http://infobmi.blogspot.com/. Powered by Blogger.

Tuesday, October 29, 2013

Takut Kepada Allah

Pameran Kaligrafi↓

Oleh Muhbib
Abdul Wahab
Setiap orang pasti pernah
merasakan takut, mulai dari
takut digigit ular, takut
kehilangan jabatan, hingga takut
kepada Tuhan.
Dalam psikologi agama, sebagian
manusia mencari dan
membutuhkan Tuhan, antara
lain karena adanya rasa takut
dalam diri terhadap kekuatan
gaib.
Manusia takut kepada kekuatan
dahsyat yang ada di alam raya
ini, seperti gunung meletus,
angin puting beliung, banjir
bandang, tsunami, dan
sebagainya, sehingga
membuatnya mencari pelindung,
pemberi rasa aman dan
keselamatan hidupnya.
Secara psikologis, takut adalah
kondisi psikis (kejiwaan) yang
diliputi rasa khawatir, kegalauan,
ketakutan, was-was, atau kurang
nyaman terhadap sesuatu yang
tidak disukainya itu jika terjadi
pada dirinya. Takut bisa saja
menjadi energi positif, jika
dimaknai secara postif, demikian
pula sebaliknya.
Kata takut dalam al-Qur’an,
antara lain, dinyatakan dengan
khauf dan khasyyah. Kata khauf
lebih umum daripada kata
khasyyah. Khasyyah
menunjukkan rasa takut yang
lebih spesifik, dan disertai
pengetahuan (ma’rifah).
Khasyyah disematkan kepada
ulama (ilmuwan, saintis yang
takut kepada Allah). Hal ini
seperti diisyaratkan oleh firman-
Nya: “Di antara hamba-hamba
Allah yang takut kepada-Nya,
hanyalah para ulama. Sungguh,
Allah Mahaperkasa, Maha
Pengampun.” (QS. Fathir [35]:
28)
Takut dalam arti khasyyah hanya
dapat dilakukan oleh orang
tertentu seperti Nabi SAW sesuai
dengan sabdanya:
“Sesungguhnya aku adalah
orang yang paling bertakwa dan
paling takut kepada Allah di
antara kalian”.
Sedangkan takut dalam arti
khauf cenderung dimaknai
menghindar dan lari dari yang
ditakuti. Akan tetapi, khasyyah
merupakan takut yang
cenderung berpegang teguh
kepada ilmu atau pengetahuan
akan yang ditakuti dan kepada
kebesaran-Nya.
Dalam kajian akhlak tasawuf,
takutnya Mukmin harus
dimaknai secara positif, yaitu rasa
takut yang menyebabkannya
melaksanakan kewajiban dan
meninggalkan larangan Allah
dan Rasul-Nya.
Jika rasa takutnya meningkat,
Mukmin tidak merasa cukup
dengan hanya melaksanakan
kewajiban, melainkan juga
melengkapinya dengan amalan
sunnah, dan menjauhi hal-hal
yang berbau syubhat (grey area,
abu-abu, samar-samar status
hukumnya).
Setidak-tidaknya ada enam hal
yang harus ditakuti Mukmin,
yaitu, pertama, takut siksa Allah
yang ditimpakan kepadanya
karena dosa-dosa yang pernah
diperbuatnya.
Kedua, takut tidak dapat
menunaikan kewajiban kepada
Allah SWT dan kepada sesama.
Ketiga, takut tidak diterima amal
ibadah yang dilakukannya,
sehingga amalnya menjadi sia-sia
belaka.
Keempat, takut dihadapkan
kepada aneka fitnah (akibat
perilakunya) dan kemurkaan
Allah yang akan menimpanya di
dunia. Kelima, takut su’ul
khatimah (akhir kehidupan atau
kematian yang buruk). Keenam,
takut azab kubur, pengadilan
dan azab Allah di akhirat kelak.
Oleh karena itu, menurut Ibn al-
Qayyim al-Jauziyah, takut kepada
Allah SWT itu hukumnya wajib.
Karena takut kepada Allah itu
dapat mengantarkan hamba
untuk selalu beribadah kepada-
Nya dengan penuh ketundukan
dan kekhusyukan.
Siapa yang tidak takut kepada-
Nya, berarti ia seorang pendosa,
pelaku maksiat. Karena tidak
takut kepada Allah, koruptor
semakin merajalela, semakin
serakah, dan tidak lagi memiliki
rasa malu.
Sesungguhnya mereka itu tidak
lain hanyalah setan yang
menakut-nakuti (kamu) dengan
teman-teman setianya, karena
itu janganlah kamu takut kepada
mereka, tetapi takutlah kepada-
Ku, jika kamu orang-orang
beriman. (QS. Ali Imran [3]: 175)
Muslim yang memaknai takut
secara positif pasti akan bervisi
masa depan, menyiapkan
generasi yang tangguh, kuat, dan
unggul.
Allah SWT berfirman: “Dan
hendaklah takut (kepada Allah)
orang-orang yang sekiranya
mereka meninggalkan keturunan
yang lemah di belakang mereka
yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan)nya. Oleh sebab
itu, hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah, dan hendaklah
mereka berbicara dengan tutur
kata yang benar. (QS. an-
Nisa’ [4]: 9)
Di atas semua itu, memaknai
takut secara positif dapat
mengantarkan hamba meraih
dan merengkuh rasa cinta paling
tinggi, yaitu ridha, sehingga pada
gilirannya dapat meraih surga-
Nya.
“Balasan mereka di sisi Tuhan
mereka ialah surga 'Adn yang
mengalir di bawahnya sungai-
sungai; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Allah
ridha terhadap mereka dan
mereka pun ridha kepada-Nya.
Yang demikian itu adalah
(balasan) bagi orang yang takut
kepada Tuhannya.” (QS. al-
Bayyinah [98]: 8)
Takut kepada Allah SWT
menjadikan hamba semakin
dekat dan intim dengan-Nya,
sehingga ia tidak lagi takut
kehilangan jabatan, takut kepada
atasan, atau takut tidak memiliki
masa depan. Wallahu a’lam bish-
shawab.
Red: Damanhuri Zuhri
Comments
0 Comments

No comments:

 

Tag

IP

My-Yahoo

Blogger Widget Get This Widget

Histast

Total Pengunjung