http://infobmi.blogspot.com/. Powered by Blogger.

Monday, May 6, 2013

Kasus Buruh Kuali Tampar Muka Pemerintah


JAKARTA - Lokasi kasus perbudakan buruh yang berada di Kampung Bayur Kopak, Desa Lebak Wangi, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang menampar wajah pemerintah. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, mengatakan kasus buruh kuali menunjukan lemahnya pengawasan perburuhan yang nampaknya masih marak di Republik ini. Terlebih kasus tersebut terjadi dekat dengan pusat kekuasaan. "Bisa dipastikan masih banyak kasus serupa di banyak tempat, di mana upah buruh dibayar UMP/K, outsourcing dan jam kerja panjang," ujarnya dalam pesan singkat yang diterima Okezone, Senin (6/5/2013). Dengan adanya kasus ini dia pun mendesak agar Kepala Dinas Tenaga Kerja setempat dicopot dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk segera turun ke lokasi. "KSPI mendukung keputusan MA yang menghukum penjara bagi pengusaha yang membayar upah dibawah UMP/K sebagai perlindungan bagi buruh," tegasnya. sumber:jakarta.okezone.com
Comments
3 Comments

3 comments:

Samsul Hadi said...

"Oknum" Brimob diduga terlibat penyekapan Buruh Pabrik Kuali

JAKARTA - Koordinator Eksekutif Komisi untuk
Orang hilang dan Korban Tindak Kekerasan
(KontraS) Haris Azhar, menyatakan akan
melaporkan aparat Polres Tigaraksa dan
Polsek Sepatan, kepada Ombudsman jika
kedua institusi itu tidak memeriksa oknum
aparat yang diduga terlibat dalam kasus
penyekapan karyawan pabrik kuali.

Bahkan, KontraS telah menyiapkan advokasi
berlapis jika polisi tidak serius menangani
kasus penganiayaan yang dialami buruh pabrik
kuali di Kampur Bayur Ropak, Desa Lebak
Wangin, Kecamatan Sepatan, Kabupaten
Tangerang.

"Jika tidak memeriksa secara serius, maka
kami akan melaporkan mereka ke
Ombudsman, untuk memeriksa polres dan
polsek. Begitu juga, kami akan laporkan
Komnas HAM karena takut akan mengklaim
fakta-fakta dari Polres Tigaraksa," ungkap
Haris di Kantor KontraS, Jakarta Pusat, Senin
(6/5/2013).

Keterlibatan anggota Brimob yang diduga
bernama Agus dan Nurjaman itu, lanjut Haris,
didukung oleh fakta tetangga sekitar rumah
pemilik pabrik yang membenarkan sering ada
mobil polisi "nongkrong" di halaman rumah
pelaku.

"Salah satu buruh bahkan pernah melihat Juki
memberikan upeti kepada polsek setempat. Ini
menunjukkan ada backing-an dan enggak
mungkin pihak polisi enggak tahu," jelas
Haris.

Haris mengungkapkan, KontraS sama sekali
tidak senang dengan kerja polisi setempat.
Haris juga mengungkapkan khawatir dengan
keamanan korban karena kasus ini tidak
simpel, ada indikasi keterlibatan pihak lain.

"Kami mengimbau Polri untuk membuat tim
khusus untuk memsupervisi polda dan polres.
Proses (penyelidikan) itu harus
terkonsolidasi," terangnya.

Lebih lanjut, Haris juga menuntut
pertanggungjawaban dari Kementerian
Perindustrian atas kasus ini. "Bagaimana
pengawasan mereka? Kok bisa sih ada pabrik
seperti itu mereka tidak tahu?" tegas Haris.
Haris menambahkan, kini semua korban sudah
pulang ke kampungnya masing-masing.

Hanya
tinggal dua orang yang berada di Polres
Tigaraksa, namun itu bukan untuk kepentingan
kelengkapan berkas.

Sebelumnya, Bagian Advokasi dan HAM
KontraS Yati Andriyani, mengikuti tim untuk
memeriksa lokasi pabrik Kuali tersebut. Yati
menerangkan, sekira 20 buruh pabrik yang
dipulangkan bercerita bahwa ada dua orang
oknum Brimob yang diduga menjadi backing
dari pemilik pabrik kuali tersebut, Juki Irawan.

HANGOUT SOCIETY | OKEZONE

Samsul Hadi said...

Buruh Serbu Pabrik Kuali Tangerang dan Rusak Rumah Kades

MERDEKA.COM. Puluhan buruh yang tergabung dalam SPSI, FPS-TSK dan GSBI, menyerbu rumah dan pabrik kuali serta rumah Kepala Desa Lebak Wangi, Kabupaten Tangerang, Senin (6/5).

Mereka geram dengan peristiwa perlakuan tidak manusiawi yang dialami buruh di pabrik tersebut.

Awalnya mereka datang dengan sepeda motor ke pabrik kuali yang berada di Kampung Bayur Opak, Kecamatan Sepatan, sekitar pukul 11.00 WIB. Lalu mereka merangsek masuk ke dalam pabrik, dan merusak barang-barang dengan melemparnya.

Selain itu rumah pemilik pabrik, Yuki Irawan yang berada di samping pabrik, juga menjadi sasaran. Pagar teralis rumah tersebut dirobohkan dengan cara didorong. Polisi yang berada di lokasi tak bisa berbuat apapun dengan tindakan anarkis buruh.

"Penindasan terhadap buruh itu perbuatan biadab. Kita harus singkirkan pengusaha-pengusaha nakal seperti ini," ujar koordinator aksi, Dedi Sudrajat ketika melakukan orasi.

Belum puas merusak pabrik, mereka langsung meluncur ke rumah Kepala Desa Lebak Wangi Mursan yang juga merupakan adik ipar pemilik pabrik. Mereka pun merusak pagar teralis rumah yang berada sekitar 1 km dari pabrik.

"Bagaimana mungkin peristiwa penindasan buruh ini tidak diketahui polisi dan aparat desa. Jangan coba membekingi, kami buruh akan melawan," tegas Dedi.

Usai melakukan aksinya mereka langsung pergi dari lokasi. Polisi langsung mengevakuasi anak-anak Yuki yang bersembunyi di dalam rumah.
Sumber: Merdeka.com

Samsul Hadi said...

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Boy Rafli Amar mengatakan, polisi masih melakukan penyelidikan awal pada kasus yang terungkap pada Jumat pekan lalu itu.

Boy berujar, informasi terkait adanya campur tangan oknum polisi dalam melindungi kegiatan ini masih perlu pengumpulan keterangan secara menyeluruh.

“Ya tentu kami akan tindak tegas kalau memang terbukti. Tapi ini perlu ditelaah dulu, jika ya benar ada unsur (beking) tersebut maka tentu aka nada langkah-langkah penegakan disiplin pada anggota,” kata jenderal bintang satu ini, di Jakarta, Senin (6/5).

Dia melajutkan, sejauh ini kepolisian masih fokus memeriksa seluruh saksi dan orang-orang yang diduga terlibat dan mengetahui adanya praktek perbudakan ini. “Sementara itu, kami masih dalami pemeriksaannya,” ucap Boy.

Pekan lalu, kepolisian dari Polres Tangerang yang dibantu Polda Metro Jaya melakukan penggerebekan pada sebuah pabrik pembuat Kuali di Desa Lebak Wangi, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang Jumat (3/5).

Dalam penggerebekan tersebut, terungkaplah fakta adanya praktek perbudakan kepada 34 buruh yang diminta kerja paksa oleh pemilik pabrik bernama Juki Irawan.

Para buruh mendapat perlakuan di luar batas kemanusiaan dan bekerja dalam ancaman. Praktek ini diduga lancar dilakukan oleh Juki karena usahanya dibekingi oleh aparat dan preman setempat.

 

Tag

IP

My-Yahoo

Blogger Widget Get This Widget

Histast

Total Pengunjung