http://infobmi.blogspot.com/. Powered by Blogger.

Sunday, January 26, 2014

Bencana cuaca bawa korban jiwa di Bali


Sejumlah orang menyaksikan ombak menggempur tanggul penahan abrasi di Pantai Tegal Besar, Klungkung, Bali, Jumat (10/1). (ANTARA/Nyoman Budhiana)

Denpasar (ANTARA News) - Bencana akibat cuaca ekstrim berupa hujan deras yang disertai angin kencang melanda Bali dalam beberapa hari belakangan ini, dan merenggut korban jiwa maupun mengalami luka-luka di sejumlah lokasi Pulau Dewata.
Hujan deras dan angin kencang itu terjadi secara merata di delapan kabupaten dan satu kota di daerah itu juga mengakibatkan bencana alam berupa tanah longsor, pohon tumbang dan banjir di sejumlah lokasi.
Di Kabupaten Buleleng, daerah ujung utara Pulau Bali bencana cuaca itu merenggut sedikitnya empat korban jiwa dan di Kabupaten Tabanan seorang meninggal akibat tertimpa pohon.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng menemukan jasad pengendara sepeda motor Honda Vario, Made Ayu Padmini (18), di areal persawahan Desa Bebetin, Kecamatan Sawan.
Gadis remaja itu terseret arus sungai saat jembatan yang dilintasinya ambruk setelah diguyur hujan deras, Kamis (23/1) malam.
Kepala BPBD Kabupaten Buleleng Putu Dana menyebutkan bahwa Made Ayu Budiutami (13) juga meninggal dunia saat rumahnya di Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt, ambruk, sedangkan kedua orang tuanya, Putu Kasta Ariawan dan Komang Warni luka parah.
Sementara itu, Putu Wijaya dan Sukarman tewas karena laju mobilnya tidak bisa dikendalikan saat hujan deras dan masuk jurang di Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan.
Selain empat korban meninggal dunia dan luka-luka, banjir dan tanah longsor di daerah pesisir utara Pulau Dewata itu juga menyebabkan puluhan rumah dan bangunan lainnya rusak.
Bencana alam yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian material yang sedang dalam pendataan itu juga mengakibatkan lima unit sepeda motor hanyut terbawa banjir.
Instansi terkait di tingkat provinsi, maupun pemkab dan pemkot di Bali jauh sebelumnya telah meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, tutur Kepala Biro Humas Pemprov Bali, I Ketut Teneng.
Wakil Bupati Buleleng Nyoman Sutjidra memberikan santunan masing-masing sebesar Rp3 juta kepada keempat ahli waris korban jiwa itu.
Ia mengingatkan warganya untuk mewaspadai bencana banjir dan tanah longsor karena curah hujan masih tinggi dalam beberapa hari ke depan.
Selain itu, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, diharapkan untuk mengungsi sementara waktu guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Sebanyak 19 kepala keluarga ditampung dalam tenda pengungsian di depan Pura Cengkede, Desa Galungan sempat ditinjau Kapolres Buleleng Ajun Komisaris Besar Benny Arjanto, Dandim Letkol (Inf) Nugroho Dwi Hermawan dan Sekda Dewa Ketut Puspaka.
Tertimpa pohon
Bencana alam di daerah gudang beras Kabupaten Tabanan menyebabkan Ni Made Mentri (55), Pemilik warung penjual makanan dan minuman tewas tertimpa pohon tumbang di halaman Pura Beji, Dusun Adat Mojan, Desa Mekar, Kabupaten Tabanan.
Peristiwa naas itu terjadi Kamis (23/1) malam, kebetulan di pura sedang ada kegiatan ritual dan korban berjualan makanan dan minuman, seperti yang dituturkan pemuka Dusun Adat Mojan, kata I Wayan Surata.
Korban bernama Ni Made Mentri yang tewas di tempat itu tidak bisa menghindar saat pohon aren setinggi sepuluh meter tumbang saat terjadi hujan deras yang disertai angin kencang pada tengah malam.
Sementara itu, dua orang pembeli yang saat itu ada di warung, Wayan Alit Dursana (20) dan Wayan Noviani (18), mengalami luka-luka yang segera dilarikan ke rumah sakit Tabanan.
Akibat hujan deras itu juga menimbulkan bencana tanah longsor yang memutuskan jalur transportasi yang menghubungkan Desa Mengesta dengan Desa Wangaya Gede di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan.
Material tanah longsor itu menutupi jalan desa sepanjang 35 meter dengan ketinggian mencapai dua meter sehingga tidak dapat dilalui semua jenis kendaraan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tabanan, I Gusti Ngurah Anom Antara menuturkan, pihaknya mengerahkan petugas untuk membersihkan material longsor agar jalan di kedua desa itu bisa dilalui warga.
Demikian pula senderan tebing yang ambruk akibat guyuran hujan deras merusakkan Sekolah Dasar Negeri 1 Jatiluwih, Kecamatan Penebel, namun tidak ada korban jiwa.
Senderan tersebut dibangun Pemerintah Kabupaten Tabanan dengan dana Rp90 juta, termasuk pagar SD negeri 1 Jatiluwih. Longsor itu mengakibatkan sekitar 45 hektare sawah milik anggota Subak Gunung Sari rusak tertutup material tanah.
Akibat hujan deras dan angin kencang yang melanda Bali menyebabkan sejumlah nelayan di Pantai Yeh Gangga, Kabupaten Tabanan, Bali, tidak melaut untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
I Wayan Lapra (50), nelayan asal Pantai Yeh Gangga, Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan menuturkan cuaca buruk yang terjadi beberapa hari belakangan ini lebih baik perahunya disandarkan, ketimbang melaut takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di tengah laut.
Sekitar 80 nelayan di Pantai Yeh Gangga mengalihkan pekerjaannya sebagai buruh tani, buruh bangunan, atau peternak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Di Kabupaten Tabanan terdapat 36 kelompok nelayan dengan jumlah anggota sebanyak 742 orang. Selama cuaca memburuk seperti sekarang, mereka tidak melaut. Perahu-perahu nelayan ditutup dengan terpal.
Kini ketinggian gelombang di Selat Bali bagian selatan berkisar antara 1,8 meter hingga 2,5 meter.
"Gelombang yang tinggi dan angin kencang sangat membahayakan perahu nelayan," tutur Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tabanan I Ketut Arsana Tasa. (*)
Editor: Priyambodo RH

Saturday, January 25, 2014

Dampak Gempa 6,5 SR yang Mengguncang Kebumen

Sejumlah rumah roboh dan rusak parah.

Peta zona rawan bencana di Jawa Tengah.
VIVAnews- Puluhan rumah rusak akibat gempa 6,5 skala Richter yang terjadi di sejumlah daerah di Jawa Tengah, Sabtu 25 Januari 2014. Gempa yang terjadi sekitar pukul 12.14 WIB itu terjadi pada kedalaman 48 km, posisi 104 km barat daya Kebumen.
Berdasarkan data sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, sejumlah rumah di daerah Jawa Tengah yang terdampak gempa mengalami rusak.
1. Purworejo
- 1 rumah rusak berat di Desa Krandegan, Kecamatan Bayan.
- 1 rumah rusak berat di Desa Tangkisan.
2. Banyumas
- 16 rumah roboh di Kecamatan Pekuncen, termasuk 1 serambi masjid.
- 1 rumah roboh di Desa Babakan, Kecamatan Karanglewas.
3. Kebumen
- 1 unit masjid Jami’ At-Taqwa rusak berat.
- Beberapa rumah di Desa Wonoharjo, Kecamatan Rowokele mengalami retak-retak yang saat ini sedang dilakukan pengecekan lapangan.
4. Cilacap
- 1 rumah rusak berat a.n Setradinata, Desa Adiraja Rt 3/Rw 5, taksiran kerugian Rp17 juta. Korban jiwa nihil.
- 1 rumah rusak berat a.n Dirun (45), Desa Karangsari, Kecamatan Adipala, kerugian ditaksir Rp20 juta.
- 1 rumah rusak berat a.n rohmat (50t), Desa Karangsari, Kecamatan Adipala Rt4/Rw 4, taksiran kerugian Rp25 juta.
- 13 unit rumah rusak ringan.
5. Magelang
- 2 rumah rusak di Desa Majaksingi, Kecamatan Borobudur.
6. Yogyakarta- 5 rumah rusak di Desa Tirtohargo, Kecamatan Bantul
- 3 unit rumah rusak di Desa Srigading, Kecamatan Bantul.
"Hingga saat ini belum ada laporan korban jiwa. Petugas BPBD masih melakukan pendataan," kata Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho. (art)
© VIVA.co.id

Photo: Jenazah Almarhum Agus Hariyanto Dari Taiwan Sudah Sampai Di Kampung Halaman

Friday, January 24, 2014

Kerja di Kandang Sapi, TKW Ini Koma 4 Bulan di Taiwan

Kerja di Kandang  Sapi, TKW Ini Koma  4 Bulan di Taiwan

BANYUWANGI, KOMPAS.com — Sihatul Alfiah (27), warga Desa Plambangrejo, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi, koma selama empat bulan di Taiwan. Menurut Sutiah (50), ibu kandung Sihatul Alfiah, kepada Kompas.com,Jumat (24/1/2013), anak bungsunya yang biasa dipanggil Uul berangkat ke Taiwan pada Februari tahun 2012 lalu.
"Sebelumnya, dia pernah berangkat ke Saudi selama satu tahun. Setelah setengah tahun di Banyuwangi, ia ditawari berangkat ke Taiwan dengan biaya 3 juta rupiah," ujarnya.
Selama empat bulan di penampungan Malang, Uul akhirnya berangkat pada 27 Mei 2013 dengan kontrak kerja yang disepakati, yakni merawat orangtua. "Tapi, ternyata setelah sampai di Taiwan, Uul malah bekerja di peternakan sapi, mulai dari memerah susu sampai membersihkan kandang. Dia sempat bercerita bahwa dirinya tidak kuat dalam bekerja karena jam kerjanya mulai pukul 3 pagi sampai 10 malam. Dia menghubungi keluarga pun dengan sembunyi-sembunyi karenahandphone-nya sering ditahan majikan," ujarnya.
Sutiah mengaku anaknya pernah bercerita ke perusahaan pengerah tenaga kerja bahwa dia ingin pindah kerja, tetapi itu tidak bisa karena ia terikat kontrak. "Setelah ketahuan melapor ke PT itulah, Uul malah sering disiksa sama majikannya."
Keluarga terakhir kali dihubungi oleh Uul pada Minggu, 22 September 2012, sekitar pukul 7 malam. "Dari suaranya terdengar sehat. Dan paginya saya dihubungi kakaknya Uul yang juga kerja di Taiwan kalau Uul sudah koma dan dirawat di rumah sakit. Tapi, saya dapat kabar terbaru katanya Uul sudah dipindahkan di panti jompo. Saya bingung informasinya simpang siur. Apalagi katanya anak saya gagal jantung, padahal sejak kecil dianggakpernah sakit parah," jelasnya.
Selama ini, keluarga mendapatkan informasi keberadaan Uul dari kakaknya, Siti Emilatun, yang juga bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Taiwan, serta beberapa teman TKI lainnya yang ada di sana. Selama bekerja 13 bulan di Taiwan, Uul baru menerima gaji tiga kali yang dikirim oleh pihak agen ke keluarga sebesar Rp 6,9 juta.
"Anehnya, kakaknya Uul bercerita jika Uul berutang ke beberapa kawannya di Taiwan agar bisa mengirim uang ke Indonesia. Terus gajinya selama ini ke mana?" tanyanya.
Berharap Uul dipulangkan
Sementara itu, Suhendik (28), suami Uul, kepada Kompas.com,Jumat (24/1/2014), menceritakan, istrinya memilih bekerja ke luar negeri karena kebutuhan ekonomi.
"Niat kami berdua untuk memperbaiki perekonomian keluarga. Saya juga bekerja di kebun sayur Pahang, Malaysia, sejak 8 bulan yang lalu, tapi bulan Desember 2012 kembali ke Banyuwangi karena khawatir dengan kondisi istri saya. Di Malaysia jauh dari keluarga membuat saya semakin bingung. Apalagi anak saya, Ahmad Nur Izzah, baru berumur 6 tahun dan sering sakit-sakitan," jelasnya.
Setelah kembali di Indonesia, Suhendik mengaku awal Januari 2013 lalu pergi ke Jakarta diajak oleh perusahaan yang memberangkatkan istrinya untuk mengurusi kasus yang menimpa istrinya, dan dijanjikan untuk segera berangkat ke Taiwan.
"Paspor sudah diurusi, tinggal visanya yang belum. Sudah satu minggu ini, tapi masih belum ada kabar kapan berangkat," katanya.
Suhendik berharap kondisi istrinya segera membaik sehingga bisa segera dipulangkan ke Indonesia. Dia juga berharap hak-hak istrinya selama bekerja menjadi TKW dipenuhi, termasuk gajinya. "Termasuk biaya perawatan Uul jika memang dia dipulangkan ke Indonesia," tegasnya.
Menurut Suhendik, istrinya sering sekali menghubungi dirinya dan bercerita perlakuan majikannya yang sering menendang, memukul, dan menampar jika Uul melakukan sedikit kesalahan.
"Saya saja sebagai laki-laki rasanya tidak sanggup membayangkan bagaimana beratnya pekerjaan dia. Saya kasihan dan menyuruh dia untuk berhenti, tetapi dilarang oleh majikannya yang bernama Huang Deng Jin," jelasnya.
Pada 21 September 2013 waktu Taiwan, Uul dipukul dengan benda tumpul oleh majikannya hingga tak sadarkan diri. Uul lalu dilarikan ke UGD RS Chi Mei Medical Centre di Liouying.
Hasil diagnosis resmi menunjukkan, terjadi luka di bagian belakang kepala Uul akibat pukulan menggunakan benda tumpul. Uul mengalami koma selama empat bulan di rumah sakit. Saat ini Uul berada di Min An Rd Baihe District Nomor 1, Tainan City, yang kabarnya bukan rumah sakit, melainkan panti jompo.
Penulis: Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati
Editor: Farid Assifa
Sumber
http://regional.kompas.com/read/2014/01/24/1647396/Kerja.di.Kandang.Sapi.TKW.Ini.Koma.4.Bulan.di.Taiwan

Pemerintah Hongkong Jamin Kasus Erwiana Ditangani Baik



Surya/Sudarmawan
PERBANDINGAN - Puthut, adik Erwiana Sulistyoningsih (22) menunjukkan foto korban saat masih sehat dan paska dianiaya majikannya, Minggu (12/1/2014).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, Moh Jumhur Hidayat, mengatakan Pemerintah Hongkong menjamin kasus TKI, Erwiana Sulistyaningsih (23), korban penyiksaan oleh majikan ditangani baik.
Menurut Jumhur, Erwiana berturut-turut selama delapan bulan mengalami penyiksaan oleh majikannya. Kasus ini akan ditangani secara serius dengan proses hukum yang baik oleh Pemerintah Hongkong dan pihak kepolisian setempat.
Demikian diungkapkan Jumhur usai bertemu Menteri Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Pemerintah Hongkong, Matthew Cheung Kin-Chung pada Jumat (24/1/2014) pagi di Hongkong yang rilisnya diterima Tribunnews.com.
Jumhur didampingi Acting Konsul Jenderal RI di Hongkong, Rafael Walangitan menemui Cheung guna membahas kasus TKI asal Desa Pucangan, Ngrambe, Ngawi, Jawa Timur itu, dan sekaligus menyampaikan sikap pemerintah maupun rakyat Indonesia yang merasa terkejut serta prihatin atas peristiwa kekerasan tersebut.
"Saya tekankan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah memberi perhatian serius terhadap kasus ini, selain meminta agar penegakan hukum dilakukan seadil-adilnya oleh otoritas resmi di Hongkong," jelas Jumhur.
Cheung menjelaskan, kehadiran aparat kepolisian Hongkong dalam menyelidiki kasus Erwiana dengan mendatangi di tempat perawatannya, merupakan bentuk kesungguhan Pemerintah Hongkong untuk menuntasnya kasusnya.
Mengenai persidangan dalam kasus ini, seperti diungkap Cheung, direncanakan pada 25 Maret mendatang. Pada bagian lain, Cheung menitip salam secara khusus kepada Erwiana berikut keluarganya.
Sebelumnya, pada 13 Januari lalu, Kepala BNP2TKI menyurati Konsulat Jenderal RI di Hongkong terkait pemberitahuan tuntutan terhadap majikan Erwiana, Law Wan Tung (44) yang beralamat di Apartemen J38/F Blok 5 Beverly Garden 1, Tong Ming Street, Tseung Kwan O, Kowloon, Hongkong.
Sementara itu, KJRI Hongkong telah melaporkan kasus Erwiana ke kepolisian Hongkong, dan mendapatkan respon positif baik dengan pemeriksaan pelaku berikut penahanannya. Kini, majikan Erwiana memang ditetapkan sebagai tahanan luar setelah memberi jaminan uang tunai 1 juta dolar Hongkong (HKD).
Selanjutnya, Law Wan Tung diwajibkan tidak boleh meninggalkan Hongkong ataupun melakukan pendekatan terhadap saksi dan Erwiana sendiri. Setiap hari, Law Wan Tung pun harus melapor kepada Kepolisian Tseung Kwan O.
Erwiana berangkat ke Hongkong melalui perusahaan pengerah jasa TKI, PT Graha Ayu Karsa, Tangerang, Banten pada Mei 2013 untuk menjadi Penata Laksana Rumah Tangga di keluarga Law Wan Tung.
Sejak mulai bekerja, Erwiana kerap mendapat perlakukan kasar dari majikannya yang berakibat luka memar di bagian tubuh yakni kepala, wajah, telinga, bokong, serta tangan dan kaki. Penyiksaan dilakukan menggunakan berbagai benda keras antara lain gantungan baju.
Selain menuntut proses hukum yang adil, BNP2TKI meminta hak-hak Erwiana yaitu gaji dan biaya perawatan dibayarkan oleh pengguna. Adapun hak asuransinya akan dimintakan kepada Konsorsium Asuransi Proteksi TKI.

TKI asal Plampangrejo Banyuwangi Koma di Taiwan


surya/wahyu Nurdianto
Suhandik bersama mertuanya Sutiah, di rumahnya di Dusun Rumping RT 01 RW 04 Desa Plampangrejo, Kecamatan Cluring, Banyuwangi, Jumat (24/1/2014)


TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI- Lagi -lagi TKW Indonesia mengalami penyiksaan. Kali ini TKW asal Banyuwangi harus mengalami penderitaan.
Keluarga Sihatul Alfiah (27), tenaga kerja migrant asal Kabupaten Banyuwangi yang koma akibat disiksa majikannya di Taiwan berharap pemerintah Indonesia bisa memulangkan Sihatul.
Ditemui di rumahnya di Dusun Rumping RT 01 RW 04 Desa Plampangrejo, Kecamatan Cluring, Banyuwangi, Jumat (24/1/2014), Sutiah (50) ibu kandung Sihatul mengatakan, dia dan seluruh keluarga akan senang dan lega jika Sihatul bisa dirawat di Banyuwangi.
"Harapan saya, Uul (panggilan akrab Sihatul) bisa segera kembali ke Indonesia, biar bisa dirawat oleh keluarga sendiri," ucap Sutiah.
Sebagai informasi, Sihatul yang sudah 13 bulan bekerja di Taiwan mengalami koma dan harus menjalani perawatan di rumah sakit sejak 22 September 2013 lalu.
Sihatul bekerja di sebuah peternakan sapi perah di Liouying distrik Tainan City. Sihatul diyakini memiliki beban kerja yang berat karena bekerja seorang diri di peternakan yang memiliki 300 ekor sapi perah.
Sutiah dan keluarganya sendiri belum tahu pasti mengenai penyebab Sihatul sakit dan koma. Yang dia tahu, anak bungsunya tersebut kerap bercerita punya majikan yang kasar.
"Waktu telepon ke rumah, Uul sering cerita majikannya itu suka marah. Kalau nesu (marah) suka ngaplok (menampar) dan nendang. Tapi Saya diberitahu anak saya koma karena jantungnya lemah," kata Sutiah sambil menitikkan air mata.
Harapan yang sama juga disampaikan oleh Suhandik (29), suami Sihatul. Apalagi istrinya kini tak lagi mendapatkan perawatan memadai karena ditempatkan di sebuah panti jompo setelah sempat dirawat di tiga rumah sakit.
Suhandik juga berharap ada pihak, baik itu pemerintah maupun perusahaan pengerah jasa tenaga kerja Indonesia PT Sinergi Wina Karya yang memberangkatkan istrinya ke Taiwan ikut menanggung biaya perawatan.
Saat ini, biaya perawatan Sihatul di Taiwan masih ditanggung oleh Huang Deng, sang majikan dan juga pemerintah Taiwan.
Hanya saja, Sihatul, ibu dari Ahmad Nurizah Fiki Firmansyah (6) ini tidak lagi hanya dirawat di sebuah panti jompo bukan di rumah sakit.
"Saya sendiri tidak tahu kenapa ditempatkan di panti jompo bukan di rumah sakit. Yang saya tahu istri saya tidak punya riwayat sakit jantung dan kerap dikasari majikannya," ucap Suhandik yang terpaksa berhenti bekerja sebagai buruh perkebunan di Pahang, Malaysia untuk mengurusi istrinya.
Senin, 27 Januari mendatang, Suhandik akan ke Jakarta untuk bertemu rekan-rekan Migrant Care dan bertemu dengan anggota DPR RI Rieke Dyah Pitaloka terkait kasus yang menimpa istrinya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah saat dihubungi mengatakan ada upaya pembelokan atau menutupi kasus ini oleh perusahaan pengerah jasa tenaga kerja yang memberangkatkan Sihatul.
Perusahaan yang berkantor di Jagir Wonokromo Surabaya ini mencoba menyelesaikan kasus ini dengan cara damai, yakni hanya menganti biaya perawatan. "Padahal ini adalah kasus kriminalitas (penganiayaan) yang harus diusut tuntas," ucapnya.
Sumber
http://m.tribunnews.com/regional/2014/01/24/tki-asal-banyuwangi-koma-di-taiwan

Mengenal Sang Pendiri "Mesin Pencari" Google


Mereka adalah Larry Page (kanan) dan Sergey Brin (foto: Google)) enlarge this image

Google, semua orang mengenal nama itu sebagai mesin pencari (search engine). Sebab melalui Google, dunia kini terbuka luas melalui berbagai informasi yang ada. Mangkanya, tidak berlebihan bila Google mengklaim sebagai situs yang terbanyak di gunakan di dunia saat ini.
Alexa merilis bahwa situs utama Google.com sebagai website yang paling banyak dikunjungi di Internet, dan website Google Internasional lainnya. Awalnya perusahaan ini dibentuk sebagai perusahaan saham pribadi pada 4 September 1998. Penawaran umum perdananya dimulai pada 19 Agustus 2004.
Perlahan demi perlahan, perusahaan ini tumbuh besar. Berbagai macam produk dan merger ditawarkan. Hingga akhirnya keduanya menawarkan perangkat lunak produktivitas online lainnya, seperti email, paket aplikasi perkantoran, komputasi awan hingga jejaring sosial. Bahkan website-website yang dimiliki Google seperti YouTube, Blogger and Orkut, juga ikut merajalela pesatnya.
Sungguh sebuah pencapaian yang luar biasa. Seperti misi awalnya yakni bagaimana dengan satu alat, bisa mengatur seluruh informasi di dunia dan membuatnya bisa diakses dan berguna bagi semua orang. Google yang sejak 2006 berkantor di Mountain View, California ini terus mengalami perkembangan pesat, termasuk memperluas produknya ke computer personal (PC), dan tidak hanya perusahaan.
Tentunya, itu dengan harapan dapat menjelajah web, mengatur & menyunting foto, dan pesan instan. Bahkan di era tumbuhnya pasar smartphone di dunia, Google mendulang sukses dari perkembangan Android (sistem operasi mobile) dengan Google Chrome OS sistem operasi berbasis web-nya, yang ditemukan pada netbook khusus yang dinamakan Chromebook.
Di balik itu, sukses Google tentu tak lepas dari tangan-tangan kreatif dan pintar dua orang yang dikenal sebagai mahasiswa di Universitas Stanford. Mereka adalah Larry Page dan Sergey Brin.
Awalnya, mereka adalah dua orang yang selalu berseberangan dalam setiap topik pembicaraan dan diskusi. Namun ternyata, dari setiap berbedaan itulah muncul benih-benih ketertarikan yang sama yaitu mengenai mesin pencari (search engine).
Akhirnya, pada tahun 1998, keduanya menjalankan mesin pencari Google, yang pada waktu itu, semua pengoperasian didasarkan pada teknologi PageRank yang telah dipatenkan, yang mendasarkan pada struktur link - link antar situs web untuk menentukan peringkat suatu situs tertentu.
Sebut saja Larry Page (Chief Executive Officer/CEO di Google Inc), pemuda kelahiran Lansing, Mishigan 26 Maret 1973 ini adalah keturunan yang memang dari keluarga ahli di bidang teknologi.
Ayahnya Carl Page dan ibunya, Gloria, adalah seorang profesor Ph.D. di bidang Komputer Sains di Michigan State University. Page adalah seorang lulusan dari East Lansing High School. Page memperoleh gelar Bachelor of Science dalam teknik komputer dari Universitas Michigan dengan pujian dan seorang lulusan Master dari Universitas Standford.
Selain Larry Page, ada sergey Brin yang juga pendiri Google. Pemuda kelahiran Moscow, Soviet Union, 21 Agustus 1973 ini adalah seorang pengusaha Amerika. Brin mempelajari ilmu komputer dan matematika sebelum mendirikan Google dengan Larry Page.
Brin adalah presiden teknologi pada Google dan mempunyai net worth perkiraan USD18,7 miliar, yang membuatnya menjadi orang nomor 26 terkaya di dunia. Sergey Mikhailovich Brin lahir di Moskwa, Uni Soviet, dari sebuah keluarga Yahudi. Ayahnya yang bernama Mikhail Brin dan ibunya Evgenia Brin (née Krasnokutskaya) adalah ahli matematika lulusan Moscow State University.
Tahun 1979, usia Brin masih 6 tahun, keluarganya pindah ke Amerika Serikat. Ia belajar di sekolah dasar Paint Branch Montossori, Adelphi, Maryland. Ayahnya, yang juga seorang profesor di departemen matematika University of Maryland berperan besar mengembangkan ketertarikan Brin pada matematika. Lalu, September 1990, setelah lulus dari Eleanor Roosevelt High School, Brin diterima di University of Maryland, College Park.
Jurusan yang diambil waktu itu adalah ilmu komputer dan matematika. Ia pun berhasil mendapatkan gelar Bachelor of Science pada tahun 1993. Brin kemudian melanjutkan pendidikan ilmu komputernya di Stanford University melalui beasiswa dari National Science Foundation, dan menerima gelar masternya pada bulan Agustus 1995. Brin juga memiliki gelar MBA dari IE Business School. (Dikutip dari berbagai sumber)
By http://m.okezone.com/read/2014/01/24/363/931198/mengenal-sang-pendiri-mesin-pencari-google

Istri Konjen AS Jajal Siksaan Gunung Ijen Banyuwangi


BANYUWANGI – Istri Konsulat Jenderal (Konjen) Amerika Serikat untuk Jawa Timur, Michaela Newnham, melakukan ekspedisi bersepeda dari Bali-Surabaya lintas pulau dalam beberapa hari terakhir. Kemarin, dia berlabuh di Banyuwangi untuk menaklukkan lintasan menuju wisata Gunung Ijen. Sebenarnya, dia pernah melakukan hal serupa tahun lalu. Kala itu dia gowes bersama suaminya, Joaquin Monserrate, dalam rangkaian menghadiri kegiatan Banyuwangi Ethno Carnival (BEC).
Namun, kali ini dia bersepeda bersama empat rekannya. Empat sahabatnya itu adalah Andreas, Werner, Mark, dan Christian. Michaela bersama rombongan mengawali bersepeda dari Ubung, Bali. Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, mereka akhirnya sampai di Bumi Blambangan Selasa lalu (21/1). Sejak berlabuh di Pelabuhan Tanjung Wangi, Ketapang, Michaela dkk terus mengayuh sepeda menuju Hotel Ijen Resort di Desa Randu Agung, Kecamatan Licin.
Setelah menempuh perjalanan tiga jam, mereka tiba di lokasi untuk bermalam. Kemudian, untuk melanjutkan ekspedisi menuju wisata Kawah Ijen, rombongan tersebut menjadi dua bagian.Michaela dan Andreas memilih mengawali start pukul 10.00. Tiga rekan dia, berangkat dua jam sebelumnya. Dalam ekspedisi itu, Michaela melewati jalur tikus nan terjal. Bahkan, dia juga melintasi jalan setapak yang tidak bisa di lewati kendaraan roda empat.
Dari start, dia melewati jalan rusak tanpa aspal sekitar 4 kilo meter menuju Jambu, Desa Tamansari, Kecamatan Licin, dengan catatan waktu sekitar 50 menit. Dia mengaku senang bersepeda di Banyuwangi. Menurut dia, rute yang dilalui sangat berat dan curam. ‘’Ouhh, rutenya naik. Sangat melelahkan sekali,’’ katanya. Meski begitu, dia merasa sangat menikmati suasana perkampungan. Selain itu, nuansa sejuk dan alami menjadi daya tarik tersendiri bagi dia.
‘’Sangat senang sekali bisa kembali ke Banyuwangi. Di sini aman selama perjalanan,” terangnya. Setelah dari Terminal Jambu, dia tidak merasa tidak kuat mengayuh sepeda menuju Paltuding. Karena itu, dia memilih naik angkutan pikap. Tiga rekan dia yang berangkat lebih dulu berhasil finis dengan sempurna.Setelah berada di Paltuding, rom bongan tersebut kembali me lanjutkan perjalanan. Kali ini, mereka menuju Puncak Gunung Ijen dengan jalan kali. Setelah turun dari Puncak Gunung Ijen, Michaela kembali bersepeda menuju Bondowoso. (radar)
Sumber:
http://www.kabarbanyuwangi.info/istri-konjen-jajal-siksaan-ijen.html

Thursday, January 23, 2014

Lagi, TKI disiksa majikannya di Taiwan BMI Banyuwangi


Anggota Komisi IX Rieke Diah Pitaloka. (Okezone)
Sindonews.com- Kekerasan terhadap tenaga kerja Indonesia (TKI) kembali terjadi. Sihatul Alfiah (27), TKI asal Desa Plampangrejo, Banyuwangi, ini mengalami penyiksaan oleh majikan di Taiwan.
"Sihatul berangkat ke Taiwan pada tahun 2012. Ia TKI yang menempuh jalur legal melalui PT Sinergi Binakarya. Kontrak kerja yang disepakati dan ditandatangani adalah merawat orangtua," kata Anggota Komisi IX Rieke Diah Pitaloka melalui siaran persnya, Kamis (23/1/2014).
Rieke menceritakan, setelah sampai di Taiwan Sihatul justru dipekerjakan sebagai pemerah dan pembersih kandang sapi di Liouying, distrik Tainan City.
"Ia harus memerah dan membersihkan kandang 300 sapi setiap hari. Jam kerjanya pun tak manusiawi, mulai jam 03.30-10.00 pagi. Mulai bekerja lagi dari pukul 15.00 hingga 22.00 malam. Ia tidur di dekat kandang sapi," terangnya.
Lanjut Rieke, Sihatul kerap menerima siksaan dari majikannya yang bernama Huang Deng Jin. Lantaran tak tahan disiksa Ia pun sempat mengadu kepada PT dan meminta pindah kerja. "Pihak agen akhirnya mendatangi rumah majikan, namun Sihatul tak bisa pindah kerja malah semakin disiksa oleh majikan," lanjutnya.
Masih berdasarkan keterangan Rieke, tanggal 21 September 2013 korban dipukul dengan benda tumpul oleh majikannya hingga tak sadarkan diri. Sihatul pun lantas dilarikan ke UGD RS Chi Mei Medical Centre di Liouying.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan diagnosa korban mengalami luka di bagian belakang kepala akibat pukulan benda tumpul. Ia pun koma selama satu bulan di rumah sakit.
"Sekarang Sihatul sudah sadarkan diri, namun hidupnya ditopang peralatan medis, tak bisa bicara dan bergerak. Menurut kawan-kawan TKI Taiwan yang ikut memantau kondisi Sihatul, saat ini ia berada di No.1 Min An Rd Baihe District, Tainan City, yang kabarnya bukan rumah sakit, tapi merupakan panti jompo," terangnya.
Nahasnya lagi, setelah bekerja selama 13 bulan Sihatul baru menerima gaji tiga kali yang dikirim oleh pihak agen ke keluarga, sejumlah Rp6,9 juta.
Dengan demikian, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk segera mengambil langkah-langkah terhadap penyiksaan tersebut. "Tak cukup hanya lembaga terkait lakukan mediasi dengan majikan yang berujung sekedar penggantian biaya rumah sakit. Pak SBY, Sihatul tak mungkin Bapak telepon, ia tak bisa bicara, hidupnya ditopang alat."
"Hasil diagnosa rumah sakit membuktikan Rakyat kita dipukul dengan benda tumpul hingga koma satu bulan. Teleponlah Pemerintah Taiwan, majikannya harus segera ditangkap dan diperiksa. Jatuhi hukuman sesuai dengan hukum yang berlaku di Taiwan."
"Tolong Bapak tanyakan ke Pemerintah Taiwan, betulkah Sihatul dirawat di rumah jompo. Jika benar, Bapak berhak menuntut agar Sihatul dirawat di RS degan perawatan yang semestinya. Penuhi hak-hak normatif Sihaful sebagai pekerja. Pak SBY, bantu cek juga kabarnya pihak PT menyarankan damai dengan bayaran 600 juta," tuntasnya.
Sumber
http://m.sindonews.com/read/2014/01/23/15/829498/lagi-tki-disiksa-majikannya-di-taiwan

TKI Hongkong Alami Pendarahan Otak


KBRN, Solo: Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Erwiana Sulistiyaningsih (20) korban penyiksaan di Hongkong mengalami pendarahan otak.
Hal ini diketahui setelah tim medis Rumah Sakit Islam (RSI) Amal Sehat Sragen yang merawat TKI asal Desa Pucangan, Kecamatan Ngrambe, Ngawi, Jawa Timur (Jatim) melakukan Scanning magnetic resonance imaging (MRI), Kamis (23/1/2014).
Ketua tim dokter yang menangani Erwiana, dr Iman Fadhli mengatakan pendarahan pada otak Erwiana diperkirakan sudah terjadi lama karena sudah membeku.
Radang bekas pendarahan otaktersebut sudah membeku sejak beberapa waktu lalu.
"Pendarahan itu diketahui dari hasil scan MRI dan hasilnya ditemukan bekas pendarahan otak. Mungkin itu sudah lama dan tidak segera mendapatkan penanganan medis," ujarnya.
Menurut dokter Iman, pendarahan otak yang diduga terjadi karena hantaman benda keras saat bekerja di Hongkong tersebut tidak sampai harus dilakukan operasi.
Tindakan medis yang akan dilakukan adalah sebatas terapi fisioterapi.
"Saya rasa belum memerlukan tindakan ekstrim sampai operasi.Cukup terapi saja sampai bekas pendarahan otak tersebut hilang," jelasnya.
Sementara, setelah tim Kepolisian Hongkong, giliran tim dokter forensik dari Hongkong juga mendatangi RSI Alam Sehat Sragen, tempat Erwiana dirawat.
Kedatangan tim dokter dari Hongkong tersebut terkait proses penyelidikan yang saat ini tengah dilakukan.
"Tim dokter Hongkong yang datang adalah dokter forensik untuk kepentingan penyidikan, bukan untuk membantu menangani Erwiana," turur dr Iman Fadhlil.
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) juga sempat mendatangi untuk melihat dari dekat kondisi terkni. Wakil Ketua LPSK, Edwin Partogi Pasaribu mengatakan, kedatangannya ke RSI Amal Sehat ini untuk memastikan adanya perlindungan bagi Erwiana.
Pihaknya sudah berkoordinasi dengan kuasa hukum korban serta aparat kepolisian.
"Kami siap memberikan perlindungan, termasuk koordinasi dengan aparat kepolisian untuk memastikan keamanan korban," ujarnya. (Eddy Susanto/DS)
Sumber http://rri.co.id/index.php/berita/87400/TKI-Hongkong-Alami-Pendarahan-Otak#.UuEkOl18qo9

Hukum Berat Majikan Erwiana!


Suasana aksi solidaritas untuk keadilan bagi Erwiana yang diikuti ribuan massa baik dari kalangan buruh migran, organisasi terkait, hingga warga lokal Hong Kong yang peduli pada perlindungan pekerja migran (sumber: Facebook Sring Atin)
Pemerintah Hong Kong dan Indonesia harus segera mengubah peraturan yang memperbudak PRT Migran di Hong Kong “Persidangan terhadap Law Wan Tung, majikan Erwiana, adalah kemenangan perjuangan buruh migran di Hong Kong yang menuntut keadilan bagi Erwiana dan korban-korban lainya.”, demikian pernyataan Sring Atin setelah menghadiri persidangan pertama hari ini di Kwun Tong Magistracy Court yang berlangsung mulai pukul 02:30 siang di Ruang Sidang Nomor 3.
Hakim memutuskan persidangan kedua pada 25 Maret 2014 dan Law Wan Tung diijinkan menjadi tahanan luar dengan membayar jaminan sebesar 1 juta Hong Kong Dollar yang dibayar oleh suaminya yang juga hadir di persidangan. Hakim juga melarang Law Wan Tung untuk meninggalkan Hong Kong.
Sring Atin juga menambahkan bahwa Pemerintah dan Kepolisian Hong Kong harus meyakinkan keselamatan seluruh korban baik yang saat ini di Hong Kong maupun di luar Hong Kong dari ancaman maupun intimidasi yang mungkin dilakukan majikan dan pihak-pihak lainnya.
“Keadilan bagi Erwiana dan korban lainnya harus ditegakan. Namun pemerintah Hong Kong dan Indonesia harus segera mengubah semua peraturan yang melahirkan kondisi perbudakan terhadap Pekerja Rumah Tangga migran di Hong Kong sehingga tidak ada korban berikutnya,” tegas Sringatin.
Sringatin menegaskan bahwa Kepolisian Hong Kong harus lebih responsif menanggapi pengaduan PRT migran dan menyediakan penerjemah mengingat keterbatasan bahasa. Pemerintah juga harus mencabut aturan yang membatasi tinggal PRT migran hanya 14 hari jika terjadi pemutusan kontrak dan mengharuskan keluar Hong Kong setiap ganti majikan dan pemaksaan tinggal serumah dengan majikan (live-in) meskipun majikan menghendaki pekerjanya tinggal di luar (live-out).
Sedangkan di pihak pemerintah Indonesia harus segera mencabut aturan yang memaksa seluruh buruh migran sektor PRT untuk masuk ke PJTKI/Agensi dan melarang pindah Agensi serta melarang pengurusan kontrak secara mandiri yang dilegalisasikan melalui Sistem Online.
“Penyelesaian kasus per kasus itu kewajiban negara. Tapi tidak akan menghentikan korban-korban berikutnya jika kedua pemerintah tetap menolak mengubah peraturan yang selama ini semakin melanggengkan sistem perbudakan di Hong Kong” tutup Sring Atin

FPDI Perjuangan Sesalkan Pembebasan Majikan Erwiana

Wakil Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPR RI Dra. Eva Kusuma Sundari, M.A., M.D.E. (Ilustrasi: ANTARA Jateng/Kliwon) Semarang, Antara Jateng - Wakil Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPR RI Eva Kusuma Sundari menyesalkan putusan pengadilan Hong Kong, Rabu (22/1), yang mengabulkan permohonan pembebasan terdakwa Law Wan Tung dalam perkara penganiaya terhadap tenaga kerja asal Indonesia Erwiana Sulistyaningsih. "Saya menyesalkan pengadilan yang memberikan putusan bebas terhadap Law Wan Tung (44) karena membuka peluang yang bersangkutan mengulang perbuatannya kepada orang lain selain membuka peluang yang bersangkutan kabur," kata Dra. Eva Kusuma Sundari, M.A., M.D.E. ketika dihubungi dari Semarang, Kamis. Menurut Eva K. Sundari yang juga anggota Komisi III (Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia) DPR RI, tiadanya empati hakim terhadap korban amat bertolak belakang dengan proaktifnya polisi yang malakukan penyidikan bahkan hingga ke kampung Erwiana Sulistyaningsih (22). Calon anggota tetap DPR RI periode 2014--2019 dari Daerah Pemilihan Jawa Timur VI itu berharap komitmen polisi Hong Kong tersebut menular ke polisi RI sehingga paradigma 3P (pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat) bisa terwujud. Oleh karena itu, cara kerja polisi Hong Kong harus jadi model dan inspirasi Polri. "Saya harap polisi melakukan pemantauan terhadap tersangka sehingga kekhawatiran terdakwa mengulangi perbuatannya lagi atau melarikan diri tidak terjadi," kata Eva K. Sundari yang juga anggota Tim Pengawas TKI dari FPDI Perjuangan DPR RI itu. Di lain pihak, dia amat menghargai solidaritas para TKI yang justru gigih melakukan kampanye pembelaan. Hal ini seharusnya juga dilakukan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong. "Kasus Erwiana ini menegaskan betapa mekanisme yang ada saat ini miskin perlindungan. Catatan penting untuk Pansus Revisi Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri, baik dari Pemerintah maupun DPR RI," kata Eva. Sebelumnya, Kepala BNP2TKI Moh Jumhur Hidayat kepada Antara mengatakan bahwa sejumlah personel Kepolisian Hong Kong, Senin (20/1) malam, menuju Rumah Sakit Ama Sehat, Sragen, Jawa Tengah, guna memeriksa Erwiana. Jumhur menjelaskan bahwa Erwiana adalah warga Desa Pucangan, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Yang bersangkutan bekerja sebagai penata laksana rumah tangga (PLRT) di Apartemen J 38F Blok 5 Beverly Garden 1, Tong Ming Street, Tesung, O Kowloon, Hong Kong. Erwiana diberangkatkan PT Graha Ayu Karsa, Tangerang, Banten, pada tanggal 15 Mei 2013. Erwiana kembali ke Tanah Air pada hari Kamis (9/1) dan setelah tiba di rumahnya dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan intensif. Editor : D.Dj. Kliwantoro

Disiksa, Tiga TKW Sukabumi di Arab Saudi Menunggu Dipulangkan


Ilustrasi

Skalanews -Serikat Buruh Migran Indonesia wilayah Jawa Barat (SBMI Jabar) mengatakan, tiga Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menjadi korban penyiksaan di Arab Saudi dengan luka di sekujur tubuh. Ketiganya, saat ini sudah ditampung di Konsulat Jenderal RI di Arab Saudi. Dan masih menunggu untuk dipulangkan. Menurut Ketua SBMI Jabar, Jejen Nurjanah, Kamis, TKW tersebut bernama Kokom, Tutus, dan Papat. SBMI menyebutkan, bahwa Kokom binti Bamay, warga Kecamatan Cimanggu, sudah 16 bulan bekerja di Arab Saudi. Dia disiksa, lalu dibuang majikannya di daerah pegunungan di Mekah. Tutus Djuariah, warga Kecamatan Cisaat, mengalami luka di sekujur tubuhnya. Bahkan kedua kaki lumpuh, serta mata rusak dan rambut digunduli majikan. "Korban sudah bekerja sekitar tujuh tahun di majikannya," kata Jejen. Papat Fatimah, warga Kecamatan Cisaat, sudah bekerja selama lima tahun. Dan selama bekerja korban mengalami penyiksaan, seperti dipukul benda keras sampai ditendang. "Ketiga TKW yang menjadi korban penyiksaan ini, sudah ditampung di Konsulat Jenderal RI di Arab Saudi. Namun belum bisa dipulangkan. Padahal kami dan keluarga para korban, sudah tiga bulan meminta kepada KJRI agar ketiganya dipulangkan," katanya. Menurut Jejen, para korban tidak mendapatkan gaji sepeser pun. Bahkan saat diselamatkan ke KJRI, hanya membawa pakaian yang melekat di badan. (Ant/DS
Sumber
www.skalanews.com/berita/detail/165348

33 WNI dan tiga anak dipulangkan dari Malaysia


ilustrasi TKI Overstay Ratusan Tenaga Kerja Indonesia yang overstay tiba di bandara Soekarno - Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu (16/11). (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Kuala Lumpur (ANTARA News) - Sebanyak 33 warga negara Indonesia yang merupakan korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) dan TKI bermasalah, serta tiga orang anak-anak telah difasilitasi kepulangannya ke Tanah Air oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur, Malaysia. "Para korban tersebut akan dipulangkan ke Indonesia hari Kamis (23/1)," demikian keterangan pers KBRI Kuala Lumpur yang diterima ANTARA, Rabu. Para korban itu terdiri dari 23 orang korban TPPO dan 10 orang TKI bermasalah beserta tiga orang anak-anak. Ke-23 WNI korban TPPO itu merupakan sebagian dari 40 orang WNI yang terjaring razia oleh Unit Anti Pemerdagangan Orang (ATIP) Poli Diraja Malaysia (PDRM) Bukit Aman pada tanggal 30 Oktober 2013 di tiga hotel berlokasi di Bandar Klang, Selangor. Dalam hal ini, Satgas Citizen Services KBRI KL telah mengunjungi para korban TPPO tersebut pada 1 November 2013 di Rumah Perlindungan Khas Wanita (RPKW) Kuala Lumpur. Dari keterangan petugas penyidik, ke-23 WNI tersebut telah selesai diambil keterangannya, baik oleh polisi maupun pengadilan sehingga sudah dapat dipulangkan ke Indonesia. Sedangkan 17 WNI lainnya masih diperlukan dalam persidangan sehingga belum dapat dipulangkan ke Indonesia. Selanjutnya, 10 TKI bermasalah ditampung di Penampungan sementara KBRI KL. Permasalahan mereka antara lain gaji tidak dibayar, tidak betah kerja, dan ditelantarkan suami. Setibanya di Tanah Air, melalui Kementerian Luar Negeri, 23 korban TPPO akan diserahkan ke Bareskrim untuk tindak lanjut penanganan terhadap para pelaku di Indonesia. Pemulangan mereka ke daerah masing-masing akan dilakukan oleh kementerian sosial, namun untuk 9 orang WNI bermasalah akan diserahkan kepada BNP2TKI untuk penangan kasus ketenagakerjaan dan juga pemulangan mereka ke kampung halamannya. Khusus untuk seorang WNI dan tiga orang anaknya yang ditelantarkan suami akan diserahkan ke Rumah Perlindungan Sosial Anak Kementerian Sosial untuk memperoleh penanganan rehabilitasi mereka dan pemulangannya. Dengan dipulangkannya para WNI/TKI tersebut, sejak 1 Januari 2014 KBRI Kuala Lumpur telah memfasilitasi dan memulangkan sebanyak 47 WNI/TKI dan tiga orang anak ke Indonesia.(*) Editor: Ruslan Burhani

Ratusan TKI Ilegal terjaring Razia di Malaysia

Target Malaysia mendeportasi hampir 300 ribu pekerja asing ilegal.

Pekerja TKI ilegal Indonesia ditangkap pihak berwenang polisi Malaysia.
VIVAnews - Kepolisian Diraja Malaysia pada Selasa dini hari, 21 Januari 2014, mulai menggelar operasi penertiban pendatang asing tanpa izin (PATI). Dari operasi tersebut, sebanyak 695 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal yang ikut terjaring. Hal itu diungkap Pejabat Konsuler dan Ketua Satuan Tugas Perlindungan WNI KBRI Kuala Lumpur, Dino Wahyudin, yang dihubungi VIVAnews melalui sambungan telepon, Rabu 22 Januari 2014. Menurut Dino, Polisi Diraja Malaysia memiliki target untuk mendeportasi 292.941 pekerja asing ilegal yang masih bermukim di Negeri Jiran. Dari jumlah itu, 127 ribu di antaranya merupakan TKI ilegal. Data itu diperolehnya dari Direktur Jenderal Imigrasi Malaysia tanggal 16 Januari 2014 kemarin. Dino mengatakan pekerja asing termasuk TKI disebut ilegal lantaran mereka telah menyalahi aturan imigrasi seperti tinggal melebihi batas waktu (overstayer) , tinggal di Malaysia tanpa dokumen dan overstayer, serta terlibat tindak kriminal. Selain itu, para TKI ini juga tidak memiliki izin kerja, lantaran tidak memiliki majikan tetap. "Mereka yang tidak memiliki majikan tetap ini biasanya bekerja di kilang, konstruksi dan perkebunan. Sesuai aturan yang berlaku di sini, setiap orang asing harus memiliki majikan tetap. Nah, selama operasi ini apabila para TKI terbukti masih memiliki majikan, maka mereka masih diizinkan untuk bekerja di Malaysia," ujar Dino. Dia menyebut setelah ratusan TKI itu terjaring, mereka tidak lantas dipulangkan ke Indonesia. "Mereka akan menjalani proses pemeriksaan terlebih dahulu. Mahkamah lah nanti yang memutuskan apakah TKI ini bisa langsung dideportasi atau menjalani hukuman lebih dulu. Jenis hukumannya pun bervariasi, tergantung jenis aturan yang dilanggar," katanya. Artinya, lanjut Dino, semakin kecil jenis kesalahan yang diperbuat, maka dia bisa langsung dipulangkan ke Indonesia. Setelah dideportasi, ujar Dino, ada juga Warga Negara Indonesia (WNI) yang dilarang masuk sementara ke Malaysia, lantaran masih tercatat melanggar aturan hukum di sana. "Bahkan, ada yang dimasukkan ke dalam daftar hitam. Otomatis mereka tidak diizinkan kembali ke sana maksimal selama lima tahun," kata dia. Dino mengatakan operasi ini merupakan bagian dari program 6P yaitu pendaftaran, pemutihan, pengampunan, pemantauan, penguatkuasaan/operasi dan pengusiran. Kini, Kementerian Dalam Negeri Malaysia melancarkan 2P terakhir yaitu operasi dan pengusiran. Operasi ini akan terus digelar hingga semua pekerja asing ilegal terjaring. Dino menyebut, setiap majikan telah diberikan kesempatan untuk mengurus dokumen izin kerja bagi pekerja asing sejak tanggal 19 Oktober 2013 hingga 20 Januari 2014. Dino turut menyampaikan, tujuan dari digelarnya operasi tersebut oleh Kemendagri, lantaran di Negeri Jiran angka kejahatan kian meningkat dan tingkat pengangguran di sana pun kian bertambah. "Angka kejahatan bertambah di Malaysia, karena disinyalir bersumber dari pekerja asing," kata dia. Namun, dia mengatakan, akan ada efek ekonomi yang dirasakan setelah pekerja asing itu menghilang dari Malaysia. Dua bidang yang diprediksi paling terasa, ujar Dino, yaitu konstruksi dan ladang. (umi) © VIVA.co.id

Wednesday, January 22, 2014

Pemerhati: TKI Bermasalah, Tanggung Jawab PJTKI


KBRN, Mataram : Kalangan Pemerhati ketenagakerjaan menilai, Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) menjadi pihak yang paling bertanggung jawab terhadap setiap permasalahan yang dihadapi para tenaga kerja diluar negeri.
Hal itu dikemukakan Pemerhati Ketenagakerjaan, Haji Muhammad Nur Said Kasdiono, Rabu (22/1/2014) menanggapi kasus meninggalnya 3 orang TKI asal NTB beberapa hari lalu.
Ia mengatakan, sebagian besar permasalahan yang dihadapi TKI diluar negeri disebabkan oleh kesalahan prosedur sebelum pemberangkatan. Apalagi, ketiga tenaga kerja yang meninggal itu diduga menggunakan Paspor pelancong yang tidak diperbolehkan bagi para TKI.
“Siapa lagi yang harus bertanggung jawab kalau bukan PJTKInya, karena pasti ada beberapa tahapan yang dilewatkan dalam system pengiriman tenaga kerja. Apalagi diketahui TKI yang meninggal itu menggunakan paspor pelancong,” tandasnya.
Kasdiono mengatakan, sejumlah PJTKI masih mengambil jalan pintas, khususnya dalam proses pengurusan persayaratan calon TKI. Akibatnya, beberapa tahapan ditinggalkan oleh pengerah tenaga kerja dan lebih mementingkan keuntungan dari para calon TKI.
Padahal menurut Kasdiono, PJTKI tidak hanya memiliki tanggung jawab penempatan kerja tetapi juga harus mengedepankan tanggung jawab sosial kepada para TKI yang diberangkatkan.
“Hasil survey menyebutkan sekitar 80 persen permasalahan TKI diluar negeri disebabkan oleh minimnya persiapan dan pembinaan Pra pemberangkatan. Solusinya, pemerintah, PJTKI dan pihak-pihak yang terkait harus kembali duduk bersama membahas ini,” ujarnya. (A Yani/WDA)
rri.co.id/index.php/berita/87102/Pemerhati-TKI-Bermasalah-Tanggung-Jawab-PJTKI#.Ut8x8R5NxfE.twitter

Setahun, Polisi Malaysia Tembak 21 TKI


TEMPO.CO,Jakarta- Periode Maret 2012-Januari 2014, setidaknya sudah lima kali terjadi kasus penembakan terhadap tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia. Dari kelima kasus tersebut, total sudah 21 orang yang tewas. Itu pun sudah termasuk kasus terbaru yang terjadi pada 11 Januari lalu. Di mana sebanyak tiga orang TKI asal Lombok NTT tewas ketika Polisi Diraja Malaysia sedang melakukan razia di Ulu Tikam, Malaysia.
Berikut beberapa kasus kejadian penembakan yang dilakukan oleh Polisi Malaysia terhadap TKI selama setahun terakhir:
24 Maret 2012:
Tiga orang TKI asal NTB tewas ditembak polisi Diraja Malaysia di daerah Port Dickson. Mereka dituduh hendak mencuri timah dan dianggap berbahaya karena membawa parang.
TKI yang tewas:
- Herman asal Desa Pancor Kopong, Kecamatan Pringgasela Selatan.
- Abdul Kadir Jaelani asal Desa Pancor Kopong, Kecamatan Pringgasela Selatan.
- Mad Noon asal Desa Pengadangan, Kecamatan Pringgasela.
19 Juni 2012:
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Malaysia menerima informasi dari Interpol Malaysia ihwal tewasnya tiga TKI di Malaysia. Ketiganya diduga hendak merampok rumah dan sebelumnya terjadi kejar-kejaran dengan polisi sebelum akhirnya tewas ditembak
TKI tewas:
- Sumardiono, 34 tahun, asal Lumajang.
- Masudi, 28 tahun, asal Bangkalan.
- Hasbullah, 25 tahun, asal daerah belum diketahui.
7 September 2012:
Lima warga negara Indonesia yang menjadi pekerja di perkebunan kelapa sawit di negara Malaysia tewas ditembak. Polisi diduga menembak kelima orang WNI karena dituduh melakukan perampokan di Ipoh Perak, Pulau Pinang, Malaysia. Namun, Fitria yang juga istri salah satu korban, Osnan, menduga organ tubuh korban telah diambil untuk diperjualbelikan.
TKI tewas:
- Osnan
- Hamid
- Diden
- Noh
- Joni
9 Oktober 2013:
Tiga orang TKI tewas ditembak karena merampok nasabah bank. Ketiganya ditembak saat kabur dari aksi perampokan. Penembakan terjadi di Gerbang Tol Sentul, Selangor. Jenazah ketiga TKI dipulangkan ke kampung halaman di Jambi pada Sabtu, 12 Oktober 2013.
TKI tewas:
- Hendra Razak
- Acun Risky Saputra
- Muhammad Anuar
11 Oktober 2013:
Empat orang TKI tewas ditembak Polisi Malaysia di kawasan Ampang Hilir, Selangor, karena dituduh melakukan perampokan di rumah salah satu pejabat di kawasan Bukit Internasional, Hulu Kelang, Kuala Lumpur. Jenazah keempatnya tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Rabu, 16 Oktober 2013, pukul 10.20 WIB, untuk kemudian langsung diberangkatkan ke Mataram
TKI tewas:
- Haffat, 44 tahun
- Knoriansah, 25 tahun
- Hery Setiawan, 32 tahun
- Wahyudi, 27 tahun
11 Januari 2014:
Tiga orang TKI asal Lombok NTT tewas ditembak oleh Polisi Diraja Malaysia. Ketiganya bekerja di sektor konstruksi dan perkebunan. Berdasarkan keterangan dari Kepala Fungsi Konsuler Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Johor Baru Malaysia, Sri Nirmala, ketiga TKI itu menyerang polisi dengan mengarahkan tembakan dengan pistol dan dua lainnya dengan parang ketika polisi sedang melakukan razia di Ulu Tikam, Johor Baru
TKI tewas:
- Wahab, 30 tahun
- Sudarsono, 30 tahun
- Gusti Randa, 35 tahun.
Driyan | PDAT
m.tempo.co/read/news/2014/01/22/173547290/Setahun-Polisi-Malaysia-Tembak-21-TKI

TKI Simbar Cluring Banyuwangi Meninggal Di Taiwan


BANYUWANGI,BALIPOST,com- Satu lagi berita duka datang dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Banyuwangi, Jawa Timur. Kali ini menimpa, Agus Hariyanto, warga Desa Simbar Tampo, Kecamatan Cluring. TKI yang sudah empat tahun lebih merantau di Taiwan ini dikabarkan meninggal dunia karena sakit. “Infonya dia meninggal karena sakit,” kata Nia (25) salah satu TKI lain, rekan mendiang via seluler pada Balipost, Rabu (22/1). Hingga berita ini disiarkan, jasad suami dari Dina ini masih berada di Taiwan.
Mariyatul Kibtiyah, petugas Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Banyuwangi, saat dikonfirmasi Balipost, membenarkan berita duka ini. “Jasadnya rencananya akan dikirim pada 24 Januari besok,” katanya. Belum ada keterangan resmi dari pihak Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Banyuwangi, mengenai penyebab pasti kematian pejuang devisa ini. (bon)

Editor: Dira Arsana, Wayan
By: http://portal.balipost.com/2014/01/22/tki-banyuwangi-meninggal-di-taiwan.html

Malaysia mulai razia Naker besar-besaran


Buruh migran yang ditangkap tanpa dokumen akan dipenjara dan dipulangkan.
Kementrian Dalam Negeri Malaysia memulai razia tenaga kerja ilegal besar-besaran untuk memulangkan ratusan ribu buruh migran tanpa dokumen ke negara asalnya.
Negeri ini menarik jutaan tenaga kerja dari berbagai negara di Asia, terutama Indonesia, Bangladesh dan Nepal.
Seperti dilaporkan wartawan BBC di Kuala Lumpur, Jennifer Pak, berbagai upaya untuk memulangkan tenaga kerja ilegal dari negara itu sebelumnya dianggap tak efektif.
Kali ini diterjunkan sekitar 10.000 aparat yang langsung datang ke lokasi-lokasi pembangunan gedung serta akan memburu pula majikan yang mempekerjakan para buruh migran ilegal ini.
Dalam sebuah liputan langsung mengikuti jalannya razia, wartawan BBC Jennifer Pak melaporkan dari Selangor ketika aparat memasuki sebuah lokasi pembangunan gedung dan memagarinya dengan petugas agar tidak ada buruh migran ilegal yang bisa kabur.
Tengah malam saat para pekerja sedang tidur lelap mereka dibangunkan dengan paksa. Sebagian nampak sangat kaget dan hanya mengenakan pakaian dalam seadanya.

Indonesia menjadi negara pengirim tenaga kerja terbesar ke Malaysia.
Para pekerja lalu dipisahkan dalam dua barisan, pekerja yang punya dokumen resmi dan sudah diperiksa duduk di belakang bagian kanan.
Pada pergelangan tangan mereka dicap tulisan 'OK' dengan tinta permanen.

Tuesday, January 21, 2014

Tiga anak asal Lombok telantar di Batam

Batam (ANTARA News) - Tiga bocah asal Lombok, Nusa Tenggara Barat, bersama Farida (31) ibu mereka, ditampung di Rumah Singgah Dinas Sosial Kota Batam, karena sudah satu setengah bulan hidup telantar di Tanjungpinang dan Batam, Kepulauan Riau.
"Suami saya warga negara Malaysia. Kami menikah saat saya masih berada di Malaysia. Dari pernikahan itu kami dikaruniai tiga anak. Namun sejak saya pulang ke Lombok pada pertengahan 2012 sampai sekarang, saya belum bertemu suami saya," kata Farida yang mengaku beralamat di Sandubaya, Peringgabaya, Pelabuhan Lombok, Sanubai Barat, Lombok saat berada di Rumah Singgah Dinsos Batam, Selasa.
Ketiga bocah itu masing-masing Daniel, Muhammad Doni, dan Arief. Mereka dibawa Farida ke Tanjungpinang untuk mencari suami yang juga ayah dari anak-anaknya itu.
Ia mengatakan berangkat dari Lombok sekitar satu setengah bulan lalu beserta tiga anak laki-lakinya yang masing-masing berusia lima tahun, dua tahun, dan enam bulan untuk mencari suaminya ynag bernama Muhammad Kamal yang tengah bekerja di Tanjungpinang.
"Saya naik kapal Pelni tujuan Tanjungpinang. Perjalanan Sekitar satu minggu. Namun saat saya sampai, suami saya sudah kembali ke Malaysia, pekerjaan di Tanjungpinang sudah selesai. Saya nekat, karena sejak saya pulang ke Lombok tidak lagi diberi nafkah oleh suami saya. Sementara anak ada tiga," kata dia.
Ia mengatakan, tidak mampu mengurusi anak-anaknya dan memberanikan diri ke Tanjungpinang setelah sebelumnya sudah menghubungi suaminya dan berjanji bertemu.
"Suami saya ikut majikannya bekerja di Batu 10 Tanjungpinang. Namun dua hari sebelum saya sampai dia sudah kembali ke Malaysia," kata dia.
Farida mengatakan, suaminya meninggalkan nomor telepon pada seorang yang tinggal pada ruko berdampingan dengan tempat kerja suaminya.
"Orang itu memberikan nomor telepon yang ditinggalkan suami saya. Saat saya hubungi aktif, dan dia mengatakan akan mengirim uang untuk biaya ketiga anaknya. Namun sampai sekarang tidak ada uang yang dikirim," kata Farida.
Setelah itu, kata dia, ia sempat satu minggu di Tanjungpinang sebelum akhirnya memutuskan untuk ke Batam dengan kapal feri tujuan Pelabuhan Telaga Punggur.
"Sampai Punggur, karena saya bersama tiga anak yang masih kecil. Tas saya berisi uang, telepon gengam, dan dokumen penting lainnya hilang. Entah dicuri atau tertinggal di kapal," kata dia.(*)
Editor: Ruslan Burhani
ANTARA NEWS

Ini yang Ditanyakan Polisi Hong Kong Soal TKW Erwiana

Polisi Hong Kong juga meminta keterangan dari pihak-pihak tekait

Erwiana Sulistyaningsih, TKI yang disiksa di Hong Kong
_______
VIVAnews- Tim dari Hong Kong mulai memintai keterangan tenaga kerja wanita Erwiana Sulistyaningsih, yang kini tengah dirawat di RS Islam Amal Sehat, Sragen pada Selasa, 21 Januari 2014. Keterangan yang ditanyakan polisi Hong Kong umumnya menyangkut kronologi kejadian yang dialami oleh perempuan asal Ngawi tersebut.
Hal itu diungkap oleh Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kemenlu, Tatang Budi Utama Razak, yang dihubungiVIVAnewspada Selasa ini melalui sambungan telepon. Tatang mengungkapkan selain meminta keterangan dari Erwiana, polisi turut menanyakan PT Graha Ayu Karsa, sebagai agen yang memberangkatkan perempuan berusia 23 tahun itu ke Hong Kong.
"Selain itu, polisi Hong Kong turut meminta keterangan dari pihak-pihak tekait seperti misalnya keluarga," ujar Tatang.
Dia menambahkan proses penyelidikan di Indonesia masih akan berlangsung hingga hari Rabu, 22 Januari 2014. Setelah semua keterangan dan bukti terkumpul, lanjut Tatang, maka tim dari Hong Kong akan segera kembali ke negaranya.
"Nanti di sana, mereka akan mengkroscek semua keterangan yang disampaikan oleh pihak lain di Hong Kong," katanya.
Menurut laporan Harian Hong Kong, South China Morning Post, saat dimintai keterangan Erwiana berada dalam kondisi yang tenang dan tidak menunjukkan tanda-tanda stres. Dia juga menjawab pertanyaan dari tim penyidik Hong Kong secara berhati-hati.
Tim penyidik dari Indonesia yang diketuai oleh Dani Hamdani, mengatakan agen PJTKI yang memberangkatkan Erwiana akan dimintai keterangan pada hari Rabu esok. Mereka bersedia datang ke Sragen dari kantor pusatnya yang berada di Tangerang.
"Agennya telah setuju untuk datang dan kami akan memintai keterangan mereka di kantor polisi setempat pada Selasa besok. Mereka akan berbicara kepada polisi Indonesia. Kemudian polisi Hong Kong akan menanyakan pertanyaan tambahan," ujar Dani.
© VIVA.co.id

Pengusaha Muda Saudi Biayai Pernikahan TKI

BURAIDAH (gemaislam)– Seorang pengusaha Buraidah, Arab Saudi, Rashid Al-Shallash membiayai pernikahan seorang tenaga kerja asal Indonesia (TKI), Solikin Abu Ahmad. Bahkan, mobil pribadi Al-Shallash juga diberikan kepada Solikin sebagai hadiah pernikahan.Solikin yang sehari-harinya bekerja sebagai sopir Shallash, menikahi wanita yang juga bekerja sebagai pembantu rumah tangga pengusaha tersebut. Selain membiayai pernikahan dan kado sebuah mobil, pengusaha muda itu juga membayar gaji selama satu tahun kepada Solikin. Al-Shallash juga bahkan memberi jaminan hadiah kepada istri Solikin.Acara pernikahan itu digelar di Kota Buraidah dengan tradisi Arab Saudi. Pengusaha tersebut mengundang sejumlah tokoh masyarakat setempat, termasuk seorang ulama terkenal, Syeikh Salman Al-Audah, demikian seperti dikutip arabnews, Senin (20/1)."Ini adalah sikap terpuji yang hendaknya diikuti warga lainnya yang mempekerjakan warga asing," kata Syaikh Al-Audah.Syeikh Salman Al-Audah memuji sikap pengusaha tersebut yang telah memfasilitasi pernikahan pembantunya asal Indonesia. Selain itu, Syeikh Salman Audah juga tak henti menganjurkan warga setempat untuk memperlakukan para pekerja asing secara baik-baik.Selain Syaikh Salman Al-Audah, turut hadir juga beberapa praktisi pendidikan dalam acara pernikahan tersebut, salah satunya Dr Abdel Ilah Saaty, Dekan Institut Bisnis di Rabihg."Saya sangat gembira mendengar berita ini. Ini adalah sunnah (ajaran) Rosulullohshollallohu ‘alaihi wasallamyang patut diteladani," ujar Dr Abdel Ilah Saaty,. (arc) By http://gemaislam.com/berita/arab-news/1889-pengusaha-muda-saudi-biayai-pernikahan- tki

SBY Minta Erwiana Tak Takut Ungkap Kasusnya ke Polisi Hong Kong

"Jelaskan supaya yang salah diberi sanksi, tidak boleh seperti itu."

Erwiana↑ Sulistyaningsih, TKI yang disiksa di Hong Kong
_______
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berbicara langsung dengan Erwiana Sulistyaningsih, tenaga kerja wanita asal Indonesia yang dianiaya majikannya selama bekerja di Hong Kong, melalui sambungan telepon di kantornya, Selasa 21 Januari 2014.
Suara Erwiana sangat pelan bahkan nyaris tak terdengar saat berbincang dengan SBY, dikarenakan kondisinya yang masih lemah. Saat ini, TKW berusia 23 tahun itu masih dirawat di Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen, Jawa Tengah.
"Saya senang bisa bicara dengan Erwiana. Percayalah hukum akan ditegakkan, keadilan akan ditegakkan. Dan yang penting Erwiana kita bantu pengobatannya,Insya Allahsembuh seperti sediakala. Dan nanti bisa melanjutkan aktivitasnya apapun pekerjaanya," kata SBY.
SBY sempat menanyakan kondisi Erwiana, namun jawaban dari Erwiana sulit terdengar. Kemudian, ia berpesan kepada Erwiana untuk tidak takut saat dimintai keterangan oleh polisi Hong Kong terkait kasus penganiayaan yang dialaminya.
"Ya sekali lagi saya sampaikan prihatin. Nanti kalau ditanyai polisi Hongkong jelaskan apa adanya. Jelaskan supaya yang salah diberi sanksi, tidak boleh seperti itu. Tabah, ini cobaan. Percayalah Allah itu Maha Adil. Dan kalau sudah sembuh, nanti bisa berpikir lagi kedepan," ucapnya.
Kepada Erwiana, SBY memberikan bantuan berupa dana pengobatan. SBY berpesan agar bantuan itu digunakan Erwiana dengan baik dan diutamakan untuk pengobatannya.
"Mudah-mudahan Allah melindungi keluarga Erwiana dan Pak Rahmat (ayah Erwiana). Semoga cepat pulih. Salam dari Bu Ani," tuturnya.
Erwiana merupakan TKI yang dianiaya oleh majikannya, Law Wan Tung, selama delapan bulan. Sumber Kepolisian Hong Kong mengungkapkan bahwa mantan majikan yang menyiksa Erwiana Sulistyaningsih, telah ditahan.
Perempuan berusia 44 tahun dan memiliki nama keluarga Lo itu ditahan saat sedang menunggu di ruang tunggu Bandara Chek Lap Kok, Hong Kong.
Harian Hong Kong,South China Morning Post, Senin 20 Januari 2014 melansir Lo dicegat oleh petugas imigrasi ketika dia akan naik pesawat menuju ke Thailand sore tadi.
Menurut seorang sumber itu lagi, Lo ditahan sekitar pukul 15:00 waktu setempat, karena adanya laporan dari pramuwisma lainnya yang juga pernah disiksa perempuan itu. ( Baca: Sebelum Erwiana, Majikan Juga Pernah Siksa TKI Lainnya) (umi)
by © VIVA.co.id

Taipei: TKW Asal Lampung Meninggal Karena Kecelakaan



By Erna Purwatiningsih

Inna lillahi Wa Inna Ilaihirojiun
Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali.
Turut berduka cita dan belasungkawa yang sedalam dalamnya atas meninggalnya saudari Hermayani BMI asal Ds.Raja Basa Lama 02/06
Kec.Labuhan Ratu
Kab.Lampung Timur.
Semoga Allah SWT memberikan tempat yang terbaik bagi almarhumah Hermayani,mengampuni segala dosa dan kesalahanya,menerima segala amal ibadahnya.
Dan semoga Allah SWT memberikan kesabaran,ketabahan,keikhlasandan keimanan yang kuat bagi keluarga dan sahabat yang di tinggalkan.
Aamiin ya Robbal'alaamiin.
Almarhumah Hermayani suami dari bp Agus Susilo meninggal karena kecelakaan tertabrak sepeda motor pada hari minggu tgl 19 Januari -+ jam 03:00 dini hari di Taipei New City Sanchong, ketika hendak membelikan sarapan pagi untuk majikan.
Almarhum meninggalkan suami tercinta dan 1 putri (3 setengah th),semoga anaknya kelak menjadi anak yang sholehah,berbakti kepada orang tua,agama dan bangsa.Aamiin.
Ing young pan lau pan mai cau chan sang ming.
Ching hau pheng you men cui anchien...
Ching lu sang siau sin
Sumber https://m.facebook.com/photo.php?fbid=761201257223580&id=100000011379045&set=a.306277559382621.87688.100000011379045&refid=7&_ft_=qid.5971206437696683034%3Amf_story_key.5631263815206237376

Monday, January 20, 2014

Dari 1.200 TKI Asal Banyuwangi di Malaysia, 80 Persen Ilegal

BANYUWANGI, KOMPAS.com — Dari 1.200 lebih tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Banyuwangi yang bekerja di Malaysia, sekitar 80 persen ilegal dan tidak memiliki dokumen resmi.
"Mereka kebanyakan bekerja di sektor perkebunan dan masuk ke Malaysia dengan menggunakan paspor kunjungan wisata. Jarang sekali ada yang menggunakan jalur resmi," kata Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Banyuwangi Muhammad Kadir, Senin (20/1/2014).
"Biasanya perekrutan besar-besaran tenaga kerja Indonesia, terutama laki-laki, ketika musim panen kelapa sawit. Namun ketika musim panen selesai, biasanya akan adasweepingbesar-besaran terhadap tenaga kerja untuk dideportasi," sambung dia.
Menurut Kadir, hal itu menjadi siklus rutin yang sekaligus menunjukkan kelemahan pemerintah untuk melindungi hak warga negara. Kelemahan ini terutama untuk masalah administrasi karena mayoritas pekerja menggunakan "jalur tikus".
"Mereka menggunakan visa kunjungan, kemudian mencari izin kerja, kemudian tinggal di Malaysia," ujarnya.
Kadir menjelaskan, jumlah terbanyak tenaga kerja tersebut adalah laki-laki, berasal dari wilayah Banyuwangi selatan, seperti Kecamatan Bangorejo, Purwoharjo, dan Tegalsari.
Alam Sudrajat, Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Banyuwangi, juga mengakui bahwa banyak TKI asal Banyuwangi yang ilegal di Malaysia. "Tapi trennya tiap tahun terus menurun karena kami sering sekali memberikan sosialiasi kepada masyarakat mengenai bagaimana prosedur menjadi tenaga kerja Indonesia yang legal. Terlihat juga, jumlah tenaga kerja yang berangkat dari PT yang terdaftar pun bertambah," ungkapnya.
Penulis: Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati
Editor: Glori K. Wadrianto
By http://regional.kompas.com/read/2014/01/20/1141247/Dari.1.200.TKI.Asal.Banyuwangi.di.Malaysia.80.Persen.Ilegal

Majikan TKI Erwiana ditangkap di Bandara Hong Kong


Ribuan pembantu rumah tangga di Hong Kong berunjuk rasa pekan lalu
_______
Aparat Hong Kong menangkap perempuan yang diyakini sebagai majikan TKI Erwiana Sulistyaningsih di Bandara Hong Kong, Senin (20/01), seperti dilaporkan media setempat.
Perempuan yang diketahui bermarga Law itu dicokok saat hendak melewati pemeriksaan imigrasi. Ia memegang tiket pesawat tujuan Bangkok, Thailand.
Menurut laporan televisi RTHK Chinese dan TVB News, tim detektif Hong Kong dan penyidik Departemen Tenaga Kerja sedang dalam perjalanan ke Sragen, Jawa Tengah, untuk meminta pernyataan dari Erwiana.
TKI berusia 23 tahun itu masih dirawat di rumah sakit karena luka-luka parah akibat dugaan penyiksaan yang dideritanya.
Wartawan BBC di Hong Kong, Martin Yip, melaporkan aparat kepolisian akan melakukan konferensi pers mengenai penangkapan itu pada pukul 19:00 waktu setempat (18:00 WIB).
Ada korban lain
Pekan lalu, ribuan pekerja domestik dari Indonesia dan negara-negara Asia lain di Hong Kong berunjuk rasauntuk memprotes dugaan tindakan brutal terhadap kolega mereka itu.
Sementara itu, kelompok pegiat hak-hak pekerja domestik di Hong Kong menyatakan bahwa dua orang pembantu rumah tangga lain juga pernah disiksa oleh majikan Erwiana.
Satu diantaranya melaporkan penyiksaan itu kepada polisi pada hari Minggu.
Ada 300 ribu pembantu rumah tangga yang bekerja di pulau itu, sebagian besar berasal dari Indonesia dan Filipina.

Ribuan Gadis Brebes Nekat Jadi TKI Pemerintah Diminta Sediakan Lapangan Kerja

BREBES, SATELITPOST-Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Brebes mengaku tak mampu mencegah ribuan gadis belia nekat bekerja di luar negeri. Padahal, kenekatan tersebut kerap berujung pada kasus penipuan dan tindak kejahatan perdagangan manusia.
“Banyaknya kasus kekerasan yang terungkap tidak secara otomatis membuat ribuan gadis lainnya kapok,” kata Dra Rini Pujiastuti, Kabid Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Brebes.
Menurut Rini, kenekatan ribuan gadis asal Brebes tersebut lebih ditentukan karena minimnya kesadaran dan faktor ekonomi masyarakat setempat. Mereka, kata Rini, gadis-gadis dengan tingkat pendidikan SMP seolah memiliki misi suci untuk bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT) di luar negeri dengan harapan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga di desa.
Menurut Rini, persoalan ini tidak bisa diselesaikan hanya oleh pihak PPA semata. Dia berharap ada kerjasama antara pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat agar gadis-gadis asal Brebes untuk ke luar negeri bisa dihentikan. Semua pihak juga sudah saatnya mengawasi berbagai iklan lowongan kerja ke luar negeri dan mencegah para mafia penjual gadis berkeliaran di desa-desa pelosok Brebes.
“Kami selama ini hanya bisa penanganan, itu pun hanya ketika ada kasus penjualan manusia terungkap,” kata Rini.
Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Korban kekerasan Tiara, Dra Hj Aqilatul Munawaroh MPd, mempertanyakan komitmen pemerintah daerah dalam membuka lapangan kerja kepada warganya. Bagi dia, selama peluang kerja di daerah masih sangat minim, selama itu juga ribuan gadis-gadis belia tetap nekat menyabung nyawa menjadi TKI di luar negeri.
Sampai kapan pun, lanjut Aqilah, menjadi TKI tetap memiliki daya tarik tersendiri. Sebab, kata dia, banyak juga ternyata TKI asal Brebes yang sukses di Malaysia, Singapura, dan Arab Saudi. Ketika pulang dari luar negeri, mereka bisa membangun rumah besar dan membeli sawah untuk orang tua di desa. Kesuksesan mereka kemudian mendorong ribuan gadis belia lainnya untuk melakukan hal yang sama.
“Tapi mereka juga meninggalkan dampak sosial yang tidak sedikit. Misalnya, uang hasil bekerja di luar negeri ternyata dihambur-hamburkan oleh anggota keluarga lainnya,” ujar Aqilah.
Sementara itu, Sri Wahyuni, kakak kandung AR, seorang gadis korban perdagangan manusia asal Brebes, mengakui pihak keluarga sebelumnya tidak mampu membendung kenekatan adiknya untuk bisa berangkat ke Singapura. Selain demi ekonimi keluarga, gaji tinggi sebagai PRT di Singapura juga menjadi daya tarik tersendiri. Akhirnya, kata dia, meski khawatir keluarga tetap merelakan adiknya dibawa mafia penjual manusia.( pranstiyanto_agust@yahoo.co.i d
Short URL: http://satelitnews.co/?p=40962

Remaja 17 Tahun Retas 70 Juta Kartu Kredit



TEXAS- Sebanyak 70 juta data kartu kredit dilaporkan dicuri pada akhir tahun lalumelalui peretasan toko-toko department store. Kabar terbaru menyebutkan, hasil penyidikan mengindikasi sang peretas adalah seorang remaja.
Hasil investigasi menyebutkan serangan berasal dari Eropa bagian timur, yakni Rusia. Perusahaan sistem keamanan, IntelCrawler, mengungkapkan orang yang melakukan serangan ini adalah remaja berusia 17 tahun asal Rusia, di St.Petersburg. Hacker tersebut selama ini dikenal sebagai programer hacking tools yang telah membuat 60 piranti lunak untuk memudahkan peretasan.
Berdasarkan penyidikan yang dilakukan, sebagaimana dilansirUbergizmo, Senin (20/1/2014), serangan berasal dari Malware yang ditanamkan pada sistem dan kemudian mengumpulkan 70 juta informasi pelanggan.
Berdasarkan laporan yang diberitakan sebelumnya, ada tiga ritel department store berbeda yang diretas dan dicuri data kartu kredit pelanggannya. Dua diantaranya adalah department store barang mewah, Neiman Marcus, dan department store Target. Jika ditotal, ada 70 juta informasi pelanggan yang dicuri.

Sunday, January 19, 2014

Migrant Care Kecam Penembakan atas 3 TKI oleh Polisi Malaysia

Polisi Diraja Malaysia menduga 3 WNI itu sebagai pelaku perampokan

Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah
Aries Setiawan, Marlina Irdayanti| Minggu, 19 Januari 2014, 21:48 WIB
_______
VIVAnews -Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pemerhati Tenaga Kerja Indonesia, Migrant Care, mengecam ulah Polisi Diraja Malaysia yang, lagi-lagi, menembak mati TKI. Mereka dicurigai sebagai pelaku kriminal.
Direktur Eksekutif Migrant Care, Anis Hidayah, dalam keterangannya Minggu 19 Januari 2014, menuturkan aksi penembakan atas tiga WNI asal Lombok ini menambah rentetan panjang jumlah TKI yang menjadi korban mati polisi Diraja Malaysia sejak tahun 2007. Sayangnya, hingga kini, kata ANis, tidak ada satupun dari 164 kasus yang tuntas secara hukum.
Kasus penembakan terbaru dialami Wahab (30 tahun), asal Dusun Lendang Tengah, Sudarsono (30 tahun) dan Gusti Randa (35 tahun), asal Dusun Teduh.
Anis menuturkan, berdasarkan informasi yang diterima oleh Fadil (saudara Gusti Randa) dari KJRI Johor Bahru yang dalam hal ini Meutya Hasan, menyatakan Polisi Diraja Malaysia melakukan penembakan kepada ketiga korban pada 11 Januari 2014, pukul 03.15 dinihari waktu Malaysia.
"Saat itu polisi sedang melakukan patroli di kawasan Johor Bahru setelah sehari sebelumnya terjadi perampokan di kawasan tersebut," kata Anis.
Ketiga korban yang saat itu berada di lokasi, diduga sebagai pelaku perampokan dan ditembak mati.
"Padahal ketiga TKI tersebut tidak melakukan apa-apa. Namun menurut informasi sepihak dari Polisi Diraja Malaysia, saat dilakukan patroli mereka melawan dengan senjata api dan parang,lalu dilakukan tembak mati," kata Anis.
Salah satu keluarga korban mengatakan, pihak keluarga baru mendapatkan kabar kematian korban sehari setelah penembakan. Informasi tersebut diperoleh melalui telepon dari saudara yang juga bekerja di Malaysia.
Jenazah ketiganya lalu dipulangkan ke Indonesia dan tiba di Lombok pada Jumat, 17 Januari 2014, pukul 22.00 WITA dan diantar oleh Meutya Hasan (KJRI Johor Bahru) dan Ifan Wadiat Sofian (Direktorat Perlindungan WNI & BHI Kemenlu).
Biaya Pemulangan
Ironisnya, kepulangan ketiga jenazah ini diurus oleh perusahaan pengurusan jenazah Al-Juzi Enterprise, yang mengharuskan pihak keluarga membayar Rp15 juta untuk setiap jenazah.
Untuk itu, Migrant Care mendesak pemerintah Indonesia untuk segera melakukan langkah-langkah hukum terkait penembakan tersebut. Salah satunya adalah dengan mengusut tuntas kasus tersebut melalui jalur hukum, mengurangi hubungan diplomatik dengan Malaysia, dan memenuhi hak-hak korban.
"Segera mengajukan nota protes diplomatik kepada pemerintah Malaysia dan kurangi hubungan diplomatik dengan Malaysia dengan menarik duta besar RI untuk Malaysia dan persona non grata duta besar Malaysia untuk RI," kata Anis.
Migrant Care juga mendesak pihak Malaysia untuk bertanggung jawab atas tragedi penembakan tersebut. "Hentikan membunuhi TKI yang bekerja di Malaysia," tegasnya. (ren)
© VIVA.co.id

Agen Perekrutan TKI Walfrida Tak Pernah Ajari Rawat Pasien Parkinson

Walfrida seharusnya dibantu orang lain untuk melakukan aktivitas rutin

TKI Wilfrida dan tempat asalnya di Nusa Tenggara Timur.
Siti Nuraisyah Dewi, Santi Dewi| Minggu, 19 Januari 2014, 22:37 WIB
_______
VIVAnews- Sidang terhadap kasus Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Belu, Nusa Tenggara Timur, Walfrida Soik kembali dilanjutkan pada Minggu, 19 Januari 2014. Dalam sidang yang dipimpin oleh Hakim Azmad Zaidi bin Ibrahim dengan Jaksa Penuntut Umum Puan Julia Ibrahim, Pengadilan memanggil empat saksi untuk dimintai keterangan ulang.
Informasi ini diperolehVIVAnewsdari siaran pers dari Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur yang dikirim pada Minggu ini.
Keempat saksi yang dihadirkan yaitu pemilik agensi pekerjaan (AP) Master yang menyalurkan Walfrida ke Kelantan, Teh Ying Heng, sepasang suami istri yang kali pertama menemukan Walfrida paska peristiwa pembunuhan, Mansor bin Sulaiman dan Hamidah binti Yahya, serta polisi penyidik kasus ini. Namun, polisi penyidik absen dalam sidang kali ini.
Informasi baru disampaikan oleh AP Master, Teh Ying Heng. Di hadapan Hakim, dia menjelaskan bahwa agen tidak meneliti secara memadai pekerjaan yang akan dibebankan kepada Walfrida.
Padahal agen itu mengetahui bahwa dalam keluarga calon majikan terdapat anggota keluarga yang mengalami sakit parkinson.
Sehingga, dalam mengerjakan pekerjaan tersebut, Walfrida seharusnya dibantu orang lain untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari. Selain itu, Walfrida hanya dilatih selama satu minggu untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dan tidak diberikan pelatihan untuk merawat orang sakit.
Teh Ying Heng berjanji akan memberikan data lengkap termasuk nomor kontak dari agensi atau orang penghubungnya di Indonesia, majikan Walfrida sebelumnya, dan majikan dari pembantu asal Kamboja yang digantikan perempuan asal Kabupaten Belu tersebut.
Tampak Tertekan
Sementara itu, suami istri yang kali pertama menemukan Walfrida mengatakan saat mereka mencoba berkomunikasi, Walfrida dalam keadaan tertekan dan menangis.
"Kedua saksi tidak melihat adanya tanda-tanda yang mencurigakan termasuk darah di pakaian yang dikenakan oleh Walfrida," tulis perwakilan KBRI.
Mansor mengetahui Walfrida terlibat kasus pembunuhan, dari komunikasi radio CB di mobilnya saat dalam perjalanan ke tempat kerja.
"Berdasarkan ciri-ciri pakaian yang dikenakan Walfrida, sesuai dengan laporan polisi. Saat itulah Mansor menghubungi Polsek Tok Uban," imbuh mereka.
Walfrida kemudian ditangkap 15 menit kemudian oleh polisi. Sidang akan kembali dilanjutkan pada tanggal 26 Januari 2014 mendatang.
Dalam sidang tersebut akan terdapat beberapa agenda di antaranya, penyampaian dokumen yang dijanjikan oleh agen tempat Walfrida disalurkan, polisi penyidik sebagai saksi, hasil pemeriksaan tulang serta kejiwaan Walfrida.
Menurut Pejabat Konsuler dan Ketua Satuan Tugas Perlindungan WNI KBRI Kuala Lumpur, Dino Wahyudin, yang pernah dihubungi VIVAnews beberapa waktu lalu, sidang akan rutin dilakukan setiap hari mulai tanggal 26-30 Januari 2014. (ren)
© VIVA.co.id

Majikan Erwiana Juga Pernah Siksa TKI Lain

Bunga mengaku bekerja di kediaman Law selama 10 bulan.

Unjuk rasa perlindungan TKI di Jakarta beberapa waktu lalu
_______
VIVAnews- Law Wan Tung, majikan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Hong Kong, Erwiana Sulistyaningsih, ternyata tidak hanya menyiksa perempuan berusia 23 tahun itu. Ada TKI lain bernama Bunga yang pernah bekerja di kediaman Law dan juga senasib dengan Erwiana.
Bunga turut dipukuli dan diancam akan dibunuh pada tahun 2010, ungkap harian Hong Kong,South China Morning Post (SCMP), akhir pekan kemarin. Bunga mengaku bekerja di kediaman Law selama 10 bulan.
"Pernah, satu ketika, majikan begitu marah. Lalu, dia menyeret saya hingga ke balkon dan mengancam akan melempar saya dari apartemennya. Dia membuat saya memohon agar dapat tetap hidup," ungkap Bunga.
Perempuan berusia 28 tahun itu melanjutkan, majikannya bisa memukul dia sesuka hati. "Tapi, saya kemudian berlutut dan memohon agar tidak membunuh saya karena saya masih memiliki seorang anak laki-laki," kata dia.
Dia mengatakan, tidak pernah diizinkan keluar dari apartemen majikannya. Bunga mengaku selalu dikunci dari dalam apartemen, apabila keluarga majikannya keluar.
Tidak cukup sampai di situ, lanjut Bunga. Mantan majikannya itu, juga mengancam akan membayar polisi Indonesia untuk membunuh seluruh keluarganya apabila dia buka suara soal tindak kekerasan yang dia alami.
"Pada akhirnya dia memang membantu saya untuk keluar dari pekerjaan ini dengan bekerja sama melalui agen," kata Bunga.
Sayangnya, agen tersebut memberikan syarat agar tidak memberikan dakwaan hukum terhadap majikannya itu.
Bunga beralasan, baru berani buka suara hampir empat tahun setelah kejadian, lantaran dia merasa sedih karena tidak dapat melakukan apa pun demi membantu Erwiana.
Demi membuktikan kesaksiannya itu, Bunga mengaku siap bekerja sama dengan polisi Hong Kong.
Ancaman Kematian
Menurut Ketua Jaringan Pekerja Migran Indonesia, Eni Lestari, Erwiana turut mendapat ancaman kematian. Dia tidak diizinkan meninggalkan apartemen dan sang majikan juga mengancam akan membunuh keluarganya, apabila Erwiana berani melapor soal perlakuan kejamnya.
Sementara Asosiasi Pekerja Migran Indonesia, Karsiwen, yang kini tengah membantu proses kasus Erwiana, mengatakan telah menunjuk pengacara di Indonesia dan Hong Kong.
"Mendengar kelanjutan kasusnya ini, Erwiana mengaku geram dan bertekad akan kembali ke Hong Kong untuk memberikan pelajaran bagi si majikan," ungkap Juru Bicara asosiasi itu, Karsiwen.
Menurut seorang sumber di kepolisian Hong Kong, mereka akan berencana berkunjung ke Sragen untuk memintai keterangan dari Erwiana.
Para polisi itu akan berangkat beberapa hari kemudian setelah bertemu polisi bagian kejahatan di Distrik Kwun Tong dan pejabat KJRI pada Rabu mendatang. (ren)
© VIVA.co.id

Percakapan Dengan Majikan Tentang Kasus Penyiksaan Erwiana



Seperti biasanya, jam
6.30 sore waktu Hong Kong adalah jam makan saya dengan Bobo (nenek). Jam 5.30 sore saya sudah mulai sibuk di dapur menyiapkan masakan. Karena kami makan hanya berdua, masakannya pun sangat simple, nasi, sayur dan lauk.
Jam 6.30 sore, di salah satu TV Hong Kong menyiarkan berita yang terjadi hari ini, selain berita tentang Hong Kong, juga berita dari luar negeri.
Hari ini jam makan kami lebih cepat dari biasanya. Berita masih berjalan 10 menit saya sudah ke dapur untuk mencuci mangkuk. Tiba-tiba Bobo memanggil saya,
Bobo: Ave... Ave, ko lei lah, ke sini maksudnya
Saya: Ada apa Bobo?
Bobo: Kamu duduk dulu, bentar ya, tunggu sebentar, aku pengen kamu lihat berita ini
Saya: Hoak. Jawab saya. Sebenarnya saya sudah bisa menebak, berita apa yang akan ditayangkan. Ya, tentang Erwiana, kawan kami, BMI Hong Kong yang dianiaya majikan sampai parah.
Bobo: Nah, lihat itu beritanya, kamu dengerin ya, aku pengen tanya sama kamu, bentar, biar selesai dulu beritanya.
Di televiai sedang menyiarkan berita tentang Erwiana. Foto majikan yang diburamkan, pernyataan menteri tenaga kerja Hong Kong, waktu demo ke agen Chans Asia dan KJRI, juga video warga lokal Hong Kong yang sedang membagikan selebaran ke orang-orang yang lalu lalang di depan pintu keluar MTR. Sepertinya ini selebaran ajakan untuk aksi besok (Minggu, 19 Januari 2014).
Bobo: Nah, tau kan. Itu temen kamu orang Indonesia, kerja di rumah majikan, kenapa kok gak kabur diperlakukan seperti itu. Tanya Bobo
Saya: Dia masih baru di Hong Kong, Bobo. 8 bulan, gak pernah keluar, majikan keluar pun pintu rumah dikunci dari luar. Gimana mau kabur
Bobo: Kan bisa telpon, masa sampek segitunya, duh. Kenapa bisa begitu majikannya
Saya: Dia gk punya telpon. Bahasa kantonis belum lancar, dia gak berani karena masih harus bayar potongan agen.
Bobo: Oh iya, apa kalian kalau kerja di Hong Kong harus bayar potongan agen, berapa bulan itu, 7 bulan ya.
Saya: Haiya, makanya dia gak berani. Pernah kabur dan telpon agen, tapi sama agen dibalikin lagi sama majikan.
Bobo: Hai, kasian banget.
Saya: Haiya, kasian banget dia, sekarang masih di Rumah Sakit.
Bobo: Eh tapi ada kok, pembantu yang pura-pura kerjanya gak bener biar diinterminit dan dapat uang, pernah denger kan?
Saya: Iya tahu, memang ada yang kayak gitu.
Bobo: Aku ada saudara, dia ambil orang Pilipina. Pernah itu, dia berlagak kayak orang gila biar diinterminit. Karena takut, orang dia jaga bayi di rumah, ya sudah akhirnya diinterminit.
Saya: Masa kayak gitu modusnya biar diinterminit?
Bobo: Haiya. Tapi orang Indonesia memang lebih sabar dan tlaten, gak suka bantah sama majikan.
Saya: Masa sih.
Bobo: Haiya. Kebanyakan gitu. Kecuali majikan yang gak baik.
Saya: Hai, kamu baik aku akan baik lo sama kamu, bukankah begitu, Bobo
Bobo: Iya, harusnya gitu. Tapi kadang, meski pembantu baik majikan jahat juga ada, dan sebaliknya.
Saya: Iya, Bobo, besok ada demo, aku ikut.
Bobo diam tak menjawab. Entah pura-pura gak denger atau apa.
Sebenarnya saya sudah menunggu majikan saya untuk cerita soal Erwiana ini ke saya. Kebetulan Bobo penikmat koran setiap hari, jadi berita apapun dia baca, termasuk Erwiana.
Tak sengaja, kemarin saya melihat Bobo membaca berita soal Erwiana di koran yang satu halaman penuh isinya tentang Erwiana. Saya diam-diam dan menunggu, kira-kira Bobo akan ngasih tau saya gak ya soal kasus ini.
Tak bisa dipungkiri, kasus Erwiana cukup menyita perhatian publik Hong Kong. Bagi yang mengambil pekerja rumah tangga, pasti ketar-ketir karena kasus ini. Apalagi bagi mereka yang pernah atau sedang menyiksa PRT yang bekerja di rumahnya.
Semoga pengadilan akan berpihak kepada Erwiana dan para majikan yang memperkerjakan buruh migran di rumahnya akan lebih berhati-hati lagi dalam memperlakukan pekerjanya. Memperhatikan makan, istirahat, kenyamanan, ketepatan membayar gaji, hak libur dan juga menganggap mereka (kami) sebagai bagian dari keluarganya sendiri.
Ini cerita saya dengan majikan soal kasus Erwiana. Mana cerita kawan-kawan dengan majikan soal kasus Erwiana?
Atau majikan kawan-kawan pura-pura gak tahu dengan kasus ini? Atau malu mau cerita dengan kawan-kawan?
Share yuk, ini bisa jadi bukti juga, bagaimana saat ada orang Hong Kong memperlakukan buruh migran sekeji ini, apa tanggapan mereka sebagai sesama warga Hong Kong
Mari kawal terus kasus Erwiana. Kemenangan pasti akan membawa dampak bagi perbaikan buruh migran. Semoga
By www.bmi-hk.blogspot.hk/2014/01/percakapan-dengan-majikan-tentang-kasus.html?m=1

Shumaisy:Tolong! Balita Piatu Ini Mencari di Mana Ayah Kandungnya

Jakarta - Seorang TKW bernama Kartiya (34) meninggal karena penyakit menahun di Arab Saudi. Ia meninggalkan seorang anak laki-laki bernama Muhammad Ilham (1,5).
Berdasarkan informasi yang diterima detikcom dari pembaca bernama Lia Joulia, Minggu (19/1/2014), selain dengan Ilham, Kartiya semasa hidup juga tinggal di Arab Saudi bersama suaminya. Sayang, beberapa saat sebelum Kartiya meninggal, suaminya pergi entah ke mana.
"Ibunya meninggal dalam penantian untuk diangkut ke Tarhil (Pusat Detensi Imigrasi) Shumaisy agar bisa pulang ke Tanah Air," ujar Lia.
Lia menuturkan, pasca meninggalnya Kartiya, Ilham hidup seorang diri dan terus dibantu untuk bisa bertemu ayah kandungnya. Keberadaan Ilham ini awalnya diketahui dari seseorang bernama Bituri.
"Dari pria ini (Bituri) diperoleh informasi bahwa anak ini bernama Muhammad Ilham Bin Adang Ido. Ayahnya bernama Adang Ido Idrus, dan belum diketahui dari mana asal daerahnya," ungkapnya.
KJRI di Jeddah selanjutnya mengambil alih pengurusan bocah itu. Ilham dirawat dan diasuh oleh sejumlah TKW yang ditampung menunggu proses penyelesaian kasus dengan majikan mereka.
"Tidak mudah melacak keberadaan anggota keluarga dari ibu bocah ini di Indonesia. Bisa jadi karena informasi yang disampaikan sang pelapor sangat terbatas. Satu-satunya petunjuk yang bisa diandalkan kala itu adalah sebuah telepon genggam peninggalan almarhumah," jelas Lia.
Salah satu nomor berhasil ditelepon dan mengaku bernama Viki Rizki Afandi, yang selanjutnya diketahui sebagai anak Kartiya dari suami yang pertama. Pihak KJRI pun bertemu dengan Viki di Bandara Soekarno-Hatta. Ilham selanjutnya diserahkan kepada kakak tirinya. Kini Ilham masih mencari di mana keberadaan ayah kandungnya.
By http://m.detik.com/news/read/2014/01/19/052302/2471250/10/tolong-balita-piatu-ini-mencari-dimana-ayah-kandungnya?utm_campaign=%23KoranTweet&utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter

Saturday, January 18, 2014

Kapal Rusak Diterjang Ombak, 3 Nelayan Terombang-Ambing di Laut


SERANG- Sebuah kapal nelayan rusak diterjang ombak di perairan Teluk Banten. Akibat peristiwa itu, tiga orang nelayan asal desa Karang Antu, Kasemen Serang, Banten sempat terombang-ambing di laut, sebelum diselamatkan Satpol Air Polres Serang.
Menurut Kepala Urusan Pembinaan Operasional Sat pol Air Polres Serang, Ipda Samsudi,kejadian tersebut terjadi, Jumat (17/1). "Korban yang ada di kapal itu, bernama Supardi alias Mapa, Abang (30), Rahmat (40), ketiganya beralamatkan Karang Mulia RT 1/5, Kasemen Serang," kata Samsudi di Dermaga Karang Antu, Kasemen Serang, Sabtu (18/1/2014).
Samsudi menjelaskan, kapal yang ditumpagi ketiga nelayan itu, mengalami patah as pada mesinnya, sehingga kapal yang dipakai untuk mencari ikan tersebut tidak dapat melaju. “Dihantam ombak, karena hujan dan cuaca ekstrem. Ombak sangat tinggi mesin patah As, hanyut beberapa jam,” katanya.
Sementara itu, Rahmat mengatakan, kapal berangkat dari dermaga, Jumat sore. "Setengah jam setelah berangkat, kapal rusak. Sampai di tengah laut, sinyal handphone hilang jadi tak bisa mengabarkan, kami terombang-ambing di laut hampir berjam-jam, sampai akhirnya sampai di pulau Mujang Kecil, pulau satu malam," ujarnya.
Dia tidak menyangka, kapalnya akan mengalami kerusakan."Saya enggak menyangka, lagipula, kalau enggak ke laut, kita enggak bisa makan," tutupnya.
By http://news.okezone.com/read/2014/01/18/340/928255/kapal-rusak-diterjang-ombak-3-nelayan-terombang-ambing-di-laut

Tiga Jenazah TKI NTB Tewas Ditembak Dipulangkan

Mataram, GATRAnews - Tiga kerangka jenazah tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat (NTB) yang tewas ditembak di Malaysia, akan dipulangkan malam ini.
"Ada tiga orang jenazah TKI yang dipulangkan malam ini," kata Kepala Bidang Penempatan Tenaga Kerja Indonesia, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTB Zaenal di Mataram, Jumat (17/1).
Ketiga TKI tersebut atas nama Wahab TKI asal Dusun Lendang Tengah, Desa Bebuak, Kecamatan Kopang, Kabupaten Lombok Tengah. Sudarsono TKI asal Dusun Teduh, Desa Tuduk, Kecamatan Praya Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah dan Gusti Randa TKI asal TKI asal Dusun Teduh, Desa Tuduk, Kecamatan Praya Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah.
Menurut Zaenal, seperti dikutip Antara, ketiga jenazah akan dipulangkan ke NTB menggunakan pesawat Garuda Indonesia melalui Bandara Internasional Lombok (BIL) sekitar pukul 21.10 Wita.
Belum diketahui secara pasti apa penyebab kematian TKI asal NTB tersebut, namun menurut surat yang diterima Disnakertrans NTB ketiga TKI meninggal karena terkena tembak.
"Memang menurut surat yang kami terima ketiganya meninggal karena kena tembak, tapi kita baru bisa tahu kronologisnya secara pasti setelah ada keterangan dari Kemenlu," kata Zaenal
By http://www.gatra.com/nusantara-1/bali-nusa-tenggara/45660-tiga-jenazah-tki-ntb-tewas-ditembak-dipulangkan.html

Dinilai Lecehkan Buruh Migran, Migrant Institute Somasi BNP2TKI


Direktur Eksekutif Migrant Institute, Adi Candra Utama (f.ist)
_______
JAKARTA, www.kepribangkit.com- Terkait pemberitaan di media mengenai pernyataan Direktur Pelayanan Pengaduan TKI – BNP2TKI, Christofel De Haan tentang kasus penyiksaan yang dialami seorang buruh migran perempuan di Hongkong yang bernama Erwiana R, Migrant Institute merasa perlu untuk mengajukan somasi kepada BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) terkait pernyataan Christofel De Haan tersebut.
Menurut Adi Candra Utama, Direktur Eksekutif Migrant Institute, pernyataan Christofel tersebut sangat tendensius dan melukai banyak pihak. Sebagai lembaga yang bertugas dalam perlindungan TKI di luar negeri, BNP2TKI seharusnya lebih arif dalam mensikapi kasus-kasus yang menimpa para TKI.
“Pernyataannya itu tidak sesuai dengan UU No 39 tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri dan UU No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Apalagi pernyataannya mendeskreditkan organisasi masyarakat sipil yang diakui posisi dan perannya dalam system tata kelola pemerintahan yang baik,” terang Adi Candra Utama dalam siaran persnya yang diterima ke pribangkit.com, Jum’at 17 Januari 2014.
Karena itu, menurut Adi Candra, pihaknya akan melayangkan somasi dan menuntut Kepala BNP2TKI untuk, Pertama, mencabut kedua pernyataaan tersebut di atas dan meminta maaf secara terbuka kepada korban dan keluarganya, serta buruh migran Indonesia pada umumnya.
Kedua, meminta maaf secara terbuka kepada seluruh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Indonesia, terutama yang bergerak di dunia buruh migran.
Ketiga, memecat Direktur Pelayanan Pengaduan TKI – BNP2TKI atas tindakannya yang telah mencederai BNP2TKI sebagai lembaga yang diberi mandat untuk melindungi buruh migran Indonesia.
Dengan diberikan somasi ini, Adi berharap BNP2TKI untuk lebih berhati-hati dalam memberi statemen atau pernyataan-pernyataannya terkait permasalahan yang terjadi pada pekerja migran. “Sebagai aparatur negara, baiknya berstatemen-lah yang cerdas yang tidak melukai orang lain. Bila perlu, pakai nurani dalam memberikan pernyataan sikap,” pungkasnya. (yon/kb)

Majalah Time Soroti Kisah Pilu TKI di Hong Kong

TKI yang bekerja di Hongkong rentan dari perlakuan kasar majikan.

VIVAnews- Kisah pilu Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri kembali menjadi sorotan media internasional. Kali ini kisah itu dicatat oleh MajalahTime, yang menyoroti perlakuan menyedihkan yang diterima oleh para TKI di Hong Kong.
Majalah terbitan Amerika Serikat (AS) edisi 15 Januari 2014 kemarin melansir, kendati perlindungan hukum di Hong Kong lebih baik ketimbang di kawasan Timur Tengah dan negara Asia lainnya, tetap saja TKI yang bekerja di sana rentan dari perlakuan kasar majikan.
Hasil survei yang dilakukan organisasi Misi untuk Pekerja Migran tahun 2012 silam, menemukan 18 persen pekerja domestik di kota tersebut telah disiksa secara fisik.
Contoh kasus yang paling fenomenal terjadi pada pramuwisma Kartika Puspitasari. Dia mendadak masuk pemberitaan media massa, atas keberaniannya mengungkap ke hadapan publik penyiksaan yang dilakukan sang majikan selama dua tahun.
Kasus terbaru lainnya yang menimpa TKI di Hong Kong, menimpa perempuan asal Ngawi bernama Erwiana Sulistyaningsih. Dia berangkat dari bandara internasional Hong Kong, pada tanggal 9 Januari kemarin dengan kondisi tubuh penuh luka.
Untungnya saat berada di bandara, Erwiana bertemu dengan sesama TKI yang membantunya pulang ke kampung halamannya. Kondisi fisik Erwiana sangat mengenaskan ketika ditemui di bandara. Wajahnya penuh memar, dengan gigi rontok. Kakinya terlihat berwarna hitam, lantaran sering disiram air panas dan masih terdapat luka terbuka.
Beberapa hari paska tiba di Indonesia, Erwiana masih dirawat di rumah sakit. Kepada MajalahTime, paman Erwiana, Shomat, mengatakan kondisi keponakannya kini semakin membaik.
"Kami terkejut dan merasa pilu melihat kondisinya seperti ini," kata Shomat. Keluarga Erwiana bertekat mencari keadilan. Pemerintah Indonesia pun disebut siap membantu untuk menyiapkan seorang pengacara.
Di mata Organisasi Amnesti Internasional, TKI tidak sepenuhnya rentan terhadap perlakuan kasar majikan. Tidak seperti tenaga kerja migran asal Filipina, TKI diwajibkan untuk mendaftar melalui sebuah agen tenaga kerja agar dapat bekerja di Hong Kong.
Agen tenaga kerja ini lah yang nantinya menyediakan pelatihan bagi para calon TKI, menyiapkan kontrak dan mengatur visa mereka. Sayangnya, menurut Amnesti Internasional, agen ini kerap gagal mewakili kepentingan para TKI sesuai dengan aturan berlaku.
"Sejak awal, para tenaga kerja perempuan sudah diperdayai agar bisa bekerja di Hong Kong. Mereka terjebak dalam sebuah lingkaran eksploitasi dengan kasus yang semakin menunjukkan perbudakan modern," ujar penulis laporan organisasi Amnesti Internasional, Norma Kang Muico.

Jakarta Diramalkan Tenggelam Karena Punya Patahan Aktif

Bagaimana masa depan Ibu kota Jakarta? Teluk disebut sebagai daerah tinggi yang lebih aman daripada dataran banjir Jakarta yang selalu turun. _______ VIVAnews -Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam, Andi Arief, menyatakan Jakarta berpotensi tenggelam bukan hanya karena banjir, namun juga akibat gempa tektonik. Pakar menyebutkan, bahwa Pulau Seribu sebagai kelurusan utara dari tinggian Ciputat-Tangerang selalu bergerak naik secara tektonik. "Teras-teras terumbu yang berkembang di pulau-pulau Seribu itu adalah buktinya. Demikian juga daerah sepanjang garis imajiner Ciputat-Ujung Teluk Naga, itu adalah daerah yang selalu naik. Teras-teras sungai di sepanjang aliran Sungai Cisadane membuktikan gerak tektonik naik tersebut," ujar Andi Arief dalam rilis yang diterimaVIVAnews, Jumat 17 Januari 2014. Menurut Andi, adanyaslicken side,offset, pergeseran di sedimen-sedimenPleistosenJakarta membuktikan patahan-patahan Jakarta bisa aktif sewaktu-waktu dalam masa Kwarter ini. Permasalahan ini sempat dibahas dalam Focused Group Discussion Peluang dan Tantangan Ruang Bawah Tanah DKI Jakarta pada 20 Desember 2012 lalu, yang diikuti oleh sekitar 20 pakar geologi, geofisika, geoteknik, geodesi, geodinamik, konstruksi, air tanah, dan kegempaan. "Ini menjawab bahwa Jakarta memiliki patahan yang bisa aktif sewaktu-waktu. Jadi bukan hanya ancaman dari Selat Sunda dan sesar sekitar Jakarta saja yang menjadi potensi rusaknya Jakarta akibat gempa," terangnya. Sebagai tindakan preventif mitigasi bencana gempa bumi dengan adanya indikasi-indikasi patahan aktif tersebut, Andi mengatakan, saat ini sedang diusahakan untuk membuat mikrozonasi gempa di Jakarta sampai ke level 4 yaitu skala 1:25 ribu. "Dengan demikian, bangunan-bangunan yang didirikan di DKI Jakarta nantinya bisa mengacu pada peta mikrozonasi tersebut untuk didesain dan konstruksi sehingga ramah gempa," katanya. Lalu bagaimanakah Masa depan Ibu kota negara ini? Dia menjelaskan, merujuk pada konstelasi tektonik Tersier dan Kwarter yang ada, secara geologi teknik masa depan DKI adalah Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu. "Keduanya merupakan daerah tinggi yang lebih aman daripada dataran banjir Jakarta yang selalu turun," tuturnya. © VIVA.co.id

SBY Ungkap Ancaman Pembunuhan dan Kisah Mistis di Rumahnya



Jakarta- Dalam buku 'Selalu Ada Pilihan', Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan berbagai hal tentang kehidupan pribadinya. Termasuk soal ancaman pembunuhan di Cikeas dan Ciwidey, Jawa Barat.
Buku setebal 800 halaman itu memuat sejumlah bab tentang kehidupan presiden. Khusus untuk pembunuhan, SBY mengangkatnya dalam tema khusus berjudul 'ancaman terhadap presiden bisa sampai tingkat pembunuhan'.
"Tanpa diketahui oleh masyarakat luas, secara berkala atau insidentil saya diberi tahu baik oleh Kabin, Kapolri maupun Komandan Paspampres jika ada ancaman nyata atas keselamatan saya," tulis SBY dalam bukunya seperti dikutip detikcom, Jumat (17/1/2014).
Salah satu peristiwa yang sempat mengancam keselamatan nyawa SBY adalah di kejadian di Ciwidey, Bandung, Jawa Barat. Saat sedang menggelar kunjungan, SBY mendapat informasi ada sel terorisme yang sedang bergerak. Namun untungnya, itu tidak terjadi.
Kejadian lain yang nyata adalah rencana pengeboman rumah SBY di Cikeas oleh kelompok teroris. Menurut SBY, bom sudah disiapkan di daerah Jatiasih, Bekasi, yang berjarak 10 km dari Cikeas. Mobil untuk membawa bom juga ada, bahkan 'pengantin' untuk aksi bunuh diri itu sudah direkrut.
"Jadi mereka siap untuk meledakkan bom itu pada waktu yang ditetapkan," ungkapnya. Belakangan, aktivitas teroris itu akhirnya bisa dilumpuhkan pihak kepolisian.
Selain cerita ancaman pembunuhan, SBY juga pernah mengalami kejadian mistis. Kala itu, tahun 2009, SBY dan Ibu Ani Yudhoyono sedang bersantai di rumah pada hari Minggu pagi. Tiba-tiba, istrinya memanggil sambil berteriak. Rupanya ada asap hitam tebal berputar di langit ruangan.
Menurut SBY, asap hitam itu terbang ke arah timur, seperti hendak ke kamarnya. Sontak saja, SBY langsung berdoa dan meminta perlindungan pada Allah SWT. Akhirnya, asap itu menghilang.
"Saya sekeluarga selamat. Peristiwa ini seperti adegan film horor yang sering kita lihat. Atau seperti yang terkisahkan di cerita-cerita lama. Tapi sungguh ada. Sungguh nyata," tulis SBY.

By www.detik.com/news/read/2014/01/17/213234/2470820/10/

TKW tewas terpeleset saat mengepel di rumah majikan Malaysia

Merdeka.com -Seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Tulungagung, Jawa Timur, Anik Susanti (34) tewas di Malaysia. Anik diduga terjatuh dari lantai 2 di rumah majikannya, Rabu (15/1).
_______
"Informasi yang kami terima dari ibu Lina (tekong) melalui telepon, adik kami Anik meninggal kecelakaan kerja jatuh dari lantai 2 rumah majikannya di Malaysia," ujar Lilis, adik ipar Anik, seperti yang dikutip Antara, Sabtu (18/1).
Lilis mengaku dikabarin oleh ibu Lina jika Anik terpeleset saat bekerja mengepel di lantai 2 rumah majikannya, di Kucing, Malaysia. Anik meninggalkan dua orang anak dan suami, Mahfud.
"Kami tidak tahu harus minta pertanggungjawaban kepada siapa. PJTKI-nya (perusahaan jasa pengerah tenaga kerja Indonesia) yang mana kami juga tidak tahu," ujar Mahfud, suami Anik.
Jenazah Anik, tiba di rumah duka Desa Gedangsewu, Tulungagung sekitar pukul 00.15 WIB. Jenazah itu dibawa langsung dari Malaysia ke Bandara Juanda Surabaya.
Keluarga menangis histeris saat jenazah Anik tiba di rumahnya. Pasalnya, keluarga dan kerabat telah menunggu sejak Jumat (17/1) malam.
Terlebih sang suami Mahfud yang tampak menyesali naasnya nasib istrinya. Mahfud mengaku sejak awal dirinya tidak setuju dengan keputusan Anik merantau ke Malaysia sebagai TKI.
Anik pamit berangkat kerja sebagai TKW di Malaysia sejak tiga pekan lalu yakni akhir Desember 2013. Anik sempat singgah dan tinggal di penampungan TKI di Medan, Sumatera Utara, selama dua pekan.
Dari Medan, Anik kemudian diberangkatkan ke Malaysia. Namun baru seminggu bekerja di Negeri Jiran itu, Anik dikabarkan tewas kecelakaan kerja.
Hingga saat ini, belum ada konfirmasi resmi dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tulungagung terkait kasus kematian Anik.
(mdk/did)
By http://m.merdeka.com/peristiwa/tkw-tewas-terpeleset-saat-mengepel-di-rumah-majikan-malaisya.html
 

Tag

IP

My-Yahoo

Blogger Widget Get This Widget

Histast

Total Pengunjung