mbok gawe apa? (Lalu uangmu buat apa?)," kata Kawit mengenang ucapannya kepada Susanti. Namun, lanjutnya, Susanti justru marah-marah. "Cangkemmu aja takon-takon ae! (Mulutmu jangan tanya-tanya terus!)," kata Kawit menirukan jawaban istrinya. Pertengkaran hari itu selesai. Keesokan harinya, Minggu, Susanti pamit ke rumah temannya tetapi tidak menyebutkan secara jelas identitas maupun lokasinya. Hanya, kata Kawit, istrinya berjanji pulang sekitar pukul 18.00. Sebelum istrinya pulang, Kawit memergokinya bersama lelaki lain di jalan kampung. Kawit pun memaksa istrinya pulang, sedangkan lelakinya ngacir. Pada Minggu malam itu, pertengkaran hebat terjadi lagi di dalam rumah mereka. Lantaran sama-sama emosional, Susanti melemparkan mangkuk ke wajah Kawit. "Mangkuknya sampai pecah. Saya balas memukulkan batu bata ke kepalanya," ujar Kawit dalam bahasa Jawa. Susanti pun terhuyung-huyung hingga jatuh. Kawit yang kalap memukulnya lagi pakai pentungan kayu. Setelah memastikan Susanti tewas, Kawit menyalakan pompa air. Dia lalu menyeret mayat istrinya ke belakang rumah untuk dimasukkan ke kakus semi permanen yang tutupnya sekadar pakai kayu. Usai memendam mayat istrinya, ia menyiramkan air dari pompa untuk menghilangkan jejak. Sehari berikutnya, Senin, jika ditanya tetangganya soal keberadaan Susanti, Kawit menjawab bahwa dia sudah pergi lagi ke Hongkong. Namun, hanya sehari kemudian, Kawit merasa tidak nyaman sehingga menyerahkan diri ke polisi, Rabu (26/6/2013) sekitar pukul 16.00. "Pelakunya tunggal dan ini sifatnya spontan," kata Kompol Indra Lutrianto Amstono. Polisi pun menjerat Kawit dengan Undang-Undang tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). "Ancaman hukumannya sampai 15 tahun penjara," katanya.
Laporan Wartawan Surya, Yuli
TRIBUNNEWS.COM
 

Tag

IP

My-Yahoo

Blogger Widget Get This Widget

Histast

Total Pengunjung