http://infobmi.blogspot.com/. Powered by Blogger.

Monday, October 28, 2013

Soal KTKLN, BNP2TKI Jangan Lagi Salahgunakan Wewenang


Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) menggelar rapat koordinasi lintas sektor pada Kamis (24/10/2013) di Kantor BP3TKI Yogyakarta. Pertemuan digelar untuk sosialisasikan kebijakan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) dengan pelbagai unsur terkait, dari Imigrasi, Kepolisian, PPTKIS, perwakilan BP3TKI dari beberapa daerah, hingga Organisasi Masyarakat Sipil.
Pertemuan yang dihadiri Direktur Penyiapan dan Pembekalan Pemberangkatan Deputi Bidang Penempatan BNP2TKI Arifin Purba juga mengundang Abdul Rahim Sitorus, inisiator gerakan “Hapus KTKLN” untuk memberi penjelasan atas kritik yang kerap disampaikannya terkait kebijakan KTKLN. Penolakan yang dilakukan banyak organisasi buruh migran di dalam dan luar negeri bukan sebuah upaya melawan hukum.
“Selama ini, advokasi yang kami lakukan menggunakan jalur hukum termasuk melaporkan pelanggaran pelaksanaan dan pelayanan KTKLN ke Ombudsman dan menyusun agenda untuk menguji pasal soal KTKLN di Mahkamah Konstitusi. BNP2TKI harus membedakan antara kebutuhan data TKI dengan KTKLN sebagai sebuah kartu yang tidak dibutuhkan TKI,” papar Abdul Rahim Sitorus, menepis anggapan beberapa pejabat publik BNP2TKI, bahwa gerakan penolakan KTKLN justru melawan ketentuan UU 39/2004 yang mewajibkan KTKLN.
Pada pertemuan tersebut, Hendri Hakim dari Asosiasi PPTKIS juga mengeluhkan soal sistem KTKLN. Hendri mengatakan PPTKIS mengalami kesulitan saat melakukan pelimpahan ID ketika seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) pindah atau berganti PPTKIS.
“Yang bisa melihat data di SISKOTKLN hanya BNP2TKI, Kemenakertrans dan Kami (PPTKIS), jangankan keluarga, TKI yang jadi pemilik KTKLN saja tidak bakal bisa lihat data mereka sendiri,” papar Hendri Hakim.
PSD-BM dan jejaring advokasi kebijakan KTKLN mencatat ada 98 kasus yang dilaporkan TKI terkait pelayanan KTKLN. Kasus terbesar adalah TKI gagal terbang atau ditolak sepihak oleh Imigrasi di berbagai bandara di Indonesia, lalu ada juga kasus pemerasan, pungutan liar, hingga pemaksaan membeli asuransi bagi TKI cuti.
“Tidak ada yang menyalahkan jika BNP2TKI meyakini bahwa KTKLN adalah amanat undang-undang dan mereka akan terus melaksanakan kebijakan KTKLN selama kebijakan belum dicabut, namun Kami mohon BNP2TKI juga sadar akan kewenangannya, bahwa BNP2TKI bukan lembaga publik yang bisa dan berwenang menjatuhkan sanksi bagi TKI tanpa KTKLN, jadi BNP2TKI jangan lagi menakut-nakuti dan mengintimidasi TKI soal KTKLN seperti banyak info sesat yang pernah mereka sebar soal sanksi bagi TKI Tanpa KTKLN,” pungkas Fathulloh.
Fakta Nota Dinas Imigrasi Soekarno Hatta No.W7.Fd.UM.01.01.3033 yang memerintahkan penolakan keberangkatan TKI tanpa KTKLN (yang didasarkan atas koordinasi Imigrasi dengan BNP2TKI pada 20 April 2011) semakin menegaskan tindak pelanggaran wewenang yang dilakukan BNP2TKI. Setelah Nota Dinas tersebut dicabut, diharapkan BNP2TKI tidak lagi melakukan tindakan penyalahgunaan kekuasaan yang pada akhirnya merugikan banyak TKI.

KRI Diponegoro-365 tunaikan tugas terakhir di Lebanon


Surabaya (ANTARA News) - Kapal perang kelas frigat terbaru Indonesia, KRI Diponegoro-365 yang tergabung dalam Satuan Tugas Maritim UNIFIL/2013 menunaikan tugas terakhirnya dalam misi perdamaian dunia di Lebanon, sebelum kembali ke Indonesia pada awal November mendatang.
Perwira penerangan satuan tugas itu, Letnan Satu Pelaut Nursalim, dalam surat elektronik diterima di Surabaya, Senin, menjelaskan, tugas terakhir kapal perusak kawal berpeluru kendali itu dilaksanakan di Laut Mediterania pada Minggu (27/10).
Adapun misi terakhir KRI Diponegoro-365 di UNIFIL/2013 itu latihan bekal ulang di laut bersama kolega Italia-nya, ITS Andrea Doria D-533. Pada misi UNIFIL/2013 kali ini, Letnan Kolonel Pelaut Hersan menjadi komandan KRI Diponegoro-365.
Nursalim menyatakan, kapal perang Italia berbobot 6.635 ton yang dilengkapi helikopter Augusta Westland EH-101Merlintersebut, baru masuk dalam jajaran UNIFIL MTF di Lebanon pada awal Oktober 2013.
"Pada latihan pembekalan ini, KRI Diponegoro-365 bertindak sebagai kapal pelaksana latihan. Dalam kegiatan latihan, proses pendekatan dilaksanakan secara bergantian oleh kedua kapal," ujarnya.
Bersamaan latihan bekal ulang itu, lanjut Nursalim, KRI Diponegoro-365 juga menerbangkan helikopter BO-105 NV-409 yang bertugas memeriksa kapal kargo yang akan memasuki Pelabuhan Beirut.
"Secara keseluruhan proses latihan berjalan aman dan lancar. Perwira jaga kedua kapal menunjukkan kapabilitasnya dalam manuver kapal untuk melaksanakan prosedur pembekalan di laut secara aman," tambahnnya.
Menurut Nursalim, latihan itu rutin dilaksanakan unsur-unsur UNIFIL MTF pada setiap penugasan.
KRI Diponegoro-365 dijadwalkan kembali ke Indonesia pada 2 November 2013 setelah lebih kurang tujuh bulan bertugas di Lebanon dalam misi perdamaian di bawah bendera PBB.
Selama di Lebanon, kapal perang TNI AL itu telah 26 kali menyelesaikan tugas pengamanan di Laut Mediterania dan wilayah sekitarnya.
Editor: Ade Marboen

Amnesti Arab Saudi Tinggal Sepekan Lagi


Sejumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) dari Jeddah, Arab Saudi, masuk ke ruang tunggu Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (4/5). Kementerian Kesehatan mencatat ada 2.352 orang TKI bermasalah yang dipulangkan dengan Kapal Motor Labobar, terdiri dari 2.163 orang dewasa, 123 orang diantaranya ibu hamil, 93 anak-anak, dan 96 bayi. Para TKI tersebut dipulangkan karena melebihi masa tinggal (overstay) di Arab Saudi. Tempo/Tony Hartawan

Jenazah TKI asal Subang Tiba di Rumah Duka


TINJAU SUBANG- Jenazah Rosita (34), TKI asal Subang yang sempat bekerja di Malaysia, kemudian terdampar di pelabuhan Dwikora di Pontianak, tiba di Subang pada Minggu (27/10) dini hari sekitar pukul 04.00 di rumah ayahnya, Ujang Endang Setiawan di Kampung Dampit Desa Cijambe Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang. Hingga jenazahnya dimakamkan, tidak ada tangisan mengantarkan Rosita ke liang lahat. "Anak itu sebenarnya sudah dianggap hilang karena selama tiga tahun saya cari-cari tidak ketemu. Kemudian pekan lalu Dinsos Subang mengabari anak saya di Pontianak setelah terdampar di Pelabuhan Dwikora kemudian dirawat di RS disana," kata pria yang akrab disapa Endang seperti dikutip TRIBUN Selama tiga tahun tersebut, Endang mengaku tidak mengetahui bahwa anaknya tersebut bekerja di Malaysia. "Justru saya sendiri tidak tahu kenapa dia bisa di Malaysia, siapa yang memberangkatkan dan kapan berangkatnya, saya enggak tahu," kata Endang yang sudah bercerai dengan Eet ini. Kabar kematian anaknya itu, masih diliputi tanda tanya. Tidak hanya mengenai siapa dan kapan Rosita berangkat ke Malaysia, mengenai penyebab kematiannya sendiri, Endang mengaku tidak tahu.

Menjadi Korban Penipuan, Seorang TKI Depresi


Tanjung Pinang, Kepulauan Riau (tvOne)
Seorang TKI ilegal dari Malaysia mengalami depresi berat akibat menjadi korban penipuan oleh agen penyalur tenaga kerja. Dalam sebulan terakhir sebanyak 700 Tenaga Kerja Indonesia bermasalah dideportasi dari Malaysia melalui Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.

Pakar: PJTKI Harus Bertanggung Jawab TKI Terlantar

Medan (Antara) - Permasalahan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri bukan hanya tanggung jawab Pemerintah Indonesia, tetapi juga Perusahaan Jasa Tenaga Kerja (PJTKI) yang mempunyai perwakilan di negara asing.
"PJTKI selaku yang mengurus para TKI tersebut, harus mempunyai kepedulian yang cukup tinggi terhadap warga Indonesia yang bekerja di luar negeri," kata Pakar Hukum Universitas Sumatera Utara, Prof Dr Runtung Sitepu,SH, di Medan, Minggu.
Sebab, jelasnya, PJTKI tersebut bertugas merekrut dan menempatkan TKI di berbagai negara di dunia, dan merekalah yang lebih mengetahui keadaan para pekerja, kapan berakhir kontrak kerja dan selama berapa lama tinggal di luar negeri.
"Jadi, bukan pemerintah yang mengetahui permasalahan TKI di luar negeri," kata Runtung.
Namun kenyataannya, menurut dia, kalau ada TKI yang diusir majikan, terlantar dan habis massa berlaku izin tinggal atau "over stay" di luar negeri dan seolah-olah Pemerintah Indonesia yang disalahkan.
"Ini jelas tidak adil diperlakukan terhadap Pemerintah atau Kedutaan Besar yang berada di luar negeri tersebut," ujarnya.
Oleh karena itu, katanya, para PJTKI yang dipercaya pemerintah untuk mengirimkan para TKI ke berbagai negara harus lebih peka memperhatikan nasib pekerja tersebut.
"Para PJTKI jangan tahunya hanya mencari untung dari TKI, dan ketika ada permasalahan mereka buang badan dan tidak mau bertanggung jawab. Ini kan aneh yang dilakukan PJTKI tersebut," kata Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).
Hal ini yang dialami ribuan nasib TKI yang terlantar dan tidak bisa pulang dari Arab Saudi, karena diusir majikan dan kontrak kerja di negara tersebut sudah habis.
Sementara itu, mereka para TKI itu banyak yang terlunta-lunta dan tidak mempunyai tempat tingal di Arab Saudi, sehingga permasalahan tersebut menjadi beban Pemerintah atau Kedubes RI.
Semestinya, mengenai permasalahan TKI di Arab Saud itu merupakan kewenangan PJTKI yang mengatur kontrak kerja hingga berakhirnya tugas di negara tersebut.
"Jadi, permasalahan para TKI tidak lagi diurus Kedubes RI, melainkan tugas PJTKI tersebut," kata Dekan Fakultas Hukum USU.
Pemerintah maupun Kedubes RI di Arab Saudi juga memperhatikan TKI yang over stay dengan memulangkan mereka menggunakan pesawat angkutan haji.
Namun, tidak seluruhnya niat baik yang dilakukan pemerintah untuk mengembalikan para TKI itu direspon, dan bahkan hanya beberapa ratus orang yang mematuhinya. Selebihnya para TKI yang habis izin tinggalnya banyak yang bertahan di Arab Saudi.
"Pemerintah Indonesia sudah bekerja keras untuk memulangkan para TKI yang habis kontrak kerjanya di Arab Saudi," kata Runtung.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) berupaya memulangkan ribuan TKI overstayer dari Arab Saudi menggunakan pesawat haji.
Namun dari 7.100 kursi yang disediakan hanya 715 orang saja yang mengambil kesempatan dipulangkan.
Hal ini memang sangat disayangkan dari 7.100 kursi hanya 715 kursi yang dimanfaatkan, dan sekitar 10 persen.(rr)

Arab Miskin Jadi Santapan Ikan Indonesia


Judul di atas saya baca di versi
online Al Sharq Al Awsat, surat
kabar Arab Saudi yang terbit dari
London edisi 5 Oktober 2013.
Membaca tulisan dengan judul
asli Al Fuqara Walimatun Li-
asmak Indonesiya tersebut
perasaan saya bercampur aduk,
antara kaget, sedih, terenyuh,
dan juga penasaran. Pertanyaan
iseng pun muncul, adakah ikan-
ikan di Indonesia serakus itu?
Lalu, mengapa harus orang
miskin? Bukankah orang miskin
kurus-kurus? Mengapa bukan
orang kaya yang dagingnya
barangkali lebih lezat karena
bisa makan yang enak-enak dan
secara rutin pula? Lalu,
bagaimana ceritanya orang-
orang miskin Arab bisa menjadi
santapan lezat bagi ikan-ikan di
Indonesia?
Ya, tulisan itu memang berkisah
tentang nasib orang-orang
miskin. Tepatnya, orang-orang
miskin Arab penghuni kawasan
Timur Tengah yang dikenal kaya
raya. Mereka adalah korban
perang saudara di Lebanon.
Mereka kini menghuni kawasan
miskin di selatan negara itu,
antara Tripoli hingga perbatasan
Suriah. Mereka adalah orang-
orang miskin di Mesir yang putus
asa melihat negaranya tak
kunjung membaik. Kudeta militer
dan rentatan perebutan
kekuasaan telah menyebabkan
ekonomi ambruk, angka
pengangguran dan kemiskinan
meningkat.
Mereka adalah orang-orang
miskin Irak korban invasi AS dan
sekutunya. Juga, korban konflik
berkepanjangan antargolongan,
suku, dan kelompok agama.
Hampir tiap hari orang-orang
miskin Irak itu kini dihantui
serangan bom bunuh diri.
Mereka adalah orang-orang
miskin Suriah yang menjadi
korban konflik rezim Presiden
Bashar Assad dengan kelompokk
oposisi. Mereka kini ada yang
tinggal di tenda-tenda
pengungsian di Lebanon, Turki,
Yordania, Mesir, dan Irak.
Mereka adalah orang-orang
miskin Suriah yang kehabisan
bahan makanan sehari-hari,
hingga sejumlah ulama setempat
menghalalkan makan daging
kucing dan anjing. Mereka
adalah orang-orang miskin di
Yaman, Tunisia, Maroko, Aljazair,
dan sejumlah negara Arab lain.
Pendek kata, mereka adalah
orang-orang miskin yang tak
mempunyai harapan hidup lebih
baik di negaranya sendiri. Dan,
ketika keputusasaan sudah
mencapai tingkat akut, hijrah ke
luar negeri, terutama negara-
negara maju, adalah harapan.
Harapan untuk mendapatkan
kehidupan yang lebih baik,
meskipun di negara orang dan
apa pun risikonya.
Ironisnya, menurut Sawsan Al
Abtah, kolumnis perempuan asal
Lebanon yang menulis kolom
dengan judul di atas, di tengah
kesusahan orang-orang miskin
Arab itu ada saja orang-orang
atau kelompok yang ingin
mengambil keuntungan. Mereka
membentuk jaringan mafia yang
menawarkan jasa bisa
menghijrahkan
(menyelundupkan) orang-orang
miskin itu ke luar negeri. Dan,
negara tujuan yang menjadi
favorit adalah Australia. Tentu
saja, dengan imbalan lembaran
dolar yang tak sedikit.
Berbagai kasus buruk yang
menimpa para imigran Timur
Tengah yang kapalnya sering
tenggelam di perairan Indonesia
adalah salah satu dari “hasil
karya” para mafia itu. Mafia ini
mempunyai jaringan
internasional, termasuk di
Indonesia. Yang terakhir adalah
kapal pengangkut imigran yang
tenggelam di Perairan Cianjur,
Jawa Barat, pada 27 September.
Dari seluruh 80 penumpang
imigran, yang dikabarkan
selamat hanya 23 orang. Sisanya,
meninggal dunia atau hilang.
Sawsan Al Abtah
menggambarkan, para imigran
yang meninggal di laut menjadi
santapan lezat ikan-ikan
Indonesia. Namun begitu,
katanya, mungkin mereka lebih
beruntung bisa segera
mengakhiri segala kesengsaraan
dan kesulitan hidup. Semoga
Allah mengampuni segala dosa
mereka (Allah yarhamhum).
Sementara itu, mereka yang
hidup masih harus menanggung
derita berkepanjangan yang
mungkin tidak lagi
tertanggungkan. Mereka sudah
tidak punya apa pun, termasuk
identitas pribadi, kecuali badan
dan napas nyawanya. Di
Indonesia, mereka tidak
dikehendaki. Di Australia yang
menjadi negara tujuan pun
ditolak. Di negara asal, mereka
sering disebut sebagai
pengkhianat.
Kasus tenggelamanya kapal
imigran gelap di Cianjur tentu
bukan yang pertama dan
terakhir. Selama negara-negara
Arab masih berkonflik dan
berebut kekuasaan, gelombang
imigran gelap dari Timur Tengah
akan tetap berlangsung. Tapi,
yang lebih ironis, lanjut Al Abtah,
pemerintah negara asal imigran
sepertinya tidak perduli kepada
mereka. Para imigran itu
tampaknya sudah dianggap
bukan warganya. Mereka sudah
seperti warga negara antah
berantah.
Yang lebih menyedihkan, media
di Arab pun kurang tertarik
memberitakan tragedi
kemanusiaan yang menimpa
para imigran gelap ini. Kalaupun
ada berita tentang mereka, itu
hanya sesekali dan hanya
sebagai berita pinggiran. Mereka
tampaknya lebih suka
memberitakan hal-hal yang
“terang” yang bisa menjadi
kebanggaan. Sedangkan, para
imigran hanya dianggap menjadi
sisi gelap bangsa.
Hal-hal yang terang itu,
misalnya, memberitakan tentang
Burj Khalifa, menara tertinggi di
dunia yang pernah dibuat
manusia. Menara yang juga
berfungsi sebagai hotel itu
berdiri kokoh di Dubai, Uni
Emirat Arab. Atau, berita tentang
klub sepak bola elite di Eropa,
Manchester City dan Paris St-
Germain (PSG), yang dimiliki dua
warga Uni Emirat Arab.
Manchester City dimiliki oleh
Syekh Mansour bin Zayed Al
Nahyan dan PSG dimodali oleh
Syekh Nasser Al Khelaifi.
Atau, juga berita tentang
Pangeran Al Walid bin Talal bin
Abdul Aziz. Pengusaha yang juga
keponakan Raja Abdullah bin
Abdul Aziz ini pernah marah
kepada majalah Forbes lantaran
tidak dimasukkan sebagai 10
orang terkaya di dunia. Ia juga
merencanakan membangun
Menara Kingdom di Jeddah yang
tingginya akan mengalahkan
Menara Burj Khalifa. Atau, berita
penyelenggaraan balapan
Formula 1 yang diselenggarakan
di Sirkuit Internasional Bahrain.
Ataupun, berita soal kemegahan
peringatan hari penobatan para
raja penguasa negara-negara
Arab.
Itulah sisi gelap dan sisi terang
bangsa Arab. Sisi kemegahan
dan sisi kesengsaraan.
Kesengsaraan yang sering kali
justru tercipta akibat perebutan
kemegahan dan kekuasaan
Red: M Irwan Ariefyanto

By
www.republika.co.id/berita/kolom/resonansi/13/10/27/mvc24i-arab-miskin-jadi-santapan-ikan-indonesia

10 Ledakan Sehari Tewaskan 65 Orang di Baghdad


BAGHDAD- Sepuluh ledakan di Baghdad, Irak, menewaskan sedikitnya 41 orang, Minggu (27/10/2013). Serangan di provinsi lain di Irakmenewaskan setidaknya 24 orang.
Rangkaian ledakan ini memperpanjang gelombang kekerasan yang pada bulan ini saja sudah menewaskan lebih dari 650 orang. Sepanjang 2013, setidaknya sudah 5.350 orang tewas dalam konflik berkepanjangan di Iraksejak Perang Teluk.
Dalam 10 ledakan di sekitar Baghdad, otoritas setempat juga mengatakan setidaknya 110 orang terluka. Salah satu lokasi ledakan terparah adalah Shaab di Baghdad utara, dengan dua bom mobil meledak di kawasan komersial.
Di Shaab, 8 orang tewas dan setidaknya 18 orang terluka. Sementara lokasi ledakan lain di sekitar Baghdad adalah Bayaa, Baladiyat, Mashtal, Hurriyah, dan Dura, serta Saba al- Bur, Nahrawan, dan Tarmiyah di dekat ibu kota.
Ledakan di Mashtal terjadi di stasiun bus, sedangkan bom di Bayaa, Dura, Saba al-Bur, dan Tarmiyah meledak di kompleks pertokoan. Di selatan Baghdad, tiga serangan mortir menghantam permukiman di Jaara, menewaskan sedikitnya 3 orang dan melukai 8 orang lainnya.
Studi yang dirilis bulan ini oleh para akademisi berbasis di Amerika Serikat, Kanada, dan Irak, menyebutkan hampir setengah juta orang tewas di Irak, sejak invasi pimpinan Amerika pada 2003. Pemerintahan Iraksaat ini juga menghadapi kegagalan penyediaan layanan dasar, seperti listrik dan air bersih, selain masalah keamanan.
By www.tribunnews.com/internasional/2013/10/28/10-ledakan-sehari-tewaskan-65-orang-di-baghdad

Wisatawan Tangkubanparahu Wajib Waspada


Dua orang pekerja yang sudah memasang CCTV melintas di antara warung-warung yang tutup dan sudah ditinggalkan pemiliknya di Taman Wisata Alam Kawah Gunung Tangkuban Parahu, Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (5/9/2012) sore. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Barat telah melarang mengunjungi kawah gunung tersebut dalam radius 1,5 kilometer setelah statusnya meningkat menjadi Waspada Level II karena kawah terus mengeluarkan gas CO2. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG- Meski statusnya sudah kembali normal, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) tetap meminta para wisatawan yang datang ke kawasan wisata Gunung Tangkubanparahu untuk tetap berhati-hati. Setiap pengunjung tidak diperkenankan turun ke areal Kawah Ratu.
PVMBG kembali menurunkan status Gunung Tangkubanparahu yang terletak di Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), dari waspada atau level 2 menjadi normal, terhitung sejak Minggu (27/10/2013) pukul 15.00 WIB,.
Ketua Tim Tanggap Darurat dari PVMBG, Umar Rosadi, mengatakan penurunan status ini didasarkan pada hasil pengamatan tim PVMBG dengan melihat berbagai aspek serta aktivitas vulkanik Gunung Tangkubanparahu terutama kadar gas, aktivitas kegempaan, deformasi serta asap yang keluar dari Kawah Ratu. Seluruh aktivitas vulkanik cenderung menurun.(zam)
By www.tribunnews.com/regional/2013/10/28/wisatawan-tangkubanparahu-wajib-waspada

Alhamdulillah, Islam Diakui di Hamburg Jerman


Jerman memiliki populasi muslim
terbesar di Eropa setelah negara
Prancis. Lebih dari 4 juta
muslimin tinggal di negara
republik federasi tersebut. Angka
tersebut mengambil presentase
sekitar lima persen dari total
penduduk 82 juta jiwa. Minoritas,
namun Islam agama terbesar
ketiga setelah dua agama Eropa,
Protestan dan Katholik.
Menurut laman Euro islam,
komposisi muslim di Jerman
didominasi oleh para imigran.
Hampir 80 persen muslimin di
negeri Panser itu tak memiliki
kewarganegaraan Jerman. Hanya
sekitar 608 ribu yang tercatat
sebagai warga negara Jerman,
ditambah sekitar 100 ribu para
mualaf warga Jerman.
Awal mula Islam datang memang
berasal dari para buruh migran.
Mereka yang sebagian besar
datang dari Turki bekerja sekian
lama di Jerman. Namun saat
pekerjaan usai, setengah dari
mereka tinggal bahkan
membawa anak dan istri. Mereka
pun kemudian menetap di
kawasan industri seperti Berlin,
Cologne, Frankfurt, Stuttgart,
Dortmund, Essen, Duisburg,
Munich, Nurnberg, Darmstadt
dan Goppingen, dan Hamburg.
Dari sekian banyak kota
komunitas muslim awal tersebut,
Hamburg-lah yang paling
terdepan dalam toleransi
beragama. Kota terbesar kedua
Jerman tersebut bahkan pada
tahun lalu telah mengakui Islam
sebagai agama dan memberikan
hak bagi muslimin sebagai
penganut agama. Islam memiliki
tempat sebagaimana agama lain
di salah satu kota paling makmur
di Eropa tersebut.
Jumlah muslimin di kota
Hanburg mencapai sekitar 120
ribu jiwa. Namun menurut
Gatestone Institute, jumlah
muslimin Hanburg mencapai 200
ribu jiwa. Mereka hidup tenang
dan nyaman di bekas kota
imperial Kekaisaran Romawi
tersebut. Tak ada larangan
umum penggunaan jilbab kecuali
bagi guru, penjagalan hewan
halal pun diizinkan dengan
beberapa prasyarat. Dalam hal
ibadah, mereka pun memiliki
beberapa masjid yang layak.
Terdapat pula sebuah Islamic
Center Hanburg yang menjadi
salah satu masjid syiah tertua di
Eropa. The Islamic Centre
Hamburg (Jerman : Islamisches
Zentrum Hamburg) berdiri di
akhir 1950-an dan hingga kini
menjadi salah satu pusat Syiah di
dunia Barat .
Kendati dapat hidup nyaman,
muslimin Hanburg tak banyak
mendapat hak seperti penganut
agama lain. Mereka selalu
menjadi minoritas dengan isu
islamophobia yang merambah di
Barat. Tak sedikit konflik yang
bermunculan antara masyarakat
umum dan komunitas muslim.
Kondisi muslim Hanburg tersebut
pun mulai berubah ketika
pemerintah setempat
memberikan pengakuan atas
Islam.
Tahun lalu, tepatmya pada
tanggal 13 November, terjalin
kesepakatan bersejarah bagi
muslimin Hanburg, bahkan
muslimin Jerman secara umum.
Walikota Hanburg, Olaf Scholz
menandatangani kesepakatan
dengan para pemimpin dari tiga
organisasi Muslim Hanburg,
yakni Uni Islam Turki DITIB
( DITIB ), Dewan Komunitas
Islam ( Syura ) dan Federasi
Pusat Budaya Islam ( VIKZ ).
Organisasi tersebut telah
mewakili sekitar 90 persen
Muslim Hamburg.
Bukan sekedar mengakui tiga
ormas Islam, pemerintah kota
juga mendeklarasikan
pengakuan Islam sebagai sebuah
agama. Artinya, muslimin
mendapat hak-hak lebih dari
pemerintah. Menurut Islam
Today, perjanjian tersebut
menjamin hak untuk memeluk
dan mempraktekkan Islam,
melindungi properti komunitas
Muslim, persetujuan
pembangunan masjid dengan
menara dan kubah , peruntukan
lahan untuk pemakaman
Muslim, penyediaan makanan
halal di penjara dan rumah sakit,
pengakuan hari libur Muslim,
perwakilan Muslim di lembaga-
lembaga negara dan beberapa
hak-hak lainnya.
Tak hanya itu, menurut
Gatestone Institute, pengakuan
ttersebut juga memberikan
tempat bagi kurikulum
pengajaran Islam di sekolah
umum. Muslim Hamburg juga
berhak mendapat libur di tiga
hari besar muslim, yakni Idul
Fitri, Idul Adha dan Hari Asyura.
Kesepakatan tersebut juga
mencakup ketentuan yang lebih
ramah bagi pembangunan masjid
dan sarana muslimin lain.
Pemerintah Hanburg bahkan
memasukkan siaran muslim
bersama siaran Protestan dan
Katolik di radio dan televise baik
milik publik maupun swasta.
Muslim juga berhak mendapat
penyiaran publik dan federal
Saluran TV ZDF Jerman. Intinya,
seluruh hak dasar dan
kesetaraan diberikan pemerintah
Hanburg bagi muslimin.
Menurut WalikotaHanburg, Olaf
Scholz, kesepakatan dengan
muslimin tersebut merupakan
sebuah tonggak baru untuk
integrasi. Ia ingin membangun
masyarakat yang kuat dan
memberikan hak bagi setiap
warganya. “Dengan
ditandatanganinya perjanjian ini,
kita memperkuat dasar
masyarakat kota kita, bahwa kita
semua adalah warga Hamburg,”
ujarnya yang bukan lain
merupakan mantan menteri
perburuhan federal Jerman dari
partai Sosial Demokrat.
Ketua Uni Islam Turki DITIB
Hamburg, Zekeriya Altug
menyebut kesepakatan tersebut
sebagai "hari bersejarah" bagi
muslim Hamburg dan Jerman.
Muslimin sangat menyambut
gembira dengan adanya
kesepakatan tersebut. “Hamburg
hari ini menjadi preseden bagi
masa depan negara kita. Banyak
pegawai Muslim tidak berani
meminta hari libur pada hari
raya karena takut terlihat buruk.
Namun sekarang mereka
mampu berkata, "Ini liburan
saya, dan ini diatur oleh hokum”.
Tentu saja ini membuat
perubahan besar,” ujarnya.
Menuju Pengakuan Nasional
Pengakuan Islam di Kota
Hamburg rupanya tak hanya
mencetak sejarah muslim di kota
saja, namun juga muslim Jerman.
Pasca Hamburg, beberapa
wilayah Jerman lain satu per satu
melakukan hal sama. Mereka
menjalin kesepakatan dengan
muslimin dan mengakui Islam
sebagai agama.
Beberapa pekan setelah
Hamburg, Pemerintah provinsi
Bremen juga melakukan hal
sama. Lalu di tahun 2013, Islam
juga diakui di kawasan Lower
Saxony. Melihat hal tersebut,
para politikus sosialis pun
mengatakan keinginan agar
Islam dapat diakui di tingkat
nasional Jerman. "Ini akan
menjadi sinyal penting untuk
empat juta Muslim di Jerman, jika
negara mengakui Islam sebagai
sebuah komunitas agama. Islam
perlu kesempatan yang adil di
Jerman,” ujar seorang politikus
sosialis Jerman, Dieter
Wiefelspütz dalam sebuah
wawancara dengan surat kabar
Neue Osnabrücker.
Red: Heri Ruslan

Sunday, October 27, 2013

Keluhan Jamaah Haji Indonesia Soal Air Zamzam


PALU -- Jamaah haji asal Sulawesi Tengah meminta kepada pengelola asrama haji agar lebih memperketat penjagaan barang jamaah karena sebagian barang bawaan mereka hilang.
"Khususnya air zam-zam. Ada beberapa jamaah air zam-zamnya hilang, saya tidak tahu persis apakah mereka yang salah simpan atau diambil orang lain yang mengaku keluarga jamaah karena banyak sekali orang yang datang mengambil barang," kata Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sigi Moh Junaedi di Palu, Ahad (27/10).
Dia mengatakan keluhan itu disampaikan jamaah haji yang berada dalam bimbingannya di kelompok terbang 03. Junaedi mengungkapkan jamaah haji meminta petugas di asrama haji memperketat lagi pengawasan barang haji karena sejumlah jamaah mengeluh kehilangan air zam-zam.
Diduga barang bawaan tersebut hilang di asrama haji transit Palu. "Mungkin saja ada yang datang mengaku keluarga jamaah lalu mengambil barang itu atau bisa juga karena jamaah yang lupa dimana barang itu dititip," katanya.
Junaedi mengatakan saat ini seluruh barang jamaah haji kelompok terbang 03 sudah berada di tangan masing-masing jamaah.
Kelompok terbang 03 tiba di Palu pada Jumat (25/10) pagi dalam dua kali penerbangan dari embarkasi Balikpapan. Jumlah jamaah haji dalam kelompok terbang ini sebanyak 355 orang, terdiri atas jamaah haji asal Kabupaten Parigi Mourong, Tojo Unana, Morowali, Parigi Moutong, sebagian Kota Palu dan Kabupaten Sigi sebanyak 107 orang.
Seluruh jamaah haji asal Sulawesi Tengah sudah tiba di tanah air dengan empat kelompok penerbangan. Kelompok terbang 04 tiba di Palu, Minggu dalam dua kali penerbangan dari embarkasi Balikpapan.
Red:Citra Listya Rini
Sumber:Antara

KPU Imbau TKI Ilegal Mendaftar ke PPLN


JAKARTA- Komisi Pemilihan Umum(KPU) mengimbau Warga Negara Indonesia (WNI), khusus TKI ilegal agar mendaftar kepada Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN). Hal itu bertujuan agar penyusunan Daftar Pemilih Tetap (DPT) bisa dimaksimalkan validitasnya.
Hadar Navis Gumay, anggota KPU, mengatakan meskipun TKI tersebut ilegal, KPU tidak akan mempermasalahkan karena tujuannya untuk mendata pemilih dan tidak ada hubungannya untuk dideportasi.
"Jangan ragu TKI ilegal mendaftar. Ini tidak terkait dengan itu. Pendekatan kita bukan untuk menjaring orang ilegal untuk dideportasi. Tapi untuk menggunakan hak pilihnya," ujar Hadar, Minggu (27/10/2013).
Hadar pun berjanji tidak akan membocorkan status legal atau ilegal karena itu bukan kewenangan KPU. Hadar menambahkan, KPU akan mengumumkan DPT Pemilu 2014 pada 4 November mendatang.
Sebelumnya, Migrant Care mengatakan sebanyak 6,5 juta WNI berada di luar negeri dan 60 persen warga Indonesia belum didata. Sementara menurut KPU, Daftar Pemilih Tetap Luar Negeri (DPTLN) adalah sebanyak 2.003.278 pemilih.
By www.tribunnews.com/nasional/2013/10/27/kpu-imbau-tki-ilegal-mendaftar-ke-ppln

Data BNP2TKI Diharapkan Permudah Pengurusan Dokumen Amnesti

Semarang (Antara) - Data dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia diharapkan mempermudah sukarelawan membantu TKI "overstayers" dalam pengurusan dokumen amnesti agar mereka bisa pulang ke Tanah Air atau bekerja secara sah di Arab Saudi.
"Kami berharap data yang memuat nama dan nomor paspor TKI yang melanggar izin tinggal (overstayers) itu mempermudah Tim Pemantau Amnesti Arab Saudi ketika melakukan pendampingan terhadap mereka yang akan mengurus surat perjalanan laksana paspor (SPLP)," kata anggota Komisi III (Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia) DPR RI Eva Kusuma Sundari kepada Antara di Semarang, Jumat pagi.
Sebelumnya, sukarelawan yang tergabung dalam Tim Pemantau Amnesti Arab Saudi meminta bantuan Fraksi PDI Perjuangan DPR RI untuk memintakan data nomor paspor ke Ditjen Imigrasi Kemenkumham RI dan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) guna persyaratan pengurusan amnesti bagi puluhan ribu TKI "overstayers".
Dokumen yang diterima oleh Eva dari Ditjen Imigrasi Kemenkumham RI dan BNP2TKI itu kemudian diserahkan kepada Ninik Andrianie, inisiator pembentukan Tim Pemantau Amnesti Arab Saudi, melalui surat elektronik (surel).
Berdasarkan database Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) dan database Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja (Binapenta), dalam kurun waktu 2008--2010, kurang lebih satu juta data yang dialihmediakan.
Namun, kata Eva, berdasarkan penjelasan dari BNP2TKI, hampir 50 persen di antaranya tidak ada copy dokumen paspor atau data nomor paspor. Misalnya, hanya Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), surat izin suami, atau perjanjian penempatan yang pengisiannya tidak lengkap.
TKI yang bersangkutan ada kemungkinan menggunakan nama yang berbeda sewaktu masuk ke Arab Saudi, terutama yang nonprosedural, misalnya, melalui mekanisme umrah atau masuk melalui negara teluk lainnya.
"Jika berdasarkan data dari tim sukarelawan, sebenarnya para TKI `overstayers` yang butuh dipulangkan jumlahnya seperti gunung es, yang tidak kelihatan atau diidentifikasi banyak sekali," kata Eva yang juga calon anggota DPR RI periode 2014--2019 dari Daerah Pemilihan Jawa Timur VI.
Mencari Nomor Paspor
Sementara itu, Ninik Andrianie mengatakan bahwa dirinya telah mengirim data berisi 150 nama TKI "overstayers" ke Ditjen Imigrasi melalui Eva K. Sundari untuk mengetahui nomor paspor mereka.
Namun, lanjut dia, di antara ratusan TKI "overstayers" itu hanya terdapat 84 nama plus nomor paspor, sedangkan paspor yang dikeluarkan dalam kurun waktu 1998--2003 tidak ditemukan.
Pihaknya juga mengirimkan 300 nama TKI "overstayers" ke BNP2TKI via Eva untuk keperluan yang sama. Akan tetapi, hanya ditemukan 37 nomor paspor.
"Padahal, data yang belum kami olah atau masih dalam inbox ada ratusan nama lagi. TKI yang pergi ke Saudi pada tahun 1998--2003 sangat susah ditemukan," katanya.
Ninik sebagai pendamping pencarian data sangat kesulitan setelah tidak bisa mengakses situs Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri (SISKOTKLN) Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Di dalam SISKOTKLN, kata dia, tersimpan data nomor paspor dalam kurun waktu 2000--2007. Namun, sejak sepekan lalu situs tersebut tidak bisa dibuka sama sekali sehingga timnya tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
"Meskipun situs itu tidak lengkap, tim saya yang terdiri atas delapan sukarelawan bisa akses masuk dan membantu ribuan TKI menemukan nomor paspor," katanya.
Menyinggung sinyalemen mereka masuk ke Arab Saudi dengan nama yang berbeda, Ninik mengatakan bahwa TKI yang berangkat ke Saudi rata-rata tidak tahu namanya sendiri yang tertulis dalam paspornya sehingga timnya mengotak-atik nama TKI tersebut hingga bisa menemukannya. Misalnya, Atikah binti Emen, sementara dalam paspor tercatat Atika binti Emen.
"Itulah rumitnya mencari nomor paspor. Oleh karena itu, seyogianya Imigrasi menyimpan semua data TKI sehingga mempermudah TKI `overstayers` ketika membutuhkan nomor paspor dalam pengurusan amnesti seperti sekarang ini," katanya.(rr)
By www.id.berita.yahoo.com/data-bnp2tki-diharapkan-permudah-pengurusan-dokumen-amnesti-072952109.html

Pria Ini Kencan dengan Teman Chatting yang Ternyata Istri dari Anaknya !



CHINA- Seorang pria asal China membuat janjian "kopi darat" di hotel dengan seorang wanita yang ia kenal melalui internet.
Ketika keduanya bertemu, pria tersebut bukan main terkejut karena ternyata wanita itu adalah istri dari anaknya.
Ya, keduanya memang "kencan buta", mereka juga sama-sama berbohong menyembunyikan identitasnya masing-masing. Mulai dari nama, foto hingga berbagai macam kebohongan lainnya mengenai kehidupan mereka.
Sebagaimana dilansir Dailymail, Wang (57) nama pria itu, menyusun sebuah rencana "kopi darat" dengan Lili, wanita yang ia kenal lewat internet. Keduanya janjian di sebuah hotel di Kota Muling, Provinsi Heilongjiang, China.
Tanpa diduga, Suami Lili, Da Jun ternyata mengetahui gelagat jahat istrinya itu. Ia pun lantas mengikuti secara diam-diam, kemana istrinya itu pergi. Betapa terkejutnya dia, ternyata di tempat yang ia ketahui sebagai lokasi janjian istrinya itu, Da Jun justru menemukan ayahnya yang tengah berkencan dengan istrinya!
Saking kalapnya, Da Jun lantas menghajar selingkuhan istrinya (ayahnya). Tak puas, ia juga menghajar istrinya hingga tiga gigi depan istrinya patah.
"Bagaimana mungkin orang yang berkencan denganku adalah istri dari anakku?" heran Wang Kepada ChinaSMACK.
Adapun Wang yang menggunakan username "Good at Understanding Others" ini, merupakan pria yang sudah masa pensiun dan mulai hobi chatting sejak dua tahun terakhir. Sementara Lili adalah seorang ibu rumah tangga.
Sedangkan Da Jun, merupakan seorang pengemudi truk kargo yang banyak menghabiskan waktunya di jalan. Adapun Lili sendiri di internet menggunakan username "Lonely Flowers and Plants".
Kejadian bermula ketika keduanya bertemu di sebuah kanal chatting. Kemudian keduanya memutuskan untuk saling berkirim foto masing-masing. Lili mengirimkan foto milik temannya, sementara Wang mengirimkan foto temannya juga.
Wang juga mengaku bahwa dirinya merupakan seorang direktur sebuah perusahaan. Ia mengaku sebagai duda yang ditinggal mati istrinya dua tahun yang lalu.
Sementara Lili mengaku sebagai istri dari seorang pria yang tengah menjalani hukuman penjara selama lima tahun. Saat itu, Lili mengaku bahwa dirinya hanya tinggal bersama dengan seorang anaknya di rumah. Merasa nyaman, keduanya lantas memutuskan kopi darat di hotel.
Suatu hari, Da Jun mengetahui "jejak" chatting online istrinya itu. Kemudian menyusun rencana untuk mengikuti kemana istrinya pergi. Pertama, ia menelepon istrinya itu, dan mengatakan bahwa dirinya masih bekerja dan tidak akan pulang dalam waktu dekat.
Terbukti rencana itu ternyata berhasil, hingga akhirnya ia memergoki istrinya di Hotel.
Ketika dikonfrontir, Lili mengaku bahwa dirinya saat itu juga terkejut bahwa pria itu ternyata adalah mertuanya. Ia juga berniat untuk langsung meninggalkannya. Sementara Da Jun, marah bukan kepalang dengan mengumbar kata-kata kasar serta menganiaya kedua pasangan tersebut.
Petugas hotel yang mengatahui adanya keributan, kemudian memanggil polisi. Wang dan Lili diperiksa polisi, sementara Da Jun ditahan selama lima hari atas penganiayaan yang ia lakukan.

By www.tribunnews.com/internasional/2013/10/27/pria-ini-kencan-dengan-teman-chatting-yang-ternyata-istri-dari-anaknya

Pembegal yang Kerap Memerkosa Korbannya di Lampung Ditembak Mati



LAMPUNG- Masyarakat Kabupaten Tulangbawang, Provinsi Lampung, kini bisa bernafas lega karena tak lagi mengkhawatirkan teror dari pembegal sadis yang kerap memerkosa korbannya, Joni Saputra.
Pasalnya, petugas Polsek Menggala, Tulangbawang, menembak mati tersangka pembegalan disertai pemerkosaan tersebut, pada Sabtu (26/10/2013). Joni tewas setelah tertembus peluru aparat di bagian dadanya.
Kabid Humas Polda LampungAjun Komisaris Besar Sulistyaningsih mengatakan, aparat terpaksa mengambil tindakan tegas karena Joni melakukan perlawanan.
Ia mengatakan, Joni sempat menodongkan senjata api jenis revolver ke arah petugas. Beruntung, lanjut Sulis, senjata api itu macet sehingga tidak bisa ditembakkan.
"Tersangka Joni hendak menembaki petugas dan membuang gas air mata saat akan ditangkap," tuturnya, Sabtu.
Sementara Kapolres Tulangbawang Ajun Komisaris Besar Agoes Shojadi mengatakan, pada jam 11.00 wib Sabtu siang tim gabungan Polres Tuba mengadakan peryergapan terhadap pelaku.
Warga Gunung Batin itu, disergap di lingkungan kibang jalan lima atas laporan warga setempat.
"Pelaku merupakan target oprasi yang lama. Bahkan, pelaku pernah melakukan pembegalan dan curamor di km 8 PT SIL beberapa waktu lalu, " tuturnya.
By www.tribunnews.com/regional/2013/10/27/pembegal-yang-kerap-memerkosa-korbannya-di-lampung-ditembak-mati

Kakek 53 Tahun di Gowa Tewas Tersambar Petir saat Mengembala Sapi


MAKASSAR- Satu warga Desa Bontolangkasa, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, tewas mengenaskan setelah tersambar petir.
Korban tewas tersebut bernama Daeng Bali (53). Selain itu, dua warga lain yang juga tersambar petir, masih dalam perawatan intensif karena mengalami luka bakar.
"Peristiwa itu terjadi pada Jumat (25/10/2013) sekitar pukul 14.00 wib. Daeng Bali tewas, dan dua lainnya, yakni Daeng Lallo dan Daeng Bundu masih mendapat pengobatan intensif di Rumah Sakit Pajonga," kata Humas Polres GowaAjun Komisaris Andry Lilikay, Sabtu (26/10/2013).
Sebelum tersambar petir, kata dia, ketiganya tengah mengembalikan sapi di area persawahan. Tiba-tiba, turun hujan deras disertai petir yang langsung menyambar mereka
Meski warga setempat berusaha menolog korban, Daeng Bali yang sudah beranjak renta tak mampu diselamatkan.
By www.tribunnews.com/regional/2013/10/27/kakek-53-tahun-di-gowa-tewas-tersambar-petir-saat-mengembala-sapi

Tiga Pembobol ATM di Banjarmasin Ditembak Polisi



BANJARMASIN- Polisi terpaksa menembak tiga pelaku pencuri uang di dalam anjungan tunai mandiri (ATM) di Kota Banjarmasin.
Tim Satuan Reserse Kriminal Polresta Banjarmasin, terpaksa harus menembak karena mereka melawan dan hendak melarikan diri saat digerebek. Akibat tembakan itu, masing-masing kaki pelaku bersarang timah panas.
Ketiga pelaku tersebut ialah Muhammad Rendy (31) warga Pekauman gang Nusa Indah BanjarmasinSelatan. Sedangkan untuk Mardianto (36) dan Lalu Suef (43), merupakan warga Pontianak.
Bukan itu saja, selain berhasil menangkap ketiga pelaku, polisi juga mengamankan puluhan kartu ATM dan uang tunai sekitar Rp 44 juta serta mobil Xenia warna hitam dengan DA 7550 PC diduga hasil kejahatan mereka.
"Mereka semua saat ini sedang menjalani pemeriksaan untuk melakukan pengembang, karena diduga banyak ATM lagi yang dikuras mereka, informasi terakhir di ATM wilayah Gambut Kabupaten Banjar mereka sempat menguras uang nasabah sebanyak Rp 50 juta," kata Kepala Satreskrim Polresta BanjarmasinKomisaris Afner Juwono, Sabtu (26/10/2013).
Ia mengatakan, ketiga pelaku tersebut melakukan aksinya di tiga ATM di wilayah kota tersebut. Aksi terakhir mereka diketahui sekitar pukul 11.00 wita, Sabtu (26/10) pagi. Sedangkan untuk ATM yang berhasil di kuras pelaku, di antaranya ATM Mandiri yang berlokasi di depan rumah makan Fauzan 2 di Gatot Soebroto Banjarmasin.
Selanjutnya, ATM Bersama di Rumah Sakit Sari Mulia yang berlokasi di jalan Pangeran Antasari dan berikutnya ATM Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Jalan Belitung.
Seusai melakukan aksinya, para pelaku terpantau oleh pihak Satuan Reserse Kriminal yang bekerjasama dengan pihak Satuan Lalu Lintas Polresta Banjarmasinkarena sudah mengetahui nomor polisi dari mobil para pelaku tersebut.
Saat pelaku sedang mengisi bensin di SPBU Jalan Sudirman, polisi langsung menangkapnya, setelah itu dilakukan pengembangan untuk menangkap rekan-rekannya.
Hasil interogasi, pelaku mengaku rekan-rekannya berada di Hotel Grand Mentari Banjarmasin, secara cepat polisi mendatangi dua teman korban, dan berhasil menangkapnya.
"Mereka sudah kita pantau mulai bulan puasa lalu, dan saat aksinya sekitar pukul 11.00 wita, anggota langsung menyebar di lapangan dan sekitar pukul 12.00 wita atau satu jam setelah kejadian, ketiga pelaku berhasil ditangkap," terangnya.
By www.tribunnews.com/regional/2013/10/27/tiga-pembobol-atm-di-banjarmasin-ditembak-polisi

Saturday, October 26, 2013

Tersangka Penyalur TKI Ilegal Terancam Hukuman 15 Tahun Penjara


TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Ting Ping Kie dikenakan pasal 4 Undang- undang RI Nomor 21 Tahun 2007 masalah perdagangan orang dengan anaman maksimal 15 tahun penjara dan Mat Jidi Nawani dikenakan pasal 10 UU yang sama dan ancaman yang sama. Sejumlah barang bukti juga diamankan polisi atas kasus keduanya, yaitu 25 paspor milik calon tenaga kerja dan tersangka, satu unit laptop, satu ponsel, uang tunai Rp 10 juta, 105 Ringgit Malaysia, 5 dolar Singapura, 6 dolar Amerika Serikat dan 5 dolar Brunei. "Sebelumnya pelaku juga memberikan pinjaman kepada calon TKI masing masing 200 Ringgit Malaysia atau Rp 650ribu," kata Kasat Reskrim Polres Sambas, AKP Jajang, Kamis (24/10/2013). Jajang mengimbau agar warga yang hendak bekerja ke Malaysia untuk berhati-hati, karena saat ini pemerintah Malaysia sedang gencarnya melakukan deportasi TKI yang masuknya tidak secara resmi. Serta jangan tergiur dengan iming-iming gaji yang besar. Sebelumnya diberitakan, Satuan Reskrim Polres Sambas mengamankan Ting Ping Kie (36), warga Kampung Sungai Bakong 96500 Bintangor, Sarawak, Malaysia Timur dan Mat Jidi Nawani (41), warga Sentebang, Jawai Selatan karena berencana membawa pencari kerja ke luar negeri tanpa izin resmi.

Selamatkan Ibu (TKI) Kita



Membaca tajuk yang
dimuat Beritasatu.com
pada Kamis, 27
September 2013
dengan judul Setop
Ekspor PRT, menarik
untuk dikaji. Pertama,
Indonesia merupakan salah satu negara
yang penduduknya “hobi” merantau. Entah
itu dalam kota, luar kota bahkan tak jarang
merantau ke luar negeri yang selanjutnya
dikenal dengan istilah tenaga kerja
Indonesia (TKI).
Kedua, keberadaan TKI selain sebagai
penyumbang devisa, kerap menjadi
masalah bahkan cenderung merendahkan
martabat bangsa Indonesia di mata
internasional. Kepala Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia (BNP2TKI), mengatakan
setidaknya ada 6,5 juta jumlah TKI di luar
negeri. Jumlah tersebut tersebar di 142
negara, mulai dari Malaysia, Singapure,
Korea, Jepang, dan banyak negara di Timur
Tengah. Angka tersebut masih belum
termasuk TKI yang illegal, sehingga potensi
jumlah TKI di luar negeri bisa jauh lebih
besar dari data tersebut.
Sebagian besar TKI kita adalah bekerja
sebagai buruh kasar, baik sebagai buruh
bangunan, buruh perkebunan dan
pembantu rumah tangga. Hal ini terjadi
karena kualifikasi pendidikan TKI kita masih
sangat rendah. Rata-rata pendidikan
mereka hanyalah SD, SMP, dan sedikit
sekali yang sudah tamat SMA atau sekolah
sederajat. Kondisi ini tentu sangat rentan
untuk mendapatkan perlakuan tidak adil
dari majikan, di mana TKI tersebut bekerja.
Kasus Wilfrida Soik (20), TKI asal NTT yang
terancam hukuman mati di Kelantan
Malaysia, hanyalah ibarat sebuah puncak
gunung es. Masih banyak TKI di tempat lain
yang diperlakukan seperti budak oleh
majikannya. Mereka hanya diperas
tenaganya, namun tidak mendapatkan
upah yang layak. Belum lagi perlakuan
dehumanisasi lainnya yang diterima oleh
TKI kita, seperti halnya pemerkosaan,
pelecehan seksual dan tindakan asusila
lainnya. Akibatnya dengan alibi
mempertahankan diri, muncul TKI yang
membunuh majikannya, atau bunuh diri
hanya sekedar untuk melarikan diri dari
masalah yang mereka hadapi.
Buah Simalakama
Terbatasnya kesempatan kerja di dalam
negeri merupakan pemicu utama tingginya
animo masyarakat untuk bekerja di luar
negeri. Kalaupun tersedia lapangan kerja,
jumlah pendapatan yang diterima masih
belum sebanding dengan biaya hidup yang
diperlukan. Selain untuk memenuhi
kebutuhan sandang pangan dan papan,
mereka juga harus membiayai pendidikan
anak yang semakin mahal. Kondisi ini tentu
semakin memperlebar jarak antara mimpi
hidup ideal dengan kenyataan. Berangkat
dari persoalan tersebut masyarakat memilih
jalan untuk menjadi TKI untuk menggapai
mimpi mereka.
Pilihan masyarakat menjadi TKI, bagi negara
menimbulkan dampak positif dan negatif.
Dampak positifnya, keberadaan TKI ini
selain dapat menekan angka pengangguran
juga dapat meningkatkan devisa Negara.
Oleh karena itu para TKI ini sering kali
mendapat julukan "Pahlawan Devisa".
Bahkan pada 2012, TKI menyumbang
devisa kepada negara sebesar 6,9 juta US
dolar atau setara Rp 66,6 trilun.
Namun di balik dampak positif tersebut,
dampak negatifnya juga sangat besar.
Selain memperkuat stigma bangsa
Indonesia sebagai bangsa buruh di mata
internasional, banyaknya masalah hukum
yang dihadapi TKI juga menjadi beban
politik baik di dalam negeri ataupun di luar
negeri. Tak jarang pemerintah menjadi
sasaran kritik dan demo dari masyarakat
ketika terjadi masalah hukum yang
menimpa TKI kita di luar negeri. Juga
pemerintah dipaksa “kikuk’’ di hadapan
bangsa lain untuk memperjuangkan
pembebasan hukuman bagi TKI kita.
Dari pengamatan penulis yang tinggal di
daerah di mana masyarakatnya banyak
menjadi TKI, dampak negatif yang paling
besar justru pada kehidupan sosial
bermasyarakat. Jika dilihat dari komposisi
gender, 78 persen dari jumlah TKI yang ada
merupakan kaum perempuan. Di dalamnya
banyak terdapat ibu-ibu rumah tangga.
Kondisi ini merupakan titik awal terjadinya
permasalahan sosial. Banyak anak-anak
yang mestinya tumbuh dan berkembang
dalam asuhan seorang ibu, justru
tertelantarkan. Begitu juga suami yang
terpaksa harus berjauhan dengan sang istri.
Tak jarang hubungan keluarga seperti ini
berujung pada perceraian.
Akibatnya dari kondisi ini banyak anak-
anak yang merupakan harapan bangsa
tumbuh dan berkembang dilingkungan
yang tidak sehat. Banyak anak-anak yang
terjerat pada kenakalan remaja. Jika kondisi
ini terjadi secara terus menerus maka
sebenarnya kita berkontribusi untuk
menyiapkan masa depan yang suram bagi
bangsa Indonesia.
Ciptakan Lapangan Kerja
Tidak ada kata lain, setop ekspor TKI kasar
dan ciptakan lapangan kerja! Itulah yang
mutlak harus kita lakukan, tidak cukup kita
menghentikan pengiriman TKI namun tidak
menciptakan lapangan kerja. Karena sama
saja kita menciptakan kekacauan sosial
baru.
Resepnya sebenarnya sederhana,
meneguhkan komitmen semua komponen
anak bangsa untuk berkontribusi
membangun bangsa, terutama pemerintah
harus mampu menjadi katalisator
pertumbuhan ekonomi. Banyak yang bisa
dimainkan pemerintah untuk bisa menjadi
‘’invisible hand’’ dalam pertumbuhan
ekonomi Negara kita. Mulai dari
menyiapkan infra struktur, pelatihan dan
juga membangun relasi pasar dan
produsen. Kuncinya aparatur pemerintah
harus bekerja on the track dan tidak mejadi
pemburu rente di balik jabatan mereka.
Kondisi ini penulis coba lakukan selama
menjadi pendamping petani. Berbekal
program yang dimiliki oleh pemerintah,
penulis melakukan pemetaan potensi dan
masalah yang ada di masyarakat. Alhasil
penulis melihat potensi ibu-ibu rumah
tangga yang begitu luar biasa, juga potensi
pekarangan yang banyak ditelantarkan. Jika
potensi tersebut digarap serius akan
menjadi kekuatan ekonomi baru yang
menjanjikan.
Ibu-ibu yang semula menganggur
selanjutnya dibekali keterampilan usaha
tani. Dan pekarangan yang semula hanya
lahan tidur kini menjadi lebih produktif.
Alhasil pekarangan kini menjadi lahan
pepaya california, budi daya ternak unggas
dan ikan lele yang bernilai ekonomis cukup
tinggi. Tinggal Pekerjaan Rumah kita adalah
menjembatani dengan pelaku pasar,
menjaga kontinuitas produksi yang
merupakan syarat utama sebuah kegiatan
usaha.
Kasus di atas hanyalah satu dari sekian
banyak model yang masih bisa
dikembangkan. Tinggal membangun team
work dan networking yang kuat, jika
kondisi ini terwujud betapa banyaknya ibu-
ibu yang bisa kita selamatkan untuk tidak
menjadi TKI di luar negeri. Menyelamatkan
ibu-ibu merupakan pangkal dari menjaga
harga diri bangsa Indonesia.

Pendidikan imigran berbeda di tiap negara


Tujuan negara imigran ternyata berpengaruh terhadap keberhasilan anak-anak mereka dalam pendidikan.
Sebuah penelitian terbaru menunjukan bagaimana anak-anak imigran mencapai pendidikan dengan baik, ternyata tergantung pada ke negara yang mereka tuju.
Penelitian, yang dilakukan oleh Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), berdasarkan pada skor tes membaca pada anak-anak berusia 15 tahun.
Anak-anak dari latar belakang yang sama dapat mencapai standar yang berbeda.
Peneliti mengatakan dalam sejumlah kasus ini sepadan dengan masa sekolah.
Anak-anak yang keluarganya pergi dari Rusia dapat mencapai standar pendidikan yang lebih baik jika mereka pergi ke Israel, Finlandia atau Jerman dan jika mereka ke Yunani atau Republik Czech, menurut OECD.
Dan anak-anak dari bekas negara Yugoslavia dapat menjalani tes lebih baik jika mereka pergi ke Denmark atau Swiss dibandingkan ke Luxembourg atau Austria.
Peningkatan
Para peneliti juga memantau bagaimana kemampuan membaca siswa-siswa ini mendekati rata-rata di negara-negara OECD berada- organisasi ini memiliki 34 anggota termasuk negara -negara maju.
Data menyebutkan antara tahun 2000 dan 2009, diseluruh negara OECD, proporsi anak-anak imigran berusia 15 tahun meningkat dari 8% menjadi 10%.
Dan mereka menyimpulkan bahwa anak-anak imigran dapat menyesuaikan dengan sistem sekolah dengan lebih baik jika mereka berasal dari kelompok imigran berjumlah besar.
Penelitian ini juga mengatakan di Australia, Kanada, Israel dan AS, satu dari empat atau lima anak sekolah memilki latar belakang imigran.
Para peneliti menambahkan: "Sejumlah sistem pendidikan menunjukan dapat memfasilitasi siswa yang berasal dari keluarga imigran untuk berintegrasi"
www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2013/10/131025_pendidikan_anakimigran
 

Tag

IP

My-Yahoo

Blogger Widget Get This Widget

Histast

Total Pengunjung