http://infobmi.blogspot.com/. Powered by Blogger.

Thursday, February 27, 2014

Mendikbud Kaget Rhoma Irama Punya Gelar Profesor

"Apa betul Pak Rhoma dapat gelar profesor? Dari mana?" tanya M Nuh.

Rhoma Irama mengatakan, gelar profesor ia peroleh karena karya musik dangdutnya.
Prof. Rhoma Irama, Presiden Kita Bersama. Tulisan itu tercantum dalam spanduk yang dipampang di salah satu daerah di Jakarta Selatan. Titel ‘Prof’ di depan nama Rhoma Irama itulah yang kemudian diributkan.
Dari mana asalnya gelar itu? Keheranan juga dikemukakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh, Kamis 27 Februari 2014. “Apa betul Pak Rhoma dapat gelar profesor?” tanya Mendikbud M Nuh kepada wartawan di Jakarta.
Kepada Nuh, wartawan menjawab gelar tersebut tertera dalam salah satu spanduk Rhoma Irama. “Loh, profesor dari mana?” tanya Nuh lagi. “Katanya dari Amerika Pak, University of Hawaii,” jawab wartawan.
Di Indonesia, kata Nuh, pemberian gelar guru besar atau profesor memiliki aturan main yang jelas. Pertama, orang itu harus lebih dulu memiliki gelar doktor. Kedua, dia harus menyampaikan karya penelitian atau karya lainnya. Ketiga, institusi pemberinya juga harus jelas.
“Nanti akan dilihat oleh Kemendikbud dan tim lainnya. Dari situ baru dinilai apakah seseorang layak dapat gelar guru besar atau tidak. Itu (keputusan layak-tidaknya) saya yang teken sendiri. Itu kalau di Indonesia,” kata Nuh.
Namun, ujar Nuh, ia tidak tahu bagaimana prosedur di luar negeri. Apapun, setahu Nuh, seorang guru besar adalah orang yang pernah mengajar. “Lazimnya dia mengajar dan S3. itu aturan umum di mana-mana untuk guru besar. Dia punya karya tulis, punya penelitian,” kata Nuh.
Soal penjelasan Rhoma yang mengatakan ia meraih gelar profesor karena karya musiknya, Nuh mengatakan tidak tahu. “Saya tidak tahu apakah karya musik itu sudah bisa dijadikan karya akademik. Tapi yang jelas, di Indonesia tidak bisa serta-merta seperti itu,” ujarnya.
Ketika ditanya apakah gelar profesor Rhoma Irama diakui di Indonesia, Nuh mengatakan tidak otomatis. “Kalau dia lulus sarjana di luar negeri, tidak serta-merta kita akui. Harus ada penyetaraan. Kita lihat institusinya apakah itu sudah terakreditasi, lalu bagaimana kurikulumnya. Kalau udah memenuhi syarat, baru kita tetapkan itu setara,” kata Nuh.
Nuh mengatakan, prosesnya sama untuk semua orang. Terakhir kali Nuh mengakreditasi ijazah Agus Harimurti, pura sulung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Putra Pak Presiden dari Harvard itu juga kami cek. Lalu kami beri persetujuan kala itu, benar dari Harvard,” ujar Nuh.
Jika gelar Rhoma Irama palsu, bisa ada sanksi. “Sanksinya ada di Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional). Cuma saya tidak ingat isinya,” kata Nuh.
http://m.detik.com/finance/read/2014/02/27/141249/2510244/1036/
Comments
0 Comments

No comments:

 

Tag

IP

My-Yahoo

Blogger Widget Get This Widget

Histast

Total Pengunjung