http://infobmi.blogspot.com/. Powered by Blogger.

Monday, October 28, 2013

Arab Miskin Jadi Santapan Ikan Indonesia


Judul di atas saya baca di versi
online Al Sharq Al Awsat, surat
kabar Arab Saudi yang terbit dari
London edisi 5 Oktober 2013.
Membaca tulisan dengan judul
asli Al Fuqara Walimatun Li-
asmak Indonesiya tersebut
perasaan saya bercampur aduk,
antara kaget, sedih, terenyuh,
dan juga penasaran. Pertanyaan
iseng pun muncul, adakah ikan-
ikan di Indonesia serakus itu?
Lalu, mengapa harus orang
miskin? Bukankah orang miskin
kurus-kurus? Mengapa bukan
orang kaya yang dagingnya
barangkali lebih lezat karena
bisa makan yang enak-enak dan
secara rutin pula? Lalu,
bagaimana ceritanya orang-
orang miskin Arab bisa menjadi
santapan lezat bagi ikan-ikan di
Indonesia?
Ya, tulisan itu memang berkisah
tentang nasib orang-orang
miskin. Tepatnya, orang-orang
miskin Arab penghuni kawasan
Timur Tengah yang dikenal kaya
raya. Mereka adalah korban
perang saudara di Lebanon.
Mereka kini menghuni kawasan
miskin di selatan negara itu,
antara Tripoli hingga perbatasan
Suriah. Mereka adalah orang-
orang miskin di Mesir yang putus
asa melihat negaranya tak
kunjung membaik. Kudeta militer
dan rentatan perebutan
kekuasaan telah menyebabkan
ekonomi ambruk, angka
pengangguran dan kemiskinan
meningkat.
Mereka adalah orang-orang
miskin Irak korban invasi AS dan
sekutunya. Juga, korban konflik
berkepanjangan antargolongan,
suku, dan kelompok agama.
Hampir tiap hari orang-orang
miskin Irak itu kini dihantui
serangan bom bunuh diri.
Mereka adalah orang-orang
miskin Suriah yang menjadi
korban konflik rezim Presiden
Bashar Assad dengan kelompokk
oposisi. Mereka kini ada yang
tinggal di tenda-tenda
pengungsian di Lebanon, Turki,
Yordania, Mesir, dan Irak.
Mereka adalah orang-orang
miskin Suriah yang kehabisan
bahan makanan sehari-hari,
hingga sejumlah ulama setempat
menghalalkan makan daging
kucing dan anjing. Mereka
adalah orang-orang miskin di
Yaman, Tunisia, Maroko, Aljazair,
dan sejumlah negara Arab lain.
Pendek kata, mereka adalah
orang-orang miskin yang tak
mempunyai harapan hidup lebih
baik di negaranya sendiri. Dan,
ketika keputusasaan sudah
mencapai tingkat akut, hijrah ke
luar negeri, terutama negara-
negara maju, adalah harapan.
Harapan untuk mendapatkan
kehidupan yang lebih baik,
meskipun di negara orang dan
apa pun risikonya.
Ironisnya, menurut Sawsan Al
Abtah, kolumnis perempuan asal
Lebanon yang menulis kolom
dengan judul di atas, di tengah
kesusahan orang-orang miskin
Arab itu ada saja orang-orang
atau kelompok yang ingin
mengambil keuntungan. Mereka
membentuk jaringan mafia yang
menawarkan jasa bisa
menghijrahkan
(menyelundupkan) orang-orang
miskin itu ke luar negeri. Dan,
negara tujuan yang menjadi
favorit adalah Australia. Tentu
saja, dengan imbalan lembaran
dolar yang tak sedikit.
Berbagai kasus buruk yang
menimpa para imigran Timur
Tengah yang kapalnya sering
tenggelam di perairan Indonesia
adalah salah satu dari “hasil
karya” para mafia itu. Mafia ini
mempunyai jaringan
internasional, termasuk di
Indonesia. Yang terakhir adalah
kapal pengangkut imigran yang
tenggelam di Perairan Cianjur,
Jawa Barat, pada 27 September.
Dari seluruh 80 penumpang
imigran, yang dikabarkan
selamat hanya 23 orang. Sisanya,
meninggal dunia atau hilang.
Sawsan Al Abtah
menggambarkan, para imigran
yang meninggal di laut menjadi
santapan lezat ikan-ikan
Indonesia. Namun begitu,
katanya, mungkin mereka lebih
beruntung bisa segera
mengakhiri segala kesengsaraan
dan kesulitan hidup. Semoga
Allah mengampuni segala dosa
mereka (Allah yarhamhum).
Sementara itu, mereka yang
hidup masih harus menanggung
derita berkepanjangan yang
mungkin tidak lagi
tertanggungkan. Mereka sudah
tidak punya apa pun, termasuk
identitas pribadi, kecuali badan
dan napas nyawanya. Di
Indonesia, mereka tidak
dikehendaki. Di Australia yang
menjadi negara tujuan pun
ditolak. Di negara asal, mereka
sering disebut sebagai
pengkhianat.
Kasus tenggelamanya kapal
imigran gelap di Cianjur tentu
bukan yang pertama dan
terakhir. Selama negara-negara
Arab masih berkonflik dan
berebut kekuasaan, gelombang
imigran gelap dari Timur Tengah
akan tetap berlangsung. Tapi,
yang lebih ironis, lanjut Al Abtah,
pemerintah negara asal imigran
sepertinya tidak perduli kepada
mereka. Para imigran itu
tampaknya sudah dianggap
bukan warganya. Mereka sudah
seperti warga negara antah
berantah.
Yang lebih menyedihkan, media
di Arab pun kurang tertarik
memberitakan tragedi
kemanusiaan yang menimpa
para imigran gelap ini. Kalaupun
ada berita tentang mereka, itu
hanya sesekali dan hanya
sebagai berita pinggiran. Mereka
tampaknya lebih suka
memberitakan hal-hal yang
“terang” yang bisa menjadi
kebanggaan. Sedangkan, para
imigran hanya dianggap menjadi
sisi gelap bangsa.
Hal-hal yang terang itu,
misalnya, memberitakan tentang
Burj Khalifa, menara tertinggi di
dunia yang pernah dibuat
manusia. Menara yang juga
berfungsi sebagai hotel itu
berdiri kokoh di Dubai, Uni
Emirat Arab. Atau, berita tentang
klub sepak bola elite di Eropa,
Manchester City dan Paris St-
Germain (PSG), yang dimiliki dua
warga Uni Emirat Arab.
Manchester City dimiliki oleh
Syekh Mansour bin Zayed Al
Nahyan dan PSG dimodali oleh
Syekh Nasser Al Khelaifi.
Atau, juga berita tentang
Pangeran Al Walid bin Talal bin
Abdul Aziz. Pengusaha yang juga
keponakan Raja Abdullah bin
Abdul Aziz ini pernah marah
kepada majalah Forbes lantaran
tidak dimasukkan sebagai 10
orang terkaya di dunia. Ia juga
merencanakan membangun
Menara Kingdom di Jeddah yang
tingginya akan mengalahkan
Menara Burj Khalifa. Atau, berita
penyelenggaraan balapan
Formula 1 yang diselenggarakan
di Sirkuit Internasional Bahrain.
Ataupun, berita soal kemegahan
peringatan hari penobatan para
raja penguasa negara-negara
Arab.
Itulah sisi gelap dan sisi terang
bangsa Arab. Sisi kemegahan
dan sisi kesengsaraan.
Kesengsaraan yang sering kali
justru tercipta akibat perebutan
kemegahan dan kekuasaan
Red: M Irwan Ariefyanto

By
www.republika.co.id/berita/kolom/resonansi/13/10/27/mvc24i-arab-miskin-jadi-santapan-ikan-indonesia
Comments
0 Comments

No comments:

 

Tag

IP

My-Yahoo

Blogger Widget Get This Widget

Histast

Total Pengunjung